Tiara pergi ke kantor catatan sipil menemani bibinya yang akan bercerai dengan suaminya. Siapa sangka seorang pria menarik tangannya dan memperkenalkan dirinya sebagai calon istri pada seorang wanita tua yang berada di sebuah kursi roda.
"Ibu, dia calon istriku. Aku pasti akan menikah lagi, dan memberikan Andrew seorang ibu. Sekarang ibu sudah mau di operasi kan?" tanya pria yang menggenggam erat tangan Tiara.
"Eh, pak ini apa..."
Mata Tiara melebar, pria itu menciumnya. Begitu saja. Lalu berbisik pada Tiara.
"Bekerja samalah dengan ku. Aku akan berikan apapun yang kamu mau!"
"Wah, kalian benar-benar mesra. Baiklah, kalau begitu langsung masuk saja. Ibu baru mau dioperasi kalau kalian sudah dapat sertifikat pernikahan!"
Rahang Tiara nyaris jatuh.
"Me.. menikah? nyonya, aku masih SMA" kata Tiara tergagap.
Pria matang dan dewasa yang menciumnya tadi cukup terkejut.
'Dia masih SMA?' batinnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Nah kan! mas nya teriak-teriak terus sih. Kan mbaknya pingsan!" kata pedagang es cekekk itu menyalahkan Andrew.
Tapi caranya menyalahkan, mundur-mundur gitu. Jadi, sebenarnya dia menyalahkan. Tapi dia takut pada Andrew. Dan dari raut wajahnya, dia juga terkesan seperti menghindari tatapan tajam dari Andrew.
Trenz yang melihat Hayati pingsan segera mendekati gadis itu. Trenz memeriksa bagian kepala Hayati, untungnya gadis itu jatuh di dekat rumput. Dan tidak ada batu runcing di sana. Trenz bahkan segera mengangkat tubuh Hayati dan menghampiri Choki.
"Aku akan bawa dia ke klinik. Kamu jaga Andrew!" kata Trenz yang segara diangguki oleh Choki.
Bahu Andrew masih naik turun. Bahkan dia tidak sama sekali perduli dengan apa yang terjadi pada Hayati. Padahal, memang seperti yang dikatakan oleh pedagang es itu. Hayati pingsan karena Andrew berteriak pada gadis itu keras sekali.
Choki menepuk bahu Andrew.
"Drew, gak ada gunanya kamu teriak-teriak gitu. Kita cari cara lain. Belum tentu juga yang dibilang Hayati tadi benar. Siapa tahu dia diminta Tiara bicara seperti itu pada kita. Katamu tadi mau menjenguk nenekmu di rumah sakit kan? ayo!" ajak Choki.
Choki berusaha membujuk Andrew, dan mengalihkan perhatian Andrew juga. Dan Choki berhasil. Dia berhasil membuat Andrew berjalan di depannya menuju mobil, dan mereka akan pergi ke rumah sakit.
Sementara itu, di klinik yang dekat dengan sekolah. Trenz masih menunggu Hayati sambil main game di ponselnya.
Tak lama kemudian Hayati mulai sadar, dia menatap langit-langit di atasnya.
'Putih!' batinnya. Tebakannya, pasti dia berada di rumah sakit. Sebab langit-langit kamarnya warnanya coklat muda.
Dan ketika dia menoleh, Hayati langsung otomatis mengaktifkan mode pertahanan diri. Dia memeluk lututnya, dan menjauhkan jaraknya dari Trenz.
Trenz hanya menoleh sekilas, lalu kembali ke permainan di ponselnya.
"Sudah bangun? sudah bisa pulang sendiri kan? atau masih ingin bersamaku disini sampai malam?" tanya Trenz tanpa melihat ke arah Hayati.
Tapi tidak ditatap saja, Hayati merasa sangat ketakutan. Dia langsung lompat dari tempat tidur pasien itu dan berlari keluar dari ruangan itu.
Trenz terkekeh. Dia senang sekali menganggu gadis itu. Melihatnya panik, membuang Trenz senang.
Hayati menoleh ke arah belakang, ketika sudah berhasil keluar dari klinik itu.
"Huh, huh. Dia tidak akan mengejar kan? kenapa aku takut sekali padanya?" gumam Hayati.
"Mbak, mbak!" seorang perawat menghampiri Hayati.
Hayati menunggu, karena perawat itu seperti membawa sesuatu untuknya.
"Iya sus..."
"Mbak obatnya ketinggalan. Ini vitamin sama pil tambah darahnya. Mbak jangan sering begadang ya. Jaga kesehatan"
Hayati menerima obat yang diberikan oleh perawat itu.
"Mbak, ini berapa?" tanya Hayati.
"Sudah di bayar sama mas yang bawa mbak kesini. Masnya baik sekali, mbak di gendong sampai masuk ke ruangan pemeriksaan. Dari ruangan pemeriksaan di gendong lagi ke ruangan rawat. Padahal dokter bilang mbak cuma pingsan karena kurang darah. Tapi mas nya pesan ruangan rawat. Kalian pacaran ya?" tanya perawat itu.
Hayati langsung menelan salivanya dengan susah payah.
'Mana ada, mungkin dia sangat menjagaku. Karena sungguh ingin menjadikan aku tum...'
