NovelToon NovelToon
Sebelum Segalanya Berubah

Sebelum Segalanya Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Dunia Masa Depan / Fantasi / TimeTravel
Popularitas:866
Nilai: 5
Nama Author: SunFlower

Rania menjalani kehidupan yang monoton. Penghianatan keluarga, kekasih dan sahabatnya. Hingga suatu malam, ia bertemu seorang pria misterius yang menawarkan sesuatu yang menurutnya sangat tidak masuk akal. "Kesempatan untuk melihat masa depan."

Dalam perjalanan menembus waktu itu, Rania menjalani kehidupan yang selalu ia dambakan. Dirinya di masa depan adalah seorang wanita yang sukses, memiliki jabatan dan kekayaan, tapi hidupnya kesepian. Ia berhasil, tapi kehilangan semua yang pernah ia cintai. Di sana ia mulai memahami harga dari setiap pilihan yang dulu ia buat.

Namun ketika waktunya hampir habis, pria itu memberinya dua pilihan: tetap tinggal di masa depan dan melupakan semuanya, atau kembali ke masa lalu untuk memperbaiki apa yang telah ia hancurkan, meski itu berarti mengubah takdir orang-orang yang ia cintai.

Manakah yang akan di pilih oleh Rania?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#16

Happy Reading...

.

.

.

Rania kembali tertegun saat melihat di mana ia berada sekarang. Udara pagi yang masih dingin tidak mampu mengalihkan perhatiannya dari bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya. Huruf besar berwarna perak yang terpampang jelas di bagian depan gedung itu membuat tubuhnya membeku.

ARKANA CORP.

Nama itu membuat jantung Rania berdetak dua kali lebih cepat.

Sonya yang berdiri di sampingnya berdehem pelan. Ia bermaksud mengingatkan bahwa mereka tidak bisa terus berdiri di depan pintu masuk layaknya orang tersesat.

“Kenapa kita ke sini?” tanya Rania tanpa menoleh. Suaranya terdengar datar, tetapi sebenarnya ia sedang menahan rasa panik yang datang tiba- tiba.

Sopir pribadinya, Ikhsan yang sedari tadi hanya diam, ikut menajamkan pendengaran. Lelaki itu menelan ludah, seolah pertanyaan tadi adalah pemicu amarah Rania yang sewaktu-waktu bisa meledak.

“Maaf, apa Ibu ada rencana kunjungan lain?” tanya Ikhsan hati-hati. Tangannya bahkan masih menggantung di dekat gagang pintu mobil, seperti siap melindungi dirinya jika Rania tiba-tiba memarahinya. “Jika ada perubahan, saya bisa langsung mengantar ke tempat yang Ibu inginkan.” Lanjutnya.

Nada gugup itu membuat Rania semakin bingung.

Ia menatap Ikhsan lama, mencoba menghubungkan potongan-potongan aneh yang ia temui sejak pagi. Mulai dari apartemen mewah, Sonya yang tiba-tiba muncul sebagai sekretaris pribadi dan kini gedung Arkana Corp.

“Maaf,” ucap Rania pelan, “siapa nama kamu?”

Pertanyaan sederhana itu justru membuat wajah Ikhsan lebih pucat. Ia cepat menunduk dalam-dalam. “Sa-saya Ikhsan, Bu.” Jawabannya terdengar seperti bisikan.

Sebelum Rania sempat mengatakan apa pun, Sonya memotong cepat. “Saya tadi sudah menyampaikan bahwa ada meeting, Bu... "

Rania mengangguk pelan, meski wajahnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia mengerti apa pun. “Tapi kenapa ke sini?” gumamnya bingung. “Tunggu... apa aku bekerja di sini?”

Pertanyaan itu membuat Sonya dan Ikhsan saling memandang. Ekspresi keduanya hampir sama. kebingungan, cemas dan seperti sedang menilai apakah Rania sedang bercanda atau tidak. Tapi itu juga tidak mungkin karena mengingat sikap Rania selama ini yang tegas dan berhati dingin.

Sonya akhirnya menganggukkan kepala pelan. “Ibu… memang bekerja di sini. Sudah sejak tiga tahun terakhir."

Rania membulatkan kedua matanya, menahan napas. “Aku masih bekerja di sini...” gumamnya hampir tidak terdengar. Ia menunduk, seolah tengah memikirkan sesuatu yang sangat berat. “Bukankah itu berarti… hidupku masih sama saja?”

