Perjalanan hidup Kanaya dari bercerai dengan suaminya.
Lalu ia pergi karena sebuah ancaman, kemudian menikah dengan Rafa yang sudah dianggap adiknya sendiri.
Sosok Angela ternyata mempunyai misi untuk mengambil alih harta kekayaan dari orang tua angkat Kanaya.
Selain itu, ada harta tersembunyi yang diwariskan kepada Kanaya dan juga Nadira, saudara tirinya.
Namun apakah harta yang di maksud itu??
Lalu bagaimana Rafa mempertahankan hubungannya dengan Kanaya?
Dan...
Siapakah ayah dari Alya, putri dari Kanaya, karena Barata bukanlah ayah kandung Alya.
Apakah Kanaya bisa bertemu dengan ayah kandung Alya?
Lika-liku hidup Kanaya sedang diperjuangkan.
Apakah berakhir bahagia?
Ataukah luka?
Ikutilah Novel Ikatan Takdir karya si ciprut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengusiran
Pranggg.....!!!
"Tega kau mas!, membawa wanita lain kedalam rumah kita!"
Seorang wanita menepis pukulan dari suaminya. Iya menepis dengan tangan kirinya.
"Apa kau bilang?, rumah kita!"
"Kamu disini cuma numpang!, ini rumahku dan aku yang membuatnya!"
"Kau...!!" sahut istrinya yang tampak merintih kesakitan.
"Apaaa...!"
"Hari ini kau ku talak, dan aku tidak membutuhkanmu, dan anakmu itu!"
"Cepat pergi dari sini!, sebelum aku usir paksa!"
"Mas...!"
"Tega kau mas!"
"Apaaa...!!"
"Tega..?"
"Aku sudah memenuhi kebutuhanmu selama dua tahun ini. Jadi sekarang saatnya kau enyah dari hadapanku!"
Kanaya menangis hingga air matanya membanjiri pipi mulusnya. Tak pelak jika itu memang ucapan suaminya yang selama dua tahun ini menemaninya.
Kemudian ia bergegas menuju kamar, untuk menjemput putra semata wayangnya, dan keluar dari rumah ini.
"Aku belum pernah menyentuhmu!, tapi bagaimana kau bisa hamil dan melahirkan anak!"
"Makanya aku tak sudi menerimamu disini!"
Ucap suami Kanaya yang bernama Baratayudha.
iya terlanjur emosi, terlebih saat dengan sengaja melakukan tes DNA kepada putranya itu. Ternyata memang bukan darah dagingnya.
"Sudah pergi beb!"
Seorang wanita keluar dari kamar tamu. iya disinyalir sebagai duri dalam hubungan antara Baratayudha dan Kanaya.
Angela berjalan agak tergesa menuju pintu rumah untuk melihat kepergian Kanaya yang membawa tas kecil dan menggendong seorang anak.
Ia kemudian memeluk Baratayudha dari belakang.
"Selamat tinggal Kanaya!, bye-bye!"
"Hus hus!, jauh jauh!"
Angela tersenyum puas melihat kepergian Kanaya dari rumah kekasihnya itu.
Barata kemudian memeluk Angela dan mengecup keningnya.
"Ayo mas!, aku sudah tidak tahan!" ucap Angela genit sambil mengedipkan sebelah matanya.
Bibir merahnya seolah melambai untuk disesap oleh Barata.
"Sampai pagi!"
"Siapa takut!" sahut Angela.
Tangannya kemudian dilingkarkan di leher Barata.
Bibirnya yang merah merona sedikit terbuka, matanya sedikit terpejam, membuat Barata segera menyambarnya.
Dan malam itu terjadilah pertempuran panas antara Barata dan Angela hingga keduanya kelelahan.
Barata yang saat ini menjabat sebagai direktur utama di perusahaan ayahnya, memang mempunyai hobby berganti pasangan. Dan baru kali ini salah satunya dibawa ke rumah.
Selain untuk mengusir Kanaya yang memang tidak ia cintai. Ia juga menginginkan harta dari orang tua angkat Kanaya, yang diwariskan kepada Kanaya.
Kebetulan saat ini, perusahaan orangtua angkat Kanaya sudah ia kuasai semenjak satu tahun lalu.
Berbagai alasan untuk menjebak Kanaya, agar bisa mengalihkan harta kekayaan yang dulu diwariskan kepada Kanaya.
Begitu juga Kanaya yang begitu percaya dengan kata manis dari Barata. Di lain sisi ia juga butuh pendamping untuk putranya kelak.
Ia dan Kanaya dijodohkan, sehingga keduanya menerima pernikahan itu.
Hingga kini lah yang terjadi. Barata mengusir Kanaya dan menguasai perusahaan warisan orang tua angkat Kanaya.
Perusahaan yang diwariskan kepada Kanaya memang lebih besar daripada perusahaan milik orangtua Barata.
Sehingga Barata begitu bernafsu untuk menguasainya.
...****************...
Semetara itu Kanaya pergi jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
Ia pergi ke suatu desa terpencil mencari keberadaan orang kepercayaan dari ayah angkatnya dahulu.
Sepasang suami istri yang sudah pensiun karena sudah renta dan sudah tidak mampu bekerja dibawah tekanan Barata.
Pasangan tua itu tahu, jika Kanaya mendapatkan perlakuan buruk setelah hartanya di kuasai oleh Barata suami Kanaya.
Perempuan berusia 25 tahun yang kini menyandang sebagai janda itu, terus melangkahkan kakinya. Setelah turun dari kendaraan umum yang mengantarnya.
Ia menyusuri jalanan perkampungan yang belum terjamah aspal sebagai lalu lintas warga sekitar.
