NovelToon NovelToon
Sulastri, Aku Bukan Gundik

Sulastri, Aku Bukan Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Era Kolonial / Balas Dendam / Nyai
Popularitas:14.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anna

“Sekarang, angkat kakimu dari rumah ini! Bawa juga bayi perempuanmu yang tidak berguna itu!”

Diusir dari rumah suaminya, terlunta-lunta di tengah malam yang dingin, membuat Sulastri berakhir di rumah Petter Van Beek, Tuan Londo yang terkenal kejam.

Namun, keberadaanya di rumah Petter menimbulkan fitnah di kalangan penduduk desa. Ia di cap sebagai gundik.

Mampukah Sulastri menepis segala tuduhan penduduk desa, dan mengungkap siapa gundik sebenarnya? Berhasilkah dia menjadi tengkulak dan membalas dendam pada mantan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sulastri 34

​”Menimbang bahwa berdasarkan keterangan Penggugat dan dikuatkan oleh kesaksian dari saksi yang layak, Majelis Hakim menemukan fakta bahwa rumah tangga telah retak dan tidak ada lagi harapan untuk rukun.”

​“Menimbang bahwa sesuai dengan Hukum Fiqih yang berlaku, gugatan istri dapat dikabulkan apabila suami terbukti melalaikan kewajiban atau menimbulkan kerugian (dharar) pada istri, sehingga hakim berwenang menjatuhkan talak bain sughra(talak yang tidak bisa rujuk) sebagai perwujudan keadilan bagi istri.”

​“Dengan ini pengadilan mengabulkan gugatan perceraian dari Penggugat.

​Menjatuhkan talak satu bain sughra (talak yang tidak dapat dirujuk) atas diri Tergugat, saudara Kartijo Suseno bin Sasmitro, terhadap Penggugat, saudari Sulastri binti Margono. ​Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah lima belas rupiah.”

“Demikianlah diputuskan dalam Sidang Terbuka oleh Tuan Slamet Dirojo selaku Ketua Majelis, didampingi Hakim Anggota serta dibantu oleh saudara Mukhlis sebagai Panitera. Untuk digunakan sebaik-baiknya. 

Tok

Suara ketokan palu Slamet menggema di ruangan sidang, di susul sorak sorai semua pengunjung yang hadir. 

“Beh janda baru.” 

“Siap-siap jual sawah dan ladang untuk meminang iki.” 

“Saingan'e berat.” 

“Terabas ae … penting usaha.” 

Riuh suara penonton sahut menyahut. 

Di kursi tergugat, Kartijo mengepalkan tangan, wajahnya menengang. 

BRAKKK

Kartijo beranjak dari duduknya, lalu menendang meja hingga terpental ke depan podium. Ia kemudian maju kedepan, mengacungkan jari tepat di hidung pesek Slamet. “Ini pasti nepotisme, koe dibayar Londo Bajingan kae?! Keputusan iki ora sah!” 

“Juragan, tenang Juragan tenang.” Hassan yang gemetaran mencoba menenangkan sang juragan yang sudah kesetanan. 

“Meneng koe!” 

BUGH

Hassan dapat satu tinjuan. 

“Aku sudah memberimu lima kedok sawah, katamu itu cukup untuk membungkam orang-orang bodoh ini, tapi nyatane opo. Hah!” berang Kartijo sembari mencekal erat kerah kemeja hijau neon milik Hassan. 

BUGH 

Hassan kembali tersungkur dengan bibir pecah. 

Suasana pun semakin riuh, panik bercampur ngeri. Laki-laki dengan emosi tinggi itu kemudian menghampiri meja Sulastri. 

Pramono dengan sigap memasang badan di depan Sulastri yang meringkuk ketakutan. 

“Koe dengar ya, wadok ra kenek di toto, aku akan tetap menyeretmu pulang, apapun caranya. Dan koe …,” Kartijo menatap sengit wajah Pramono yang sedikit gemetar. “Jangan harap hidupmu tenang!” Laki-laki itu bersiap mengepalkan tinjuan. 

Bu—

Petter dengan gesit maju kedepan, memelintir tangan Kartijo hingga meringis kesakitan. 

“Berani koe ngancam orang-orangku, tak gae buntung tanganmu!” Petter kemudian mendorong Kartijo dengan kasar hingga wajah hitamnya nyusruk ke lantai kasar. 

“Kangmas …,” Amina yang sedari mematung di kursi tunggu berlari dengan wajah penuh amarah, bukan karena melihat Kartijo dihajar habis oleh Petter, tapi karena kebaya jingga yang di kenakan Sulastri. 

“Kalian—” 

“Keamanan, bawa perusuh ini keluar dari ruang sidang!” Petter berteriak dengan lantang, tatapannya tajam namun ada seringai remeh di dalamnya. 

Sekelompok orang berseragam coklat pun masuk ruangan, kemudian menyeret paksa Kartijo dan Amina keluar. 