Sonya mendekat setengah langkah. “Maaf, Bu… apa Ibu mengatakan sesuatu?”

Rania cepat menggeleng. “Tidak. Tidak ada apa-apa.”

Semuanya terasa salah. Seolah dunia mempermainkannya. Jika ini masa depan...jika benar ia melompat ke waktu lain... tapi mengapa justru kembali ke tempat yang paling tidak ingin ia datangi? Tempat penuh kenangan pahit, tempat di mana hidupnya dulu di hancurkan secara perlahan.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Rania menarik napas panjang. Ia menatap pintu kaca besar gedung Arkana Corp sambil mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak terlalu cepat.

“Ayo kita masuk saja,” ucap Rania akhirnya.

Sonya mengangguk cepat lalu berjalan sedikit di depan, memperlihatkan arah masuk. Ikhsan tetap berdiri di sisi mobil sambil menunduk hormat, tidak berani membuka suara lagi.

Setiap langkah yang Rania ambil terasa berat. Pintu otomatis terbuka, menyambut mereka dengan hembusan udara dingin dari dalam gedung. Lampu-lampu kristal gantung berkilau, resepsionis menyapa dengan senyum sopan, dan karyawan berlalu-lalang dengan pakaian kerja rapi.

Rania menelan ludah. Ia tidak tahu apa yang akan menunggunya di dalam.

Tidak tahu apa yang pernah ia lakukan selama tahun-tahun yang hilang.

Tapi Rania tahu, ia sedang melangkah masuk ke dalam hidupnya yang baru atau mungkin hidupnya yang lama, namun dalam versi yang tidak ia kenalii.

.

.

.

Rania menatap satu per satu orang-orang yang melewatinya di lobby. Setiap dari mereka membungkukkan badan sedikit ketika melewati dirinya, bahkan tanpa berani menatap ke arah wajahnya. Rania memiringkan kepala, merasa tidak nyaman dengan perlakuan itu. Rasanya seperti ia menjadi seorang penguasa yang ditakuti semua orang.

“Sonya,” panggil Rania setengah berbisik. Ia mendekatkan tubuhnya sedikit ke arah sekretaris itu. “Kenapa orang-orang membungkuk saat melewati saya?”

Langkah Sonya terhenti sejenak. Perempuan itu menoleh dengan wajah bingung yang ia coba sembunyikan. Sepertinya ini bukan pertama kalinya Rania membuatnya kebingungan hari ini.

“Bukankah Ibu sendiri yang memerintahkan mereka?” jelas Sonya dengan suara pelan, seolah takut ada yang mendengar. “Ibu melarang seluruh karyawan untuk menatap wajah Ibu secara langsung. Mereka wajib menundukkan kepala setiap melintasi Ibu.”

Rania membeku di tempat. Seluruh tubuhnya merinding. “Saya yang memerintahkan begitu?” gumamnya. Ia tidak percaya. Dirinya yang sekarang sama sekali tidak mengira akan menjadi seseorang yang... seperti itu.

Sonya menambahkan dengan hati-hati, “Peraturan itu sudah berlaku lebih dari dua tahun, Bu.”

Rania tidak menjawab. Ia hanya memijit pelipisnya, mencoba memahami versi dirinya yang terdengar begitu asing. Dalam benaknya, kenangan masa lalu terus bermunculan. Bagaimana ia dulu yang selalu menghindar dari perhatian, tidak menyukai keramaian.

“Sebenarnya… orang seperti apa aku di masa depan?” gumam Rania lirih, lebih kepada dirinya sendiri. Kepalanya semakin pening saat mengingat beberapa kejadian sejak ia membuka kedua matanya tadi padi. Arkana, lelaki dingin yang dulu sulit didekati siapa pun, justru memperlakukannya dengan cara yang bertolak belakang. Ia menyiapkan sarapan, menemaninya, bahkan terlihat memperhatikannya. Hal yang tidak pernah ia bayangkan terjadi.

Ya, meskipun sarapan itu tetap tidak ia sentuh.

Rania menarik napas panjang. Jika dulu dirinya yang menghindari orang-orang, maka sekarang malah orang-orang yang menghindarinya. Bahkan sepanjang perjalanan menuju lift utama, tidak ada satu pun karyawan yang berani masuk ke dalam lift bersamanya. Mereka lebih memilih menunggu lift berikutnya, meskipun pintu sudah terbuka lebar.

