NovelToon NovelToon
JATUH UNTUK BANGKIT

JATUH UNTUK BANGKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta Terlarang / Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

Elang Alghifari, CEO termuda yang sukses, dijebak oleh sahabat dan calon istrinya sendiri. Dalam semalam, ia kehilangan segalanya—perusahaan, reputasi, kebebasan. Tiga tahun di penjara mengubahnya dari pemimpin visioner menjadi pria yang hidup untuk satu tujuan: pembalasan.
Namun di balik jeruji besi, ia bertemu Farrel—mentor yang mengajarkan bahwa dendam adalah seni, bukan emosi. Setelah bebas, Elang kabur ke Pangalengan dan bertemu Anya Gabrielle, gadis sederhana yang mengajarkan arti cinta tulus dan iman yang telah lama ia lupakan.
Dengan identitas baru, Elang kembali ke Jakarta untuk merebut kembali segalanya. Tapi semakin dalam ia tenggelam dalam dendam, semakin jauh ia dari kemanusiaannya. Di antara rencana pembalasan yang sempurna dan cinta yang menyelamatkan, Elang harus memilih: menjadi monster yang mengalahkan musuh, atau manusia yang memenangkan hidupnya kembali.
Jatuh untuk Bangkit adalah kisah epik tentang pengkhianatan, dendam, cinta,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 17

Bu Marni menghampiri Elang dengan wajah yang berubah serius—masih ramah, tapi ada kedalaman di sana. "Akang," katanya pelan, "Anya teh anak alus. Hate bersih. Nggak pernah suka sama cowok mana pun ti SD sampe sekarang. Tapi Anya suka ka Akang. Emak bisa lihat."

Elang menelan ludah, tidak tahu harus bilang apa. "Bu, saya... saya nggak—"

"Akang teu usah buru-buru jawab," Bu Marni mengangkat tangan, senyum lembut. "Emak tau Akang lagi dina situasi sulit. Lagi perang jeung masa lalu. Tapi Emak mau Akang tau: kalo Akang mulai suka jeung Anya—jeung Emak ngarasa Akang oge mulai suka—tolong jaga hate anjeunna. Jangan disakiti. Karena kalo Akang sakiti Anya, meskipun Emak sayang ka Akang, Emak nggak bakal maafin."

Kata-kata itu disampaikan dengan lembut tapi final—warning yang dibungkus dengan kehangatan tapi tetap warning. Elang mengangguk, tenggorokan terasa tersumbat. "Saya janji, Bu. Saya nggak akan sakiti dia."

"Alus." Bu Marni menepuk bahunya. "Sekarang Akang istirahat dulu. Katingalna capek pisan. Anya bakal turun lagi nanti kalo udah nggak isin."

Elang naik kembali ke kamar, berbaring di kasur dengan surat Anya di tangan dan bunga edelweiss di meja samping. Tubuhnya lelah, tapi pikiran tidak bisa berhenti—berputar antara ancaman Brian, strategi Harris, dan sesuatu yang lebih membingungkan: perasaan hangat di dada setiap kali ia memikirkan Anya.

Ia tidak tidur. Hanya berbaring sambil menatap langit-langit sampai matahari naik penuh dan suara warung mulai ramai dengan pelanggan pagi.

Malam datang dengan kecepatan aneh—seolah siang hanya berlangsung sebentar, atau mungkin Elang yang terlalu tenggelam dalam pikiran sampai tidak menyadari waktu berlalu. Ia membantu di warung seperti biasa—memotong bawang tanpa nangis lagi (progress kecil yang Anya puji dengan girang), mencuci piring, mengangkat galon air untuk Bu Marni.

Anya sepanjang hari menghindari kontak mata langsung—setiap kali mata mereka tidak sengaja bertemu, ia langsung lirik ke arah lain dengan pipi memerah. Tapi ada senyum kecil di bibirnya yang tidak hilang, senyum yang membuat Elang merasa... ringan, untuk pertama kalinya dalam sangat lama.

Setelah warung tutup dan Bu Marni tidur, Elang duduk di teras kecil depan warung dengan jaket tebal—udara Pangalengan malam dingin sampai napas keluar seperti asap. Ia menatap langit—bintang-bintang bertebaran seperti berlian di kain hitam, tidak ada polusi cahaya seperti Jakarta, hanya murni kegelapan dan cahaya.

