Dendam dua jiwa.
Jiwa seorang mafia cantik berhati dingin, memiliki kehebatan dan kecerdasan yang tak tertandingi, namun akhirnya hancur dan berakhir dengan mengenaskan karena pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Jiwa yang satu adalah jiwa seorang gadis lugu yang lemah, yang rapuh, yang berlumur kesedihan dan penderitaan.
Hingga akhirnya juga mati dalam kesedihan dan keputus asaan dan rasa kecewa yang mendalam. Dia mati akibat kelicikan dan penindasan yang dilakukan oleh adik angkatnya.
Hingga akhirnya dua jiwa itu menyatu dalam satu tubuh lemah; jiwa yang penuh amarah dan kecewa, dan jiwa yang penuh kesedihan dan putus asa, sehingga melahirkan dendam membara. Dendam dua jiwa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6. Akibat Sebuah Peremehan
Siapa yang bakal menyangka jika drama Nikita yang hendak melemparkan dirinya ke belakang, dengan maksud hendak membuat Annabella sebagai pelaku penindasan terhadap dirinya ketahuan.
Dengan cepat Annabella alias Fiorella menangkap tangannya, lalu memegangnya dengan kuat, bahkan sedikit diremas. Membuat Nikita terkejut bukan main.
Membuat kedua mata munafiknya terbelalak kagek, bahkan terselip rasa takut, sehingga membuat sikap tenangnya cukup goyah.
Dan akibat ulah beraninya itu, dia akan mendapat ganjaran sebentar lagi....
Melihat itu, Dereen yang sedari tadi menahan amarah akibat ulah Annabella langsung bertindak. Dia segera berdiri dengan cepat lalu melangkah hendak menghakimi Annabella akibat penindasan yang dilakukan gadis itu, menurut penglihatannya.
"Tuan Dareen, jika kau masih meneruskan niatmu, kau akan tahu sendiri akibatnya!" terdengar ucapan Annabella bernada dingin membekukan bernada memperingatkan sekaligus mengancam.
Dareen tidak perduli, dia terus saja melangkah cepat dengan aura dingin serta tatapan membunuh. Dan begitu sampai di depan Annabella dalam jangkauan serangan, dia langsung melayangkan tamparan telapak tangan kanan dengan kuat dan keras.
"Kak Dareen, jangan!" seru Nikita mencegah.
Nikita seolah telah menyadari tindakan Dareen itu. Makanya dia hendak melepaskan tangannya dari cekelan telapak tangan Annabella. Namun tidak bisa sama sekali, cekelan Annabella seolah capitan besi yang keras.
Sementara telapak tangan Dareen terus meluncur di wajah sebelah kiri Annabella. Namun Fiorella alias Annabella yang tahu secara tepat serangan itu, tidak mau ambil resiko bukan?
Dia langsung mundur dua langkah ke belakang. Sambil mundur dia menarik sedikit tangan Nikita yang masih digenggamnya, lalu dia lepas begitu saja. Sehingga mau tidak mau Nikita ikut tertarik sedikit kedepan mengikuti tarikan Annabella.
Maka tentu saja tamparan keras dan kuat Dareen tidak tepat mengenai target, malah luncuran telapak tangan itu terus bergerak ke samping.
Sehingga terjadilah apa yang terjadi, yang tidak sesuai prediksi Dareen, tapi sudah direncanakan dengan rapi dan matang oleh Annabella.
Plaaak!
"Aukh...!"
Begitu keras, telak, dan kuat tamparan Dareen menghantam wajah Nikita sebelah kanan. Membuatnya menjerit kesakitan. Membuat Chalinda Winata dan Nindira menjerit terkejut. Membuat Abraham Winata dan Arden terperangah.
Sementara tubuh Nikita langsung oleng dan terjajar limbung ke samping kiri. Tubuh rampingnya itu sebentar lagi siap jatuh ke lantai marmer.
Namun Arden yang masih tersadar akan situasi meski dia masih terkejut bukan main, langsung menangkap tubuh Nikita. Sehingga gadis malang itu tidak jadi jatuh ke lantai.
Tentu saja kejadian mengenaskan itu membuat langsung suasana di ruang tengah itu semakin heboh. Berbondong-bondong Abraham Winata serta istri anaknya menghambur pada putri tersayang di keluarga Winata.
Sementara Dareen yang segera menyadari kejadian yang tak disengaja itu, juga segera menghambur pada Nikita yang sedang dibawa ke kursi sofa oleh Nyonya Chalinda dan Nindira.
Beberapa saat lamanya semua orang itu seolah melupakan Annabella. Sedangkan Annabella kini berdiri tenang dengan wajah dingin. Sikapnya tanpa rasa bersalah sama sekali, seolah kejadian tadi tak ada hubungannya dengan dia.
Sementara sepasang matanya yang tajam menatap datar adegan kedua orang tua dan kakak-kakaknya itu dalam memperlakukan Nikita, seolah-olah porselin mewah dan mahal yang tidak rela tergores walau sedikit.