Petter mengibaskan tangannya pelan, kemudian menarik Sulastri yang masih meringkuk ketakutan—sambil memegang punggung Pramono.  

“Kau lebih aman di sini,” bisiknya saat wanita ayu itu sudah ada di dekapannya. 

Laki-laki itu kemudian mengendurkan rahangnya, kembali tersenyum hangat saat Slamet menghampirinya. 

“Kau mirip sekali dengan papamu, selalu berjuang habis-habisan, demi keadilan.”

Petter menunduk sekilas, melepas Sulastri dari dekapan, berganti menggandeng pergelangan tangannya erat. Laki-laki itu kemudian menyalami Slamet dengan ramah. 

“Terimakasih sudah membuat keputusan secara adil, Tuan,” ucapnya. 

Slamet mengangguk pelan, menyambut uluran tangan Petter. “Memang sudah terbukti semua, mau bagaimana, dari sidang mediasi pun aku tau wanita ini benar-benar tersiksa. Tapi, ya … kita tetap harus mengikuti prosedur yang berlaku.” Ia kemudian melirik pada Pramono yang mematung di sebelahnya. “Anda semakin hebat, Bung,” ujarnya, tangan gempalnya menepuk pundak Pramono hingga bergetar. 

Pramono menunduk hormat. “Ini semua berkat didikan keras dari Anda, Pak.”

Slamet terkekeh kecil, lalu merangkul pundak Pramono yang lebih tinggi dari dia. “Pramono ini, anak saya yang paling tua. Ngotot jadi pengacara biar bisa debat sama bapaknya,” celoteh Slamet, bibirnya kembali tertawa lebar hingga mata tiongkoknya tinggal segaris.

“Pantas saja kalian mirip,” goda Petter, sambil tersenyum canggung, lalu mengulurkan tangannya pada Pramono. “Terimakasih banyak untuk bantuan Anda, Mr. Pramono, saya akan segera menyiapkan apa yang sudah pernah saya janjikan untuk Anda.” 

“Sama-sama, Tuan. Saya juga berterimakasih, karena Anda sudah mempercayakan kasus ini kepada saya, dan …,” Laki-laki itu melirik Sulastri yang tertunduk sembari memainkan ujung kebayanya. 

Slamet tersenyum kecil, lalu mengulurkan tangannya pada Sulastri. “Selamat, untuk status baru Anda, Nyonya, andai tidak keduluan Tuan tanah ini, sudah saya jodohkan Anda dengan putra saya.” 

“Kalau yang itu ‘kan belum putusan, Pak. Mana tau saudari Sulastri punya pilihan lain,” celetuk Pramono. 

Seketika, Petter mengeraskan rahangnya, tatapannya menjurus seolah ingin membelah jantung Pramono. 

“Jangan macam-macam kalau sudah jadi milik Tuan tanah ini, bisa habis, bangkrut kita,” seloroh Slamet.

Pramono tersenyum samar, matanya tak lepas dari wajah polos di depannya. “Tapi ‘kan tidak ada salahnya kita berusaha.” 

Slamet menghela napas pelan. “Heh … anak muda zaman sekarang, nekadnya nggak ketulungan, terserah sajalah, asal jangan jotos-jotosan.”   

“Ya sudah, saya tinggal dulu, masih ada dua sidang mediasi hari ini.” Laki-laki itu berdecak kecil. “Ck, semenjak kasus saudari Sulastri, banyak wanita pribumi yang berani menuntut keadilan, Anda sepertinya layak dijadikan pelopor keberanian wanita,” lanjutnya seraya tersenyum hangat, lalu berlalu pergi. 

Petter menatap sengit wajah Pramono yang sumringah. Pengacara itu tak melewatkan kesempatan, meraih tangan Sulastri saat terlepas dari genggaman, menjabatnya dengan begitu erat nan hangat. 

“Selamat untuk keberhasilan kita, Dik … eh, saudari,” ucap Pramono, kaku. 

“Saya yang berterimakasih, Tuan membantu saya sampai titik ini,” sahut Sulastri, wajahnya tersenyum teduh. 

“Ehm …,” Petter berdehem kencang, seraya melepas paksa jabatan tangan keduanya. “Jangan lama-lama berjabatan tangannya, nanti alergi,” ketusnya, lalu kembali menggenggam tangan Sulastri. 

Pramono terkekeh kecil, kepalanya sedikit menunduk, tapi dengan cepat mendongak—membalas tatapan sengit Petter. 

“Anda sepertinya takut sekali tersaingi, Tuan?” 

“Takut? Apa yang harus saya takutkan, coba saja kalau memang Anda bisa melepaskan genggaman ini.” Tantang Petter sembari mengangkat tangan yang bertaut tinggi-tinggi. 

Pramono menatap sinis, sudut bibirnya terangkat tipis. “Selagi janur kuning belum melengkung, siapapun boleh berusaha, bahkan sudah melengkung pun kalau tuhan berkehendak menjodohkan, kita sebagai hamba bisa apa?!” 

