NovelToon NovelToon
Diam-diam Cinta

Diam-diam Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Ini kelanjutan cerita Mia dan Rafa di novel author Dibalik Cadar Istriku.

Saat mengikuti acara amal kampus ternyata Mia di jebak oleh seorang pria dengan memberinya obat perangsang yang dicampurkan ke dalam minumannya.
Nahasnya Rafa juga tanpa sengaja meminum minuman yang dicampur obat perangsang itu.
Rafa yang menyadari ada yang tidak beres dengan minuman yang diminumnya seketika mengkhawatirkan keadaan Mia.
Dan benar saja, saat dirinya mencari keberadaan Mia, wanita itu hampir saja dilecehkan seseorang.

Namun, setelah Rafa berhasil menyelamatkan Mia, sesuatu yang tak terduga terjadi diantara mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Jika Gilang berpikir Airin akan terkejut atau bahkan menangis, maka salah besar.

Karena Airin justru tak menunjukkan reaksi terkejut dengan kehamilan putrinya.

"Aku sudah menduganya, Mas. Aku melihat gejalanya beberapa hari ini."

"Apa? Kenapa tidak memberitahu?"

"Maaf, aku ragu. Tadinya aku pikir dia hanya masuk angin biasa karena pola makannya tidak teratur. Pagi tadi dia mual-mual terus. Aku baru berencana membicarakannya dengan kamu malam ini."

"Ya sudah, tidak apa-apa."

"Aku hanya memikirkan Mia, bagaimana dia akan menjalani semua ini. Dia tidak akan bisa menerimanya dengan mudah."

"Kita akan bicarakan di rumah nanti. Setelah sadar aku akan langsung membawanya pulang."

**

**

Kelopak mata Mia terbuka secara perlahan. Hal pertama yang hadir dalam pandangannya adalah ruangan dengan tirai berwarna biru pada sekeliling, yang membuatnya menyadari bahwa ia sedang berada di rumah sakit.

Ketika hendak bangkit, ia merasakan kepalanya berdenyut hebat. Kembali merebahkan diri untuk menjaga keseimbangan.

Pembicaraan beberapa wanita di balik tirai berhasil mengalihkan perhatiannya.

"Apa pasien sudah sadar, Sus?" tanya sang dokter.

"Belum, Dok," jawab sang perawat.

"Kalau sadar, tolong beritahu saya, ya."

"Baik," jawab sang perawat, lalu berbicara dengan perawat lainnya.

"Lihat tidak tadi suami pasien ini ganteng banget. Sholeh lagi. Aku sempat melihatnya shalat di mushola. Setia banget nunggu istrinya. Amalan apa sih biar dapat yang sempurna seperti itu?"

"Hus, di dengar dokter Maya kena tegur kamu."

"Kan Dokter Maya tidak dengar."

Keduanya terkekeh.

"Suami pasien sudah tahu kalau istrinya hamil, kan?"

"Sudah, diberitahu tadi oleh Dokter Maya."

"Hemm aku tidak terbayang. Suaminya pasti tambah sayang kalau Istrinya hamil. Terkadang hidup orang sempurna, ya? Istrinya cantik, suaminya ganteng, ah, tidak terbayang anaknya bagaimana nanti."

"Ya Allah, kerja yang benar, siapa tahu kamu dapat dokter."

Di balik tirai, Mia menjatuhkan bulir-bulir air mata mendengar pembicaraan dua perawat muda tentang benih kehidupan baru yang tumbuh dalam rahimnya.

Hingga salah satu perawat muda menyibak tirai dan mendapati dirinya sudah terbangun.

"Sudah bangun, Bu?" tanya wanita itu.

Mia hanya mengangguk, menyembunyikan genangan air matanya.

Perawat muda itu lantas menuju salah satu ruangan.

Dalam hitungan menit ia sudah kembali bersama seorang dokter. Wanita berjas putih itu memeriksa keadaannya.

