NovelToon NovelToon
The End: Urban Legend Jepang

The End: Urban Legend Jepang

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:225
Nilai: 5
Nama Author: SkyMoon

Urban legend bukan sekadar dongeng tidur atau kisah iseng untuk menakuti. Bagi Klub Voli SMA Higashizaka, urban legend adalah tantangan ritual yang harus dicoba, misteri yang harus dibuktikan.

Kazoi Hikori, pemuda kelahiran Jepang yang besar di Jerman. masuk SMA keluarganya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, namun tak pernah menyangka bergabung dengan klub voli berarti memasuki dunia gelap tentang legenda-legenda Jepang. Mulai dari puisi terkutuk Tomino no jigoku, pemainan Hitori Kakurenbo, menanyakan masa depan di Tsuji ura, bertemu roh Gozu yang mengancam nyawa, hingga Elevator game, satu per satu ritual mereka jalani. Hingga batas nalar mulai tergerus oleh kenyataan yang mengerikan.

Namun, ketika batas antara dunia nyata dan dunia roh mulai kabur, pertanyaannya berubah:
Apakah semua ini hanya permainan? Atau memang ada harga yang harus dibayar?

maka lihat, lakukan dan tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkyMoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kondisi Shin dan Yume

Benar saja saat mereka sampai di rumah sakit mereka bertemu dengan Yasuhiro dan Ichi di IGD. Mereka menunggu Shin yang masih tak sadarkan diri di atas bangkar. Sedangkan Yume sedang ditangani oleh dokter dan perawat. Ichi menyuruh warga yang mengantar mereka untuk pulang karena sudah ada temannya di sini. Tak lupa juga dia mengucapkan terimakasih pada warga yang sudah membantu mereka.

"Apa yang terjadi pada Yume?"

"Sepertinya leher Yume senpai patah, dia sudah dibersihkan oleh pendeta tapi pembersihan itu hanya untuk mengusir roh itu sementara, dia harus melakukan pembersihan secara berkala."

Mereka terlihat bersedih, menunduk tak tahu harus berbuat apa. Yasuhiro mengembuskan nafasnya binggung memikirkan keadaan teman-temannya yang terluka.

Setelah mendapatkan penanganan mereka dipindahkan ke ruang inap Yasuhiro meminta pada perawat agar mereka berada di satu ruangan.

Kini mereka berada di ruangan dengan dua ranjang yang di batasi oleh tirai mereka duduk di sofa yang memang tersedia di sana. Wajahnya terlihat lelah wajar karena mereka kurang tidur dan cape dengan semua teror yang menghantui mereka.

Tanpa banyak bicara mereka tertidur dengan cara duduk karena sofa yang tak cukup besar untuk mereka. Tak ada yang berani kembali ke villa karena jujur saja mereka ketakutan.

*****

Waktu menunjukkan pukul 2:47 dini hari.

Perlahan jari Shin bergerak. Kelopak matanya bergerak perlahan terbuka. Pandangannya masih kabur rasa pusing melanda kepalanya. Bau antiseptik langsung menusuk hidungnya. Dengan tangan kiri yang tertancap selang infus, Shin mencoba menahan tubuhnya untuk duduk perlahan.

Dia menyibak tirai disampaikannya, Yume masih terbaring lemah, dadanya naik turun menandakan dia masih hidup.

"Yume," gumam Shin lirih.

Matanya bergulir melihat teman-temannya yang tertidur, dia menarik nafas panjang merasakan kepalanya yang berdenyut. Shin mengingat sekilas kejadian sebelum dia jatuh pingsan.

Saat di kamar mereka sedang membereskan baju ke dalam lemari. Namun, tiba-tiba saja Yume menarik kerah belakangnya dan membanting Shin ke dinding. Sangat keras sampai rasanya sakit sekali sampai dia berteriak keras. Shin ingat saat dia memuntahkan darah Yume merangkak seperti laba-laba ke dingding setelah itu dia tidak ingat apa-apa dan berakhir di rumah sakit.

Shin memperhatikan Yume yang masih terbaring apa yang terjadi dengannya? 

Leher Yume dibalut gips penyangga putih, kulitnya lebam-lebam, dan tangan serta kakinya diperban. Shin meringis pelan merasakan sesakit apa Yume saat ini.

Apa salahnya? Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Dia hanya ingin menikmati liburan dengan kekasih dan teman-temannya apa itu salah? Atau adakah yang mereka langgar sampai mereka di teror oleh roh yang menakutkan? Semua pertanyaan berputar di benak Shin. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Apa yang akan dikatakan ibunya Yume jika tahu anaknya terluka seperti ini. Apakah dia akan memaafkan.

"Yume maafkan aku," lirihnya pelan.

Ditengah rasa bersalahnya tiba-tiba saja angin berhembus meniup Surai Shin, ruangan seketika dingin, suasana menjadi tidak enak, bulu kuduk berdiri tanpa alasan.

Tirai jendela bergoyang.

Tidak keras. Hanya sedikit… seperti disapu angin. Tapi jendela itu tertutup rapat. AC tidak mengarah ke sana. Lorong juga sunyi. Bahkan suara langkah pun tak terdengar.

