NovelToon NovelToon
Menantu Ibu

Menantu Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Nikah Kontrak / Mengubah Takdir
Popularitas:210.1k
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Kontrak kerja Tya di pabrik garmen akan segera berakhir. Di tengah kalut karna pemasukan tak boleh surut, ia mendapat penawaran jalur pintas dari temannya sesama pegawai. Di hari yang sama pula, Tya bertemu seorang wanita paruh baya yang tampak depresi, seperti akan bunuh diri. Ia lakukan pendekatan hingga berhasil diajak bicara dan saling berkenalan. Siapa sangka itu menjadi awal pilihan perubahan nasib. Di hari yang sama mendapat dua tawaran di luar kewarasan yang menguji iman.
"Tya, maukah kau jadi mantu Ibu?" tanya Ibu Suri membuyarkan lamunan Tya.
"HAH?!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 Dua Juta Woi!

Tya terang-terangan merespon hukuman yang disebutkan Diaz dengan gestur badan merinding. Sama sekali tidak masuk di logikanya jika Diaz menyebutkan bentuk hukuman itu dengan tanpa pikir panjang. Seolah sudah direncanakan atau memang spontanitas kah. "Ada pilihan kedua nggak, Mas bos?"

"Tidak ada. Dan tidak ada penawaran lagi. Aturan mulai berlaku dari sekarang. Deal!" Diaz mengulurkan tangan.

"Bentar dulu." Tya menyembunyikan tangannya ke belakang. "Dimana letak keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia nya? Aku juga mau ngasih hukuman kalau Mas Diaz bullying, body shaming. Intinya meledek, menghina, gitu ya. Harus adil."

"Oke. Hukumannya apa?"

"Yang simple aja lah. Bayar denda pakai cuan."

"Matre." Diaz mencibir. Gaya tarikan bibirnya sangat menunjang dengan garis wajahnya yang masuk ke dalam dua karakter—tampan tapi bengis, tampan tapi manis. Jika main film, cocok membawakan dua peran antagonis dan protagonis.

"Realistis aku mah. Sekali lagi bilang matre, fix mas Diaz yang anak sultan ini orangnya pelit."

"Kau..." Diaz menggeram. Tangannya sudah diangkat ke atas ingin memelintir hidung Tya. Segera diturunkan bersama dengusan kasar.

"Mas...jaga tensi darah. Mudah marah menyebabkan stress lalu stroke. Mati muda deh. Yaah rugi selama ini kerja keras hartanya nggak sempat dinikmati."

"Dan sumber stresnya itu kau."

"Masa sih." Tya cekikikan. "Yang lain malah senang sama aku. Banyak yang terhibur lho. Entahlah...yang nggak normal itu mereka atau Joko."

"Joko. Siapa Joko? Hei, ingat poin perjanjian. Kau tidak boleh punya hubungan dengan cowok lain selama kita terikat kontrak. Aku aduin ke Ibu lho."

Tya sudah membuka mulut untuk menjawab. Tetapi telunjuk Diaz yang mengarah ke mukanya, membuat Tya memilih mengatupkan bibir. Sebal jika gaya bossy-nya Diaz sudah keluar.

"Iya makasih udah ngingetin. Balik lagi ke hukuman, setuju nggak sama permintaan hukuman cuan? Kalau nggak, aku juga nggak mau dihukum."

Diaz merubah gaya berdirinya menjadi berkacak pinggang. "Minta cuan berapa?" ujarnya dengan gaya menantang.

"Dua juta. Aku revisi pelanggarannya pakai bahasa bayi. Dilarang menghina, meledek, melecehkan. Contoh melecehkan itu seperti cium pipi kayak tadi siang dan adegan dewasa lainnya. Pegangan tangan atau peluk pinggang dan bahu tuh udah kelihatan mesra asalkan kita mainkan bahasa cinta lewat main mata. Deal ya?" Sekarang giliran Tya yang mengulurkan tangan.

"Banyak banget warning-nya. Aku cuma satu dilarang meledek."

"Mas bos, kalau aku bilang kau pelit, itu termasuk meledek tidak?"

"Iya lah meledek. Berarti kau harus menjalani hukuman."

"Oke, noted. Barusan mah simulasi dulu kan belum deal-dealan. Kalau nggak mau dikata pelit berarti deal ya?" Tya tersenyum menyeringai.

Diaz mendecak. Tangan kanan yang berada di pinggang terulur menjabat tangan Tya. "Deal."

Tya tersenyum lebar. Mengeluarkan ponsel dari saku piyamanya. "Aku udah rekam. Kalau mas bos melanggar, aku akan ngadu ke Ibu Suri."