"Ibu apa ada keluhan?"

"Hanya pusing dan mual, Dok."

Wanita dengan senyum ramah itu mengulas senyum. "Ini gejalanya normal untuk kehamilan di trimester pertama. Dijaga ya, Bu. Jangan beraktivitas berlebihan karena trimester pertama itu rawan."

Mia hanya mengangguk, menahan cairan bening yang seolah memaksa menetes.

"Tolong beritahu suaminya kalau pasien sudah sadar, Sus. Kasihan dari tadi menunggu di luar," pinta sang dokter lagi.

"Baik, Dokter." Perawat muda tadi segera beranjak.

Tak lama berselang, Rafa terlihat muncul di balik tirai. Ia hanya berdiri di sisi pembaringan pasien. Namun, untuk menyentuh Mia tak berani ia lakukan.

"Ini saya buat resep obat tolong ditebus ya."

Rafa hanya mengulas senyum tipis, tanpa suara.

"Apa mualnya sering?" tanya dokter pada Mia.

Mia menjawab dengan anggukan kepala.

"Baik. Silahkan ditebus obatnya nanti, ya. Ada penambah darah juga karena tekanan darahnya sedikit rendah. Boleh konsumsi makanan berprotein tinggi, seperti daging, buah dan sayur. Hindari minuman beralkohol dan soda."

"Terima kasih, Dok," ucap Rafa sungkan.

"Kalau bisa jaga emosi istrinya. Lonjakan hormon di awal kehamilan kadang membuat emosi ibu hamil jadi tidak stabil. Kadang mudah marah, mudah lelah dan kadang menangis. Jangan beraktivitas berat."

Rafa kembali mengangguk.

"Selain itu harus hati-hati saat berhubungan intim karena di awal itu agak rawan. Paling aman ya posisi missionary dan hindari posisi women on top," tambah sang dokter.

Wajah Rafa seketika merah padam.

**

**

"Apa aman kalau kita meninggalkan mereka berdua? Bagaimana kalau ada apa-apa?" tanya Joane pada Gilang.

Saat ini keduanya sedang dalam perjalanan kembali ke kantor.

Gilang sengaja tidak menemui Mia dan langsung meninggalkan rumah sakit setelah memastikan tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang putrinya.

Masalah Mia, ia akan memberi ruang bagi Rafa untuk mengurus.

"Tenang saja, ada suaminya bersamanya," balas Gilang. "Ара lagi yang harus ditakutkan?"

"Aku hanya khawatir Rafa tidak bisa menenangkannya."

Gilang terkekeh. "Tapi, ini kesempatan yang bagus untuk mendekatkan mereka. Mia itu manja, cengeng dan penakut. Dia sedang hamil dan dia akan membutuhkan Rafa di sampingnya."

"Semoga saja."

Apa yang diharapkan Joane dan Gilang sepertinya menunjukkan hasil yang baik, meskipun lambat.

Rafa tercenung mendengar penjelasan dari dokter tentang posisi berhubungan yang aman.

Mau tak mau pikirannya ikut terbayang oleh bentuk gaya yang disarankan sang dokter.

Akan tetapi, jangankan posisi tersebut, tidur di kamar yang sama pun belum pernah selain saat kejadian di vila.

"Sekali lagi terima kasih, Dok," katanya dengan senyum terpaksa.

"Sama-sama."

Wanita dengan senyum ramah itu pun berlalu bersama dua perawat.

Mia dapat melihat salah satu perawat muda tadi memandangi Rafa dengan penuh kekaguman.

Entah kagum dengan wajah rupawannya atau oleh bentuk tubuhnya yang tegap, tinggi dan gagah.

"Ayo, aku antar pulang," ucap Rafa lembut.

"Aku mau dijemput sopir saja. Tas aku mana?" balas Vio dingin.

"Ada di mobil. Kalau telepon sopir dulu apa tidak kelamaan? Biar aku yang antar kamu pulang, aku janji tidak macam-macam."