Sedangkan Bibi Lastri, sebenarnya hatinya sudah kebat-kebit sejak tadi menyaksikan perbuatan majikan mudanya itu. Kini ditambah kejadian yang di luar dugaan itu. Sudah barang tentu Annabella akan disalahkan dan akan ditindas lebih keras.
Itu sudah pasti....
★☆★☆
"Maaf..., maaf..., maaf..., Niki," sesal Dareen dalam rasa sedihnya, "kakak nggak sengaja.... Kakak tadi mau menampar Bella, tapi nggak sengaja terkena wajahmu. Kakak minta maaf, Niki...."
"Nggak... pa-pa, Kak," kata Nikita seolah berusaha tegar dalam rasa sakit yang sesungguhnya dia alami sekarang. "Aku nggak nyalahin Kakak. Itu... bukan salah Kakak."
"Itu...," dia menoleh pada Annabella dengan ekspresi seolah bersedih dan duka. Tampak kedua matanya berkaca-kaca menahan tangis kesedihan dan penuh penyesalan.
Namun sebenarnya itu akibat rasa sakit yang amat sangat dia rasakan, sehingga dia hampir tak bisa menahan tangis.
Tapi dia masih bisa mengemas rasa sakitnya itu dengan sebuah drama yang semakin membuat manusia-manusia lebai itu merasa kasihan dan sayang kepadanya.
Seketika itu juga semua mata mereka menatap Annabella dengan penuh permusuhan dan kebencian yang sangat.
Kecuali Nindira, dia menatap adiknya itu dengan penuh penyesalan dan kesedihan, kenapa Annabella semakin bertingkah tidak terpuji seperti itu?
Dan saat itu juga, karena telah tersadar akan kesalahan fatal Annabella, Arden langsung menghampiri sang adik dengan langkah penuh ancaman untuk menindas.
"Kamu...! Baru saja masuk ke rumah ini sudah membuat Niki celaka!" hardiknya penuh amarah. "Maka kamu akan mendapat hukuman berat dariku atas perbuatanmu kotormu itu!"
Lalu tangan kanannya langsung menampar wajah Annabella dengan cepat, dengan tenaga kuat, tak perduli apakah Annabella akan cidera nantinya atau tidak.
Tapi sayangnya yang akan dia tindas bukan lagi Annabella yang dulu. Yang akan dia tindas adalah Annabella yang telah mempunyai kekuatan dari Fiorella.
Belum juga tamparan tangan kanan Arden sampai ke wajah Fiorella alias Annabella, dengan cepat gadis itu mengangkat tangan kirinya, menangkis dengan mantap serangan Arden.
Membuat Arden terkejut bukan main. Dia termasuk seorang praktis bela diri yang handal. Tapi ilmunya itu kenapa tak berguna pada gadis yang dia anggap lemah ini?
"Aku sudah peringatkan padamu, Tuan Arden, agar jangan lagi macam-macam padaku!" kata Annabella bernada datar dan dingin. "Tapi kau sama sekali nggak mengindahkan karena meremehkanku!"
Maka rasakanlah akibat sikap meremehkanmu ini!"
Belum hilang gema suara dinginnya itu, tangan kanannya sekarang terangkat. Lalu menampar wajah Arden dengan kuat, keras, dan telak. Dan Arden tak sempat menghindar.
Plaaak!
"Akh!"
Wajah Arden langsung melengos paksa ke samping kanan, saking kuat dan kerasnya. Sedangkan tubuhnya langsung limbung dan terjajar ke belakang.
Tapi serangan Annabella belum pula usai....
Dia langsung mengejar Arden. Lalu tangan yang tadi menampar, kembali menampar wajah Arden dengan punggung tangannya.
Plaaak!
"Akh!"
Kini Arden bukan lagi terjajar limbung, dia segera jatuh cukup keras ke lantai marmer dengan bunyi bergedebuk keras.
"Arden...!"
"Kak...!"
"Bella! Sungguh kelakuanmu sudah melampaui batas!" berang Tuan Abraham penuh amarah. "Aku tidak akan mengampunimu lagi, anak sialan!"
"Tuan Abraham, aku sudah memperingatkan padanya tadi agar jangan lagi macam-macam denganku," kata Annabella dengan santai sambil tersenyum dingin. "Tapi dia nggak mau dengar."
"Yaah..., terpaksa aku berikan apa yang dia minta," lanjut Annabella dengan enteng.
Sementara Arden segera bangkit terduduk. Lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ringan karena terasa pusing. Tampak sudut bibirnya menetes darah segar.
"Keparat!" rutuknya dalam hati sambil masih menggeleng-gelengkan kepalanya karena masih pusing. Lalu dia menatap buas pada Annabella, penuh nafsu untuk membunuhnya.
Lalu dengan memaksakan diri, meski tubuhnya masih agak limbung, dia paksakan untuk bangkit, siap menyerang Annabella.
★☆★☆★