Diaz geleng-geleng kepala. Seumur bergaul di berbagai lingkungan, baru kali ini bertemu perempuan absurd dan ini adalah istri pilihan Ibu.

Untung cuma kawin-kawinan. Bisa hilang kewarasan aku.

"Silakan keluar lagi, mas bos."

"Heh. Ngusir mulu kebiasaannya. Aku tuh niat ke sini mau ke kamar mandi. Malah terjebak kesepakatan baru."

"Lho...siapa yang usul, siapa yang kesal."

Diaz tidak menanggapi lagi. Pikirnya, nggak akan selesai-selesai kalau terus diladeni. Segera melanjutkan langkah menuju kamar mandi.

Tya menunggu Diaz keluar dari kamar mandi sambil mengayun-ayunkan kedua kaki di sofa. Begitu terdengar pintu dibuka, ia menoleh. "Astaghfirullah! pekiknya sambil buru-buru membelakangi.

"Biasa aja. Kayak baru lihat cowok nggak pakai baju." Diaz menanggapi reaksi Tya dengan berjalan santai menuju lemari.

"Nggak gitu. Masalahnya di ruangan ini cuma berduaan. Jadinya nggak nyaman." Tya masih tetap membelakangi. Tangannya terkepal karena sebal mendengar jawaban Diaz, lalu dilampiaskan dengan mengulek bantal. Tak berselang lama, orang yang ingin dibejeknya itu melewati sofa menuju pintu yang terbuka.

"Mas Diaz, pintunya boleh dikunci nggak? Udah nggak akan ke kamar mandi lagi kan?"

Diaz menghentikan langkah lalu memutar badan. Tatapannya mengarah pada Tya yang duduk sila.

"Jujur...aku kalau di tempat baru mesti kunci pintu biar bisa tidur. Kalau nggak, alamat melek sampai subuh."

Diaz masih mengamati wajah Tya. Kali ini ia melihat perempuan absurd itu memasang wajah serius. Masih bimbang untuk memutuskan karena terkadang dirinya terbangun sekali untuk buang air kecil.

"Oke. Selamat tidur."

Tya menghela napas lega. Tak sempat menjawab sapaan Diaz karena pria itu lebih dulu keluar sambil menutupkan pintu. Ia segera beranjak dan mengunci pintu. Lampu terang dimatikan berganti lampu duduk yang ada di nakas.

"Duh, ada sesuatu yang kurang nih. Aku bakal kangen alarm Joko nanti subuh. Kenapa nggak kepikiran ngerekam suara kokok si Joko ya." Tya menepuk jidatnya. Dengan gerak lunglai menarik jilbabnya dan disampirkan di sandaran sofa. Tidur sendiri dirasa cukup luas tanpa perlu membuka sofa menjadi bed.

***

Geliat kehidupan terasa saat pagi datang menyapa. Riuh, tapi bukan berasal dari suara orang melainkan dari suara vacum cleaner yang digunakan oleh asisten rumah tangga yang membersihkan ruang keluarga.

Wangi masakan dari arah dapur tercium oleh Tya yang baru saja menuruni tangga bersama Diaz. Kali ini janjian turun bareng karena bakal sarapan bersama Ayah Hilman dan Ibu Suri.

"Hai, mbak namanya siapa?" tanya Tya dengan keramahan ciri khasnya tanpa dibuat-buat. Ia menyapa perempuan yang ditaksir berusia kepala tiga yang tengah menyedot debu di karpet ruang keluarga.

"Saya Mbak Tuti, Non. Salam kenal ya, Non Tya."

"Ah, udah tahu nama aku ternyata. Salam kenal juga, Mbak Tuti."

"Ibu udah ngenalin mantunya pada kami, Non. Di dapur ada Bi Saroh, ada Mbak Nining lagi di ruang laundry."

Tya manggut-manggut. Senyum penuh keramahan masih menghiasi wajahnya.

"Yang, sini sarapan dulu." Diaz berseru dari sisi partisi ruang makan.

Aih...Mas Kudis udah mulai akting. Baiklah, ayo kita kolaborasi.

Tya permisi dari hadapan Mbak Tuti. Menghampiri Diaz yang sengaja menunggunya. Begitu dekat, ia mendapat bisikan, "Ada Ayah sama Ibu di meja makan."

Cukup mendapat informasi tanpa perlu menanggapi. Tya berjalan di sisi Diaz memasuki ruang makan.

"Pagi, Ayah. Pagi, Ibu." Sapa Tya dengan wajah berseri.

"Pagi, Nak. Ayo kita sarapan." Suri menyahut dengan penuh semangat.

"Nyenyak tidurnya, Tya?" tanya Hilman usai menjawab sapaan diiringi senyum.