Petter berdiri tegak, tatapannya tenang — tapi mampu mengintimidasi. “Ceramah, coba saja kalau Anda benar-benar laki-laki sejati.” Ia kemudian menarik Sulastri kedekapannya, lalu membawanya berjalan keluar ruang persidangan. 

Pramono masih mematung di tempatnya, tangannya mengepal sempurna, bibir tipisnya berguman pelan. “Wanita pribumi jodohnya hanya boleh laki-laki pribumi.” 

Di dalam mobil sedan abu-abu tua, Petter terus-terusan melirik wajah Sulastri yang gelisah. “Kenapa, kau tidak terima aku menghalangi niat pengacara itu?!” 

Sulastri mengernyitkan alisnya, bibirnya mencebik kecil. “Tidak terima pun bisa apa.” 

Petter mendelik seketika. “Jadi kau mau membuka kesempatan untuk dia?”

Sulastri tak menjawab, bibirnya mengerucut, tatapannya lurus pada jalanan. 

Petter yang gemas mengerem mendadak, membuat tubuh Sulastri sedikit limbung ke depan. Wanita itu menoleh seketika, matanya melotot galak. 

“Anda ingin saya terjungkal?!” 

“Iya, biar kepalamu itu kepentok dashboard dan tidak berpikir macam-macam.” 

“Cih, dasar.” Ketus Sulastri.

Petter tersenyum samar, lalu kembali melajukan mobilnya. 

“Malam ini aku akan membawamu dan Anne ke pasar malam, jangan dandan telalu cantik, aku tidak mau wajahmu dipandang pria hidung belang di luaran sana.” 

“Tanpa berdandan pun saya juga sudah cantik,” celetuk Sulastri, membuat Petter terkekeh seketika. 

“Kau benar, kau memang cantik, tapi … masih lebih cantik gadis mont—”

Sulastri meninju lengan Petter seketika, tatapannya galak, giginya bergemeretak. 

“Anne maksudnya, Anne.” Laki-laki itu terkekeh, lalu meraih tangan Sulastri, membawanya ke depan bibirnya. 

Cup 

“Kau satu-satunya wanita tercantik di dunia.” 

Bersambung. 

1
Sayuri
nah loh awas
Sayuri
kalo ma kartijo, boro2 di kasih minum
Nanda
wkwkwkwk. gapapa kak, makasih udah update 😍
Sayuri
mana ea kok blum up lagi?
Anna: salah setting tanggal, saya kira hari tanggal 10 🤣
total 5 replies
kalea rizuky
visual nya cocok
Anna: 🫶🫶🫶🫶🫶
total 1 replies
cinta semu
q baca ny aja sambil mesam- mesem 😂😂terus apa kabar hati ny tuan meneer Peter ya.... Sulastri oh Sulastri...
Anna: terpantau nggak tidur semalaman.
total 1 replies
Sayuri
jgn smpe sya sambit pke keranjang km y
Anna: galakkk ya?
total 1 replies
Sayuri
kibas ja pkai rambut gondrongmu ndo.
Anna: Petter berkata "aku jadi duta shampo lain?"
total 1 replies
Sayuri
mau tapi malu. malu tapi mau. mau mau malu
Anna: malu-malu meong
total 1 replies
Sayuri
hhhhhaha
Sayuri
abu2. mayitttt kh dia tor? 🤭
Anna: kaya mau ngetik putih, to, berattt banget nih jari 🤣
total 1 replies
Sayuri
wajib naik gaji euy
Anna: Dasim telah di sabotase
total 1 replies
Nanda
nyengir gak lu Peter!
Anna: terpantau nggak tidur ...
total 1 replies
Nanda
mayday mayday! meneer we’ve got situation here!!
Anna: Petter mengetik ...
total 1 replies
Nanda
menghindar, tapi masih perhatian yakk wkwkwk🤣
Anna: jinak-jinak merpati 🤭
total 1 replies
CallmeArin
thor ah dikit banget inimah
Anna: hehhh 🫶
total 1 replies
cinta semu
kok sak ipet men nek lanjut ne cerito...mara,i penasaran Thor... ojok medit2 po'o...😂😂
Anna: sabarr yek ee, jempol sepuhh iki. 🤣🤣
total 1 replies
Sayuri
lanjut kk. tripel up dong. seru ini q suka lastri yg ngelawan gini. hancur2 dah amina tu
Anna: pelan-pelak pak sopirrrrr .... #jempoljompo.
total 1 replies
Sayuri
coba aj klo bisa. smpe lubang melar di hajar kasman, mener g kan sudi melirikmu
Anna: hehhhh ... lubang apa itu yang melar 🤣🤣
total 1 replies
Sayuri
btul tuh. tp kmu jgn diem lagi ya sul kalo di nyinyirin ma mreka
Anna: Sulastri sedang mengetik ....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!