Suasana itu terasa janggal sekaligus menyesakkan. Saat pintu lift tertutup, Rania kembali menoleh pada Sonya. “Kenapa kita naik ke lantai 23?” tanyanya, mencoba bersikap normal meskipun isi kepalanya kacau.

Sonya mengetuk layar iPad-nya sebentar sebelum menjawab, “Kita akan ke ruangan Ibu dulu.”

“Ruangan saya?” ulang Rania.

“Benar, Bu. Bu Rania yang memilih ruangan di sisi timur. Karena dari lantai ini Ibu bisa mengawasi hampir seluruh area kompleks gedung.”

Rania membulatkan kedua matanya dan menutup mulutnya dengan tangan. Ia merasa seperti baru saja menemukan fakta yang jauh lebih mengejutkan dibanding kejadian-kejadian tadi.

Jika ini masih Arkana Corp. Dan jika dirinya benar memiliki ruangan di lantai 23...

“Bukankah itu berarti…” suara Rania melemah, “…saya adalah wakil dari CEO?”

Sonya mengangguk kecil. “Benar, Bu. Ibu adalah Wakil CEO sekaligus Kepala Divisi Strategi Utama. Semua laporan penting harus melewati Ibu terlebih dahulu sebelum sampai ke CEO.”

Rania mematung. Nafasnya tercekat. Ia memandang ke depan, tetapi pikirannya jauh melayang ke masa lalunya—ke dirinya yang dulu berjuang keras hanya untuk bertahan hidup, yang berusaha menjauh dari semua konflik, yang sering merasa tidak berarti untuk siapapun.

Bagaimana mungkin ia bisa mencapai posisi ini?

Pintu lift berbunyi dan terbuka perlahan. Lantai 23 menyambut mereka dengan lorong yang sunyi, penuh kaca berkilauan, karpet tebal, dan ruangan-ruangan luas yang tampak mahal. Rania menelan ludah. Ada rasa takut yang tidak bisa ia jelaskan.

Sonya berjalan pelan, mempersilakan Rania mengikuti.

Rania melangkah perlahan, setiap langkah terasa berat seperti membawa beban yang tidak ia ketahui wujudnya. Mungkin ini hidupnya, tapi bukan hidup yang ia kenali. Dunia yang ia bangun, tapi bukan dengan kesadaran yang dimilikinya sekarang. Hatinya berdebar keras. Dan ketika ia berdiri tepat di depan pintu bertuliskan

RANIA ADISTYA PUTRI— VICE CEO, jantungnya hampir berhenti saat membaca nama yang ada tepat di depan pintu yang katanya ruangannya.

.

.

.

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK....

1
Erni Kusumawati
semoga akan segera hadir cinta tulus utk Rania
Erni Kusumawati
nyesek bgt jd Rania😭😭😭😭
Puji Hastuti
Seru
Puji Hastuti
Masih samar
Puji Hastuti
Semakin bingung tp menarik.
Erni Kusumawati
masih menyimak
Puji Hastuti
Menarik, lanjut kk 💪💪
Erni Kusumawati
duh.. semoga tdk ada lagi kesedihan utk Rania di masa depan
Puji Hastuti
Masih teka teki, tapi menarik.
Puji Hastuti
Apa yang akan terjadi selanjutnya ya, duh penasaran jadinya.
Puji Hastuti
Gitu amat ya hidup nya rania, miris
Erni Kusumawati
luka bathin anak itu seperti menggenggam bara panas menyakitkan tangan kita sendiri jika di lepas makan sekeliling kita yg akan terbakar.
Erni Kusumawati
pernah ngalamin apa yg Rania rasakan dan itu sangat menyakitkan, bertahun-tahun mengkristal dihati dan lama-lama menjadi batu yg membuat kehancuran untuk diri sendiri
Erni Kusumawati
mampir kk☺☺☺☺
chochoball: terima kasih kakak/Kiss//Kiss//Kiss/
total 1 replies
Puji Hastuti
Carilah tempat dimana kamu bisa di hargai rania
Puji Hastuti
Ayo rania, jangan mau di manfaatkan lagi
Puji Hastuti
Bagus rania, aq mendukungmu 👍👍
chochoball: Authornya ga di dukung nihhh.....
total 1 replies
Puji Hastuti
Memang susah jadi orang yang gak enakan, selalu di manfaatkan. Semangat rania
Puji Hastuti
Kasihan rania
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!