Shin menatap tirai itu. Detak jantungnya mulai berpacu. Napasnya tercekat.

Sebuah bayangan muncul. Membentuk siluet besar. Itu... Makhluk yang dilihat Shin di terowongan. Bayangan itu hanya diam seperti menatap lurus kearahnya. Jantung Shin berdetak tak karuan. Shin ingin berteriak tapi tubuhnya kaku, membeku tak bisa melakukan apapun. Badannya berat, nafasnya tersengal-sengal seolah dia sedang di duduki sesuatu yang besar. Perlahan makhluk itu semakin mendekat.

Keringat bercucuran tubuh Shin bergetar ketakutan.

"Shin? Kau sudah sadar," tubuhnya seperti terkena setrum dia tersadar, Shin terlihat ngos-ngosan. Bayangan tadi sudah hilang, Shin menatap Ryota. "Kau melihatnya?"

"Apa?" Tanya Ryota binggung.

"Makhluk dengan kepala sapi."

Ryota kembali mengingat saat Yume melakukan pembersihan dia semua yang ada di kamar itu melihatnya, begitupun Ryota. Ryota hanya menggeleng karena memang dia tidak melihat apapun.

"Apa yang terjadi dengan Yume?"

"Dia kerasukan roh gozu, saat kau pingsan dia mencoba menyerang ku dan Yasuhiro, terpaksa aku mengikat tangan dan kaki Yume. Hikori dan Ichi memanggil pendeta mereka juga meminta bantuan pada warga. Pendeta itu melakukan pembersihan pada Yume tapi bersifat sementara dia harus melakukan pembersihan secara berkala karena gozu itu sangat kuat dan berbahaya.

Saat kerasukan makhluk itu memutar kepala Yume, sekarang leher Yume patah."

Shin prihatin dengan keadaan kekasihnya. Segitu besarkah kekuatan makhluk itu hingga melukai Yume. Shin mengepalkan tangannya kecewa pada dirinya karena tidak bisa melindungi orang terkasihnya.

"Istirahatlah Shin, besok pendeta Renshin akan kemari untuk kembali melakukan pembersihan untuk Yume."

Ryota kembali ke tempat duduknya dia menyenderkan tubuhnya pada sofa mencoba untuk tidur kembali. Shin juga kembali berbaring dia menatap Yume dengan penuh iba.

*****

Pagi harinya Yume sudah tersadar, dia dan Shin sedang diperiksa oleh dokter.

"Bagaimana keadaan mereka dok?" Tanya Yasuhiro.

"Maaf apa anda kerabatnya?"

"Bukan, saya temannya kami dari Tokyo sedang liburan di sini."

"Kalau begitu siapa penanggung jawab pasien?"

Ryota mendekat. "Saya dok."

"Baik, bisa ikut dengan saya sebentar?"

Ryota mengangguk, mereka berjalan keluar menuju ruang konsultasi di dekat nurse station. Mereka duduk berhadapan.

"Baik Pa, mengenai kondisi Shin-san. Dia mengalami benturan keras di kepala dan wajah. Berdasarkan CT scan, tidak ada pendarahan dalam. Tapi, ada luka robek di pipi bagian dalam. Kami juga melihat bekas memar di bahu dan punggungnya. Dia butuh istirahat total selama sepuluh hari kemungkinan Shin-san akan dirawat inap selama 4 hari namun bisa berubah jika ada gejala lanjutan."

"Lalu bagaimana dengan Yume."

Wajah dokter berubah muram. "Yume-san dalam kondisi sangat serius. Lehernya mengalami retak ringan pada ruas servikal keempat, namun untungnya tidak mengenai saraf utama. Tangannya terdapat banyak luka lecet dan bekas ikatan, begitu juga kakinya. Saat ini dia dalam pengawasan ketat dan mendapatkan penanganan ortopedi serta neurologi. Untuk pemulihan awal, ia mungkin perlu dirawat setidaknya dua minggu, dan harus menggunakan penyangga leher selama lebih dari sebulan."

Ryota semakin prihatin dengan keadaan Yume. Dengan kondisi yang terluka parah dia juga harus melakukan penyembuhan agar roh itu pergi tidak menganggu mereka.

"Untuk Yume-san kami belum bisa mengizinkan dia banyak berbicara dan bergerak untuk sementara. Kami juga sudah memberi obat penenang agar ia bisa beristirahat. Tapi jika ada komplikasi kami akan evaluasi ulang dalam beberapa hari."

"Terimakasih dokter, saya akan memberi kabar kepada keluarga mereka."

Ryota meninggalkan ruangan itu dengan lesu. Ini salahnya. Dia yang mengemudi dan menyesatkan mobil mereka. Ryota mengepalkan tangannya kuat, kenapa malam itu dia tidak fokus! Jika saat itu dia tahu jika map itu salah mungkin semua ini tidak akan terjadi  

Tidak akan ada kesedihan. Tidak akan ada gangguan. Mereka akan bersenang-senang menjajal destinasi Kyoto. Ini salahnya. Ini salahnya.

"Maafkan aku Yume, Shin."

To be continued

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!