( Musim Ke 2 : Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat )
Setelah menepati janjinya yang tersisa pada Sekte Langit Baru dan Tetua Huo, Tian Feng tidak lagi bersembunyi. Didorong oleh sumpah pembalasannya, ia memulai perburuan sistematis terhadap Aula Jiwa Bayangan. Bersama Han Xue dan Ying sebagai mata-mata utamanya, mereka membongkar satu per satu markas rahasia Aula Jiwa Bayangan, bergerak seperti dua hantu pembalas dendam melintasi Benua Tengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 301
WUUUSSSHHHH!
Robekan ruang hitam pekat menutup tanpa suara. Tiga sosok ditambah seekor serigala bayangan muncul di dunia yang sama sekali berbeda.
Langit di sini tidak biru. Warnanya merah darah yang sakit-sakitan, diselimuti oleh awan-awan belerang berwarna kuning kehijauan yang bergerak lambat. Udara terasa panas, kering, dan dipenuhi oleh bau belerang, karat, dan kematian yang pekat. Tanah di bawah kaki mereka adalah batu vulkanik hitam retak yang tandus, dan di kejauhan, pilar-pilar asap hitam mengepul dari gunung-gunung berapi yang tampak seperti gigi-gigi busuk.
Ini adalah Tanah Tandus Iblis, sebuah benua kecil terpencil yang dikenal sebagai tempat pembuangan sampah bagi para kultivator iblis dan sekte-sekte sesat.
"Uhuk! Uhuk!"
Han Xue (Dou Zong 4) terbatuk hebat, nalurinya langsung menciptakan perisai Dou Qi es tipis di sekelilingnya. Energi Langit dan Bumi di sini begitu kacau dan korosif hingga ia merasa meridiannya sedikit sakit hanya dengan bernapas. Ying merengek pelan di sisinya, bulu bayangannya berdiri tegak.
Di sisi lain, Tian Feng (Fisik T10 / Ban Sheng Puncak) dan Xu Zhao (Dou Sheng 1) berdiri dengan tenang. Tubuh naga mereka yang agung sama sekali tidak terpengaruh oleh lingkungan yang keras ini.
"Hmph. Tempat yang menjijikkan," gerutu Xu Zhao, mengamati lanskap yang hancur itu dengan jijik. "Penuh dengan energi iblis yang kotor. Aula Jiwa Bayangan benar-benar tahu cara memilih sarang tikus mereka."
Han Xue mengabaikan komentar itu. Ia mengeluarkan kompas khusus Jaring Bayangan, tetapi jarumnya hanya berputar liar. "Seperti yang kuduga," katanya pada Tian Feng. "Energi kacau di sini mengganggu semua artefak pelacak spiritual. Jaringku buta. Kita sendirian."
Tian Feng mengangguk. "Tidak masalah."
Ia menoleh pada dua rekannya. "Xu Zhao, kau lindungi Han Xue. Auramu bisa menghalau iblis-iblis rendahan yang mungkin tertarik pada kita."
Xu Zhao mendengus, tetapi dia berdiri sedikit di depan Han Xue, auranya sebagai Dou Sheng Bintang Satu menciptakan gelembung tak terlihat yang membuat udara di sekitar mereka langsung terasa bersih.
"Aku akan memindai," kata Tian Feng.
Ia tidak melangkah maju. Ia hanya berdiri diam dan memejamkan mata. Mata Roh Langit miliknya, yang kini ditenagai oleh lautan Dou Qi Ban Sheng Puncak dan jiwa dewa, terbuka.
Dunia di hadapannya larut. Ia tidak lagi melihat batu atau asap. Ia melihat aliran energi. Ia melihat seluruh Tanah Tandus Iblis sebagai lautan energi merah tua yang bergolak. Di kejauhan, ia melihat pegunungan raksasa yang ditunjuk oleh intelijen Han Xue Pegunungan Api Penyucian Hitam.
Pegunungan itu adalah sebuah formasi alami Yin jahat yang sangat besar, menyedot semua energi negatif di benua itu.
Dan di jantung pegunungan itu... ia melihatnya. Sebuah benteng. Bukan benteng fisik, melainkan sebuah benteng formasi yang tersembunyi jauh di bawah vulkanik yang mati. Ia bisa melihat lapisan-lapisannya—formasi ilusi yang rumit (jelas jejak tangan Gu Yao), formasi pembunuh jiwa, dan formasi pertahanan fisik.
Di dalam benteng itu, ia merasakan dua aura yang ia cari.
Satu aura Dou Sheng Puncak, tidur seperti gunung berapi yang tidak aktif Tetua Pertama. Dan satu lagi... aura Dou Zun Puncak yang kini berfluktuasi liar, penuh dengan kebencian dan kegilaan. Aura itu tersembunyi di ruang terdalam, jelas sedang dalam proses pemulihan kritis atau mencoba menguasai sesuatu. Gu Yao.
Tian Feng membuka matanya.
"Aku menemukan mereka," katanya singkat. "Jauh di dalam. Di sebuah tempat tersembunyi, sekitar lima ratus mil ke utara. Dijaga oleh setidaknya dua belas aura Dou Zong Puncak lainnya, dan formasi ilusi yang sangat kuat."
Xu Zhao menyeringai buas. "Formasi? Di depan seorang Kaisar Naga dan Jenderalnya? Mari kita hancurkan gerbangnya!"
"Tidak," kata Tian Feng, memotong antusiasme gurunya. "Mereka tidak tahu kita di sini. Kita memiliki keuntungan kejutan. Kita tidak akan menyerang secara lansung. Kita akan masuk seperti hantu."
Ia menatap Han Xue, yang matanya kini bersinar dengan pemahaman.
"Aku akan menggunakan kekuatan ruangku untuk membawa kita melewati penjaga luar," kata Tian Feng. "Han Xue, Ying, begitu kita berada di dalam, aku ingin kau menemukan celah di formasi ilusi itu. Kau adalah pisaunya."
"Dan aku?" tanya Xu Zhao, jelas tidak suka dengan ide menyelinap.
"Kau," kata Tian Feng, menatap gurunya dengan tajam. "Adalah kartu truf kita. Kau adalah palu godam yang akan menghancurkan mereka saat mereka mengira mereka aman. Jangan bergerak... sampai aku memberi perintah."
Xu Zhao menggerutu, tetapi ia mengangguk patuh pada perintah "Tuan Muda"-nya.
"Baiklah," kata Tian Feng. Ia melangkah maju, meletakkan satu tangan di bahu Xu Zhao dan satu lagi di bahu Han Xue. "Pegang erat-erat."
Dengan satu tarikan napas dalam, ia memfokuskan kekuatan Ban Sheng Puncak-nya. Ruang di depan mereka bergetar... dan ketiga sosok itu lenyap dari dataran tandus, melompat menembus bayang-bayang.
menjadikan anaknya tumbal kebangkitan,,,💪💪💪Tian cepat datang