Akhirnya Mia pun pasrah diantar Rafa. Terlebih, aroma khas rumah sakit benar-benar membuatnya mual.

"Kamu bisa jalan? Atau mau aku gendong?" tawar Rafa.

"Aku bisa jalan sendiri." Mia mencoba menuruni tempat tidur pasien yang posisinya agak tinggi.

Tubuh lemas disertai denyutan di kepala membuatnya nyaris kehilangan keseimbangan. Beruntung Rafa segera menahan tubuhnya.

"Lepas!" Mia menepis tangan lelaki itu dari lengannya.

"Oke, aku lepasin, tapi nanti di mobil. Takut kamu jatuh."

Beruntung jarak parkiran dengan IGD tak begitu jauh.

Rafa membantu Mia untuk duduk dan memasang sabuk pengaman. Mobil pun melaju meninggalkan rumah sakit.

Selama perjalanan, sesekali Rafa melirik Mia. Khawatir kemarahan di hati wanita itu terhadap dirinya akan semakin bertambah, apalagi setelah Rafa menghamilinya.

"Mia, aku minta maaf," ucap Rafa penuh rasa bersalah.

Namun, Mia tak menyahut, malah membuang pandangan keluar jendela.

"Kamu boleh marah sama aku, kamu boleh membenciku, tapi tolong jaga dia," ucapnya melirik perut sang wanita yang masih rata.

Mendengar ucapan Rafa membuat dada Mia terasa semakin sesak. Tak pernah terbayangkan bahwa akan tumbuh benih Rafa di rahimnya.

"Aku mau cepat sampai rumah," ucapnya lirih.

"Iya." Rafa meliriknya sejenak.

Ingin membelai puncak kepalanya, namun urung. Sebab Mia pasti akan menolak.

Setibanya di rumah kedatangan mereka disambut oleh Airin yang sudah menunggu putrinya sejak tadi.

Mia hanya memeluk bundanya dengan menyembunyikan genangan air mata, lalu bergegas menuju kamar tanpa memerdulikan Rafa.

Bahkan terdengar suara bantingan pintu dari kamarnya.

"Bunda ... Mia ...." Ucapan Rafa terputus begitu saja.

Airin mengangguk pelan.

"Bunda sudah tahu, Nak. Bunda sudah menebak sejak beberapa hari lalu."

"Aku minta maaf, Bunda. Aku yang salah," ucap Rafa berusaha menutupi kesedihan di wajahnya.

"Jangan menyalahkan diri sendiri, yang penting sekarang memperbaiki semuanya. Ayo, susul Mia ke kamar dan bujuk dia."

"Apa itu tidak akan membuat Mia semakin sakit, Bunda? Aku tidak mau menyakiti dia lagi."

************

************

1
Endang 💖
aduh Mia kami bakalan nyesel kalok tau bahwa Rafa itu sangat tulus sama kamu.
jangan mudah terhasut mia
Endang 💖
ada yang ngadu domba Rafa dan mia
Ninik
wah ada bibit pelakor yg udah mulai ugat uget kaya ulat bulu
Endang 💖
di rayu dong Rafa biar GX ngambek lagi,dia hanya kecewa aja tu
Ninik
kalau Mia membenci Rafa Yo salah yg jahat Leon tp otak Mia dah lemot makanya dia membenci org yg salah
Endang 💖
tambah lagi thor...
apa Mia GX tinggal bareng Rafa, terus Rafa gmana
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
semangat rafa
julia anggana
Luar biasa
Endang 💖
kasian ternyata kisah hidup Rafa..
tambah lagi thor..🙏😁🫣
Yasmin Natasya
double up dong thor...
Endang 💖
ayo cepat Rafa dan Mia butuh bantuan itu
olip
bagus dan menarik
olip
lnjut
Endang 💖
waduh mia dalam bahaya, semoga Rafa cepat menolong Mia...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!