Sekitar lima kilometer, Kanaya tetap menglangkahkan kakinya, karena tidak ada ojek pangkalan maupun angkutan lainnya untuk mengantar ke rumah bibi Ratih dan paman Gondo.
Wajahnya yang cantik alami dan kulit yang bersih, kini dibasahi oleh keringat karena berjalan sejauh itu.
"Sabar ya nak!, kita sebentar lagi sampai tempat kakek dan nenek!" Ucapnya pelan kepada putranya yang di gendong di depan.
Bayi berusia 1 tahun itu tampak tenang dan memahami keluh kesah ibunya.
Hari mulai beranjak sore. Sudah dari semalam, ia pergi meninggalkan rumah suaminya. Bahkan ia sudah tidak peduli jika Barata benar benar menceraikannya. Atau tidak.
Tapi Kanaya sudah membulatkan tekad untuk pergi jauh meninggalkan kenangan lama bersama Barata.
Ia tahu, jika Barata tidak mau menerima putranya yang ia gendong kini. Karena memang bukan darah dagingnya. Dan Kanaya tahu itu.
Sehingga lebih baik pergi daripada memaksakan Barata untuk mengakuinya, meskipun harta miliknya sudah di kuasai oleh Barata.
"Rejeki tidak akan kemana sayang!, tetap kuat ya nak!"
"Maafkan ibu yang tidak bisa mempertahankan semuanya."
"Ini salah ibu juga, karena dengan menyerahkan semua harta warisan kakekmu agar dia mau mengakui kamu sebagai putranya. Tapi ternyata tidak!"
"Maafkan ibu ya nak!"
Ucap Kanaya kepada putranya yang tampak ingin mengajaknya bercanda.
"Takk..bremmm...!!" sahut bayi mungkin di gendongan Kanaya.
Kanaya tersenyum mendengar sahutan putranya ini. Kemudian menciumi wajah putranya yang kemudian tertawa.
"Ehekkk kyaaa...!!"
Gubuk kecil dipinggir jalan ini, sebagai tempat istirahat sementara Kanaya sebelum sampai rumah kakek Gondo.
Setelah beberapa saat kemudian Kanaya melanjutkan langkahnya.
Nay....!!
Nay....!!
Sayup-sayup terdengar suara memanggil Kanaya yang berjalan menyusuri jalanan pedesaan.
"Kanaya..!!"
Suara perempuan tua kembali memanggil Kanaya dengan panggilan lengkapnya.
"Bibi Ratih..!!"
Kanaya terkejut, karena bibi Ratih mengikutinya dari belakang.
"Kanaya..!, masyaallah nak!" Ucapnya kemudian mempercepat jalannya menuju Kanaya.
"Bibi...!"
Keduanya berpelukan beberapa saat, karena memang sudah lama tak bertemu.
Semenjak kepergian orang tua angkat Kanaya, bibi Ratih dan pak Gondo, masih tetap tinggal di kediamannya.
Namun karena perilaku dari suami Kanaya, Baratayudha, membuat pasangan sepuh itu pamit untuk kembali ke kampung.
Dan inilah tempatnya, jauh dari kerumunan kota.
"Bibi dari mana?" tanya Kanaya sambil mengusap air matanya yang mengalir membasahi pipi.
"Pasar..!"
"Kamu mau kemana nak?, ayoo ke rumah bibi!"
Bibi Ratih pun mengusap pipinya yang rapuh. Aliran air matanya sempat menetes seperti peluh keringat.
"Aku mau ke rumah bibi!, panjang ceritanya!" sahut Kanaya yang tampak masih sesenggukan.
Meski begitu, sang putra tidak rewel karenanya. Bahkan kini tertidur pulas dalam pelukan Kanaya.
Bibi Ratih tahu, jika kondisi Kanaya sedang tidak baik. Makanya ia hanya menganggukkan kepala, kemudian mengajak Kanaya menuju rumahnya.
"Ceritanya nanti saja, ini sudah mau maghrib. Semoga kita tidak terlambat saat adzan maghrib nanti."
Ucapnya sambil berjalan di depan mendahului Kanaya.
Sesekali tangannya mengusap air mata yang masih menetes di pipi rentanya itu.
Kanaya mengangguk, kemudian mengikuti jalan bibi Ratih.
Meski tidak secepat dirinya, Kanaya tampak sabar untuk mengikuti bibi Ratih dari belakang.
Sesekali memperhatikan putranya yang masih tertidur pulas dalam gendongannya saat ini.
Peluh keringat Kanaya menyatu dengan airmata yang menetes di pipi mulusnya.
"Beruntung aku masih punya bibi dan paman. Sebagai tempat perlindunganku di kemudian hari. Entah jika tidak ada mereka!" Ucap Kanaya yang hanya berani dalam hati.
Ia tetap bersyukur, karena memiliki orang sebaik bibi Ratih dan paman Gondo ketika semua sudah tidak peduli.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hay Hay Hay.....
Ketemu lagi dengan othor gabutan
Semoga lancar dan sampai tamat.
BERSAMBUNG.....!!
kira2 gmn akhir dari kisah ini
hahh jd anak itu anak siapa alya kok bisa kanya sma barata dan kok bisa alya hamil hadeh kepingan puzel yg bener2 rumit tingkat dewa 🤣🤣🤣🤣
jawaban dr alya anak dia bukan kira2 kasih flash back nya kapan 🤣🤣🤣
jane apa.sih iki 🤣🤣🤣
ini cerita gak tembus retensi, keterlaluan si LUN itu gak bantu promosiin 😤😤😤
ini bukan genre konflik etika, tetapi horor/ misteri