Tya duduk bersisian dengan Diaz. Posisi yang sama seperti pasangan paruh baya yang duduk di seberang meja.

"Hm...kurang nyenyak, Yah. Biasa tidur sendiri, sekarang berdua. Mana Mas Diaz tidurnya mepet-mepet mulu. Aku jadi sering terjaga karna kaget. Eh dia mah tidur watados. Wajah tanpa dosa." Tya mengerling ke arah Diaz.

Hilman tertawa-tawa. Sangat terhibur oleh jawaban polos Tya. "Wajar pengantin baru. Nanti juga terbiasa, Tya. Kalian ini... benar-benar pasangan yang saling melengkapi. Diaz nggak akan stres karna hiburannya nggak perlu jauh. Ada di Tya," ujarnya diikuti kekehan.

"Ayah benar. Kalau Tya bisa disulap jadi versi mini yang bisa dimasukkan ke saku, aku pengen membawanya ke mana-mana. Selalu ngangenin soalnya." Diaz menatap Tya dengan tatapan lembut serta senyum jenaka.

"Hilih... pagi-pagi udah ngegombal." Tya menjawil dagu Diaz yang ditumbuhi janggut tipis dengan wajah bersemu merah jambu.

"Yah...lihat mesranya pengantin baru, kita jadi kebawa muda ya." Suri tertawa kecil.

"Haha. Benar, Bu. Ayah mau ngasih hadiah buat Tya karna udah berhasil bikin anak Ayah bucin. Biasanya kalau ada perempuan yang deketin, dingin dan judesnya minta ampun. Ternyata luluhnya sama anak Bekasi ya." Hilman kembali tertawa.

"Tahu nih, Yah. Kayaknya Tya pakai pelet deh. Sekali ketemu aja udah bikin aku tertarik." Diaz merengkuh bahu Tya.

"Ya nggak lah, Mas. Kan hati bakal menuntun kemana cintanya yang tulus suci akan berlabuh. Ahiww." Tya mengedipkan mata.

Hilman tertawa lepas lagi sambil mengacungkan dua jempolnya. Suka dengan jawaban Tya.

"Kau ini...selalu aja menggemaskan." Diaz mengecup pipi Tya. Sampai perempuan di sisi kanannya itu terkejut dan di bawah meja mencubit pahanya dengan bertenaga. Gilirannya yang terkejut dan spontan meringis yang disamarkan dengan tawa.

DUA JUTA WOI DUA JUTA!

1
✨rossy
kesempatan ngatain Diaz... mumpung lagi acting
N I A 🌺🌻🌹
asekkkkk hadiah lagi😂😂😂😂😂😂
N I A 🌺🌻🌹
awas tar lagi kangen beneran loh mas kudis😂
✨rossy
aku mh suka merinding kalau Diaz sudah ayang ayangan
bundanya Fa
tuh kaaan.... udah reflek main cium pipi klo lg gemes sama tya. lama2 kebiasaan tuh. ntar klo gak cium2 berasa ada yg kurang. 🤭
2 juta bagi dias mah seujung kuku. gak ngaruh yg penting bisa gemes2in tya.
N I A 🌺🌻🌹
akting nya tya keren😂
✨rossy
yg ga normal readers malam2 masih senyum2
✨rossy
yg penting tampan dan berduit🤣🤣
✨rossy
eeehh apa sih hukuman nya main deal aja🤣🤣
bundanya Fa
kayaknada bau bau cemburu nih..
Nindhi Pratiwi
cuan cuan.. mengalir k rekening 🤭🤭
Nindhi Pratiwi
Haha..cuma dua juta mah kecil buat si kudis🤪🤪KY nya bakal sering d langgar deh peraturan nya😄
N I A 🌺🌻🌹
awas mas tar lagi hilang keperjakaan mu😂😂😂😂
✨rossy: eehhhh🤣🤣🤣
total 1 replies
Nindhi Pratiwi
aamiin 😇😇😇😇😇 semoga ada malaikat yg liwat d catet deh tu jadi doa🤭😁
Nindhi Pratiwi
aduh... ikutan gemesh deh😍😍
Nindhi Pratiwi
Wahh..ini LG...yg Bnr mas si Tya mau d bawa kmn aja🙃🙃
Nindhi Pratiwi
bisa bisa nya bohong ma orang tua ..parah nih tya😁😁
N I A 🌺🌻🌹
rival mu itu mas, ga bakalan menang kalo lawan mu joko😂😂😂
Sar Mila
1 hari aja 10 ciuman Tia,.. auto tajir kamunya🤣🤣🤣
N I A 🌺🌻🌹
yg ga normal itu kamu tya😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!