Langkah kaki pelan di belakang. Anya keluar dengan selimut di bahu, duduk di kursi samping Elang dengan jarak yang sopan tapi tidak terlalu jauh. Mereka diam sejenak, hanya bunyi jangkrik dan angin yang menggoyangkan daun.

"Mas," Anya akhirnya bicara, suara pelan tapi jelas, "Mas pernah suka sama orang?"

Pertanyaan itu datang tiba-tiba, menusuk sesuatu di dada Elang. Ia diam lama—terlalu lama—sebelum menjawab. "Pernah."

"Siapa?"

"Zara. Kekasih gue. Atau yang gue pikir kekasih gue." Kata-kata itu keluar pahit, meninggalkan rasa tidak enak di lidah. "Gue suka dia. Bahkan mungkin cinta. Gue pikir dia juga cinta sama gue. Tapi ternyata... ternyata semua itu acting. Dia cuma butuh gue sebagai stepping stone buat naik."

Anya menatap bintang, tidak menatap Elang—mungkin lebih mudah bicara tentang hal-hal berat ketika tidak harus bertatapan mata. "Masih sakit?"

Elang menarik napas dalam, mencari jawaban jujur di dalam dirinya. "Dulu sakit. Sangat sakit. Kayak ada yang sobek di dada dan nggak bisa dijahit lagi. Tapi sekarang..." Ia berhenti, melirik Anya yang masih menatap langit dengan profil wajah yang lembut diterangi cahaya bulan sabit tipis. "Sejak ada kamu, itu sakit kayak... kayak mulai berkurang. Atau mungkin masih ada, tapi nggak se-dominan dulu."

Anya akhirnya menoleh, mata besar itu menatap Elang dengan kedalaman yang membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangan. "Anya bisa bikin Mas lupa sama dia?"

Pertanyaan itu—polos tapi berani, vulnerable tapi jujur—membuat sesuatu retak di tembok yang Elang bangun di sekitar hatinya. Ia ingin bilang "nggak ada yang bisa bikin gue lupa", ingin bilang "gue rusak, kamu nggak harus buang-buang waktu", ingin bilang sejuta alasan kenapa ini ide buruk.

Tapi yang keluar adalah: "Kamu udah bikin gue lupa, Nya. Pelan-pelan. Setiap surat kecil, setiap teh hangat, setiap senyum... kamu bikin gue inget bahwa masih ada kebaikan di dunia. Masih ada orang yang peduli tanpa minta balik."

Anya tersenyum—senyum yang membuat matanya menyipit dan pipi yang chubby jadi lebih bulat, senyum yang murni dan tanpa perhitungan. Lalu, dengan keberanian yang jelas butuh usaha, ia mengulurkan tangan, meraih tangan Elang yang dingin di armrest kursi.

Tangannya kecil dan hangat, menggenggam dengan lembut tapi firm. "Anya nggak mau gantiin siapa-siapa, Mas. Anya cuma mau... cuma mau jadi orang yang bikin Mas inget bahwa Mas berharga. Bahwa Mas nggak sendirian. Bahwa..."

"Bahwa apa?"

Anya menarik napas dalam, pipi memerah lagi tapi kali ini ia tidak mengalihkan pandangan. "Bahwa ada orang yang sayang sama Mas. Bukan karena Mas CEO kaya. Bukan karena Mas bisa kasih apa-apa. Tapi karena... karena Mas itu Mas. Orang yang rajin sholat subuh meskipun capek. Orang yang motong bawang sambil nangis tapi tetep mau bantu. Orang yang... yang asa nyatu sama keluarga Anya meskipun baru kenal sebentar."

Kata-kata itu meleleh sesuatu di dalam dada Elang—sesuatu yang sudah lama beku. Ia menatap tangan mereka yang bertautan, kontras antara tangannya yang kasar dan penuh kapalan dengan tangan Anya yang lembut tapi juga ada kapalan kecil dari kerja di warung.

"Anya," suaranya keluar serak, "gue nggak tau apa gue bisa jadi orang baik buat kamu. Gue masih punya dendam. Masih punya rencana buat balas. Masih ada bagian gelap di dalam yang gue nggak yakin bisa hilang."