"Agkhh, ibu...!"
Hayati berlari ke arah jalan. Dia harus secepatnya cari taksi online dan pergi dari tempat ini.
Perawat itu memiringkan kepalanya bingung.
"Eh, mbaknya kenapa? disayang pacar bukannya senang. Kok malah ketakutan sih" gumamnya bingung.
Sementara itu di bank. Tiara tidak bisa berkata-kata ketika melihat saldo yang ada di buku tabungan barunya itu.
"Satu, dua, tiga... nolnya banyak sekali tuan Will!" kata Arlina excited.
Will hanya tersenyum, sampai ponselnya tiba-tiba berdering.
"Halo Rey"
Telepon itu ternyata dari Rey, anak buah Will yang berjaga di rumah sakit.
[Bos, tuan muda ada di rumah sakit dengan temannya]
"Oke, terus jaga nyonya di rumah sakit!"
[Baik bos]
Tiara yang mendengar kata nyonya di rumah sakit. Langsung ingat pada Margaretha.
"Tuan Will, bagaimana keadaan nyonya Margaretha?" tanya Tiara.
"Nona, bukankah tuan bilang harus panggil nyonya besar dengan sebutan ibu!" kata Will mengingatkan Tiara.
"Oh iya, aku lupa. Bagaimana kondisi ibu setelah operasi?" tanya Tiara.
"Nyonya sudah lebih baik. Sebenarnya dokter selaku mengatakan, kemungkinan akan pulih jauh lebih besar setelah operasi ketiga. Hanya saja, dulu nyonya selalu menolak. Syaratnya sebenarnya hanya satu, asal tuan mau menikah lagi!" jelas Will.
Tiara mengangguk-anggukkan kepalanya. Paham semuanya sih tidak! jangan tanya bagaimana anak IPS menafsirkan penjelasan berbau operasi seperti itu. Tapi kalau setengahnya, Tiara paham lah. Namun, ada yang lebih membuatnya tertarik.
"Tuan Will, istri pertama om itu, meninggal ya? atau meninggalkan om? atau om yang meninggalkan dia?" tanya Tiara.
Will terdiam sebentar. Sepertinya ini bukan ranahnya untuk menjelaskan.
"Maaf nona, jika nona ingin tahu. Nona bisa tanya langsung pada tuan" kata Will lagi.
Tiara segera menunjukkan barisan gigi putihnya, alias nyengir. Dan kedua tangannya melambai di depan Will.
"Hah, tidak usah tuan Will. Terimakasih!" kata Tiara.
'Aku masih sayang nyawaku tuan Will. Aku baru mau mengumpulkan uang banyak. Belum juga aku bisa nonton seventeen konser kan? jangan sampai gapura kabupaten itu kekkk... aku!' batin Tiara.
Will sedang mengirimkan pesan pada bosnya. Karena dia tahu bosnya sedang meeting saat ini. Tidak mungkin bagi Nicholas menerima panggilan telepon.
Will menyampaikan pada tuannya itu, kalau Andrew ada di rumah sakit. Rasanya tidak mungkin membawa Tiara ke rumah sakit sekarang. Meskipun Margaretha sangat ingin bertemu dengannya.
Dan pesan itu di balas dengan cukup cepat oleh Nicholas. Nicholas bilang, kalau meetingnya sebentar lagi sudah akan selesai. Jadi Nicholas memerintahkan pada Will, membawa Tiara ke perusahaan saja. Dia juga akan makan siang setelah ini. Mereka bisa makan bersama, lalu setelah itu pergi ke rumah sakit bersama.
"Nona, tuan bilang kita harus ke perusahaan. Tuan ingin makan siang denganmu!" kata Will mempin jalan.
"Ke perusahaan? wah!" Tiara cukup takjub. Dia pun segera mengikuti langkah Will dengan cepat.
***
Bersambung...
malu Ama umur pak? tengah jalan di culik anak mu baru tau rasa🫣
kalau tuan nya ditalak 3😜🤣🤣
kira kira Tiara akan nurut gak ya 🤔🤔
jadi gaes,selama masih bisa dengerin Omelan mamah kalian
nikmati aja. percayalah ketika itu sudah ga kedengaran. rasanya malah hampa🥹
tapi ada benernya si
tapi..kalau mau disalahkan,ya bibinya
ngapain anak gadis ditinggalkan sendirian
kangen mamah ku🥹🥹🥹
tapi emang beda sih horang kayah smaa yg kayah" pas dulu cari receh di Singapura laki CEO bininya setara lah pergi cuma pakai sederhana make up pun tipis
pasti klu Andrew tau ya cuman dikit ada perang dunia ke3😃😃
biar seruuu
aku mau tau si Andrew playboy cap Kampak itu Tau mantannya jadi ibu tiri 🤣🤣😜
ug bertanggung jawab,penuh dukungan Ampe kadang rada jorokin.
Ama bau uit lah kyk om nicho🫣😜🤣
kalau mau ngurusin pernikahan Tiara itu gampang tinggal nanti aja setelah Tiara lulus bikin resepsi mewah, kan menantu mu si gapura kabupaten orang kaya tujuh turunan 🤣
bener apa enggak belakang
🤣🤣