"Anya tau," Anya menjawab pelan, menggenggam lebih erat. "Tapi Anya percaya... Anya percaya Mas nggak akan biarkan kegelapan itu ngancurin Mas total. Karena Mas itu kuat. Lebih kuat dari yang Mas pikir."

Mereka duduk seperti itu—tangan bertautan, menatap bintang, diam dalam kebersamaan yang entah kenapa lebih bermakna dari ribuan kata—sampai udara jadi terlalu dingin dan Anya mulai menggigil meskipun sudah pakai selimut.

"Mas," katanya dengan mata mulai berat, "Anya ngantuk. Tapi nggak mau ninggalin Mas sendirian."

Elang tersenyum—senyum pertama yang genuine dalam sangat lama, senyum yang bukan karena strategi berhasil atau musuh jatuh, tapi karena kebahagiaan sederhana. "Anya tidur aja. Gue bakal di sini bentar lagi, terus tidur juga."

"Janji?"

"Janji."

Anya berdiri dengan enggan, tapi sebelum masuk, ia berhenti di ambang pintu. "Mas," panggilnya tanpa menoleh, "mimpi indah ya. Semoga nggak mimpi buruk lagi."

"Kamu juga, Nya."

Ia menghilang ke dalam, meninggalkan Elang sendirian di teras dengan tangan yang masih terasa hangat dari genggaman tadi dan dada yang terasa penuh dengan sesuatu yang ia takut untuk sebut sebagai harapan—karena harapan itu rapuh, dan ia sudah terlalu sering melihat harapan hancur.

Tapi mungkin, hanya mungkin, kali ini bisa berbeda.

---

**[Bersambung ke Bab 18**

1
Dessy Lisberita
aku kok suka nya elang sama. stella ya thoor
Dri Andri: sayangnya elang udah jatuh cinta sama anya
total 1 replies
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: oke simak terus yaa
total 1 replies
Rizky Fathur
hancurkan Brian Thor sehancur hancur Thor bongkar semua kebusukannya Brian Thor jangan bikin elang naif memaafkan Brian pas Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang berbisik kepada Brian Brian keluargamu bagiamana bikin di sini Brian sampai memohon jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli Dan tertawa jahat Thor hahahaha
Dri Andri: perlahan aja ya😁k
total 2 replies
Rizky Fathur
Thor cepat bongkar kebusukan Brian Thor bikin elang kejam kepada musuhnya musuhnya bantai Sampai ke akar akarnya bersihkan nama baiknya elang Thor bikin di sini sifatnya jangan naif Thor
Rizky Fathur
cepat bantai Brian dengan kejam Thor bongkar semua kebusukannya ke media Thor bikin elang bersihkan namanya Dan Ambil lagi semua hartanya bikin elang tuntut balik orang yang melaporkannya dulu Dan yang memfitnahnya dulu dengan tuntutan puluhan milyar bikin elang kejam kepada musuhnya Thor kalau perlu tertawa jahat dan kejam berbicara akan membantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya kepada elang bikin elang tertawa jahat hahahaha Brian aku tidak perduli habis itu pukulin Brian sampai pingsan
Dessy Lisberita
lanjut
Dri Andri: gaskeun
total 1 replies
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya seru cepat buat elang Ambil kembali asetnya bongkar kebusukan Brian bikin elang kejam Thor sama Brian bilang akan bantai keluarganya Brian bikin Brian memohon ampunan jangan libatkan keluarganya bikin elang tidak perduli bikin elang tertawa jahat Thor
Rizky Fathur: bikin elang kejam Thor bongkar kebusukan Brian ke media bersihkan nama baiknya elang Thor bikin elang tuntut balik yang memfitnahnya Dan menjebaknya itu dengan tuntutan berapa ratus Milyar Thor
total 2 replies
Dessy Lisberita
bangkit lah elang
Dessy Lisberita
jngan terlalu percaya sama saudara ap lagi sama orang asing itu fakta
Rizky Fathur
lanjut update thor ceritanya bikin elang menang bikin Jefri kalah Thor kalau perlu Hajar Jefri sampai luka parah
Dri Andri: gas bro siap lah perlahan aja ya makasih udah hadir
total 1 replies
Kisaragi Chika
bentar, cepat banget tau2 20 chapter. apa datanya disimpan dulu lalu up bersamaan
Dri Andri: hehehe iyaa
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!