Cinta Yang Tertunda Princess Kesha & Arxel

Setelah berjalan-jalan seharian Kesha dan Arxel habis melakukan makan bersama di sebuah restoran Indonesia.

"Ar, tidak berasa ini sudah malam, kita seharian berkeliling, sungguh hari ini sangat berkesan sekali untuk-ku."

"Bukan kah sedari dulu kita sering jalan-jalan bersama?"

"Dulu dan sekarang beda Ar, dulu kan kita hanya teman saja," balas Kesha.

"Itu menurutmu sayang, tapi tidak menurutku. kau tetap sama gadis yang aku cintai dari dulu, sekarang dan sampai selamanya." kata Arxel sambil memegang tangan Kesha diatas meja.

"Sejak kapan kau menyukaiku Ar?"

"Aku tidak tahu sejak sekolah menengah pertama mungkin, aku baru menyadarinya kalau aku mencintaimu,"

"Lama sekali, apa perasaanmu sewaktu aku menikah dengan lelaki lain Ar?"

"Sakit... Rasanya sakit sekali seolah-olah duniaku hancur begitu saja, aku pergi ke Hongkong menyibukan diri untuk melupakanmu, tapi nyatanya tidak bisa semakin aku berusaha melupakanmu rasanya seperti menyakiti diri sendiri, aku hidup tapi rasanya jiwaku mati," ungkap Arxel dengan pelan.

Kesha pun menahan tangisannya. "Lalu kenapa kamu tidak jujur kepadaku? Kalau kamu ada perasaan denganku, tapi kamu malah merelakanku dengan orang lain?"

"Perasaanku tidak penting sayang, yang penting aku melihatmu bahagia bersama pilihanmu, dan aku tahu jika kamu tidak ada perasaan kepadaku, kamu hanya menganggap sahabat, saat aku ingin mengungkapkannya aku takut kamu menolaku dan menjauh dariku, lalu kita menjadi asing dan itu akan lebih menyakitkan, aku tidak mau itu terjadi lebih baik aku yang menahan sakit asal kamu bahagia,"

Kesha mengambil tissue untuk menyapu air matanya. Ia merasa perempuan paling beruntung di cintai hebat oleh Arxel namun ia terlambat menyadarinya.

"Sorry Ar, dan itu alasannya kamu tidak datang ke pesta pernikahanku?"

"Ya, karena aku tidak akan sanggup menyaksikan wanita yang aku cintai bersanding dengan lelaki lain, tapi tetap saja aku melihat dari cctv hotel karena aku ingin melihat tawamu dan melihat kamu bahagia"

"Cinta macam apa yang kamu miliki sampai kamu rela menyakiti perasaanmu sendiri, padahal kamu bisa saja menggagalkan segala cara untuk membatalkan pernikahanku, tapi kenapa kamu melakukan ini semua Ar?"

Arxel pun tersenyum getir ia kembali mengingat saat ia merasakan sakit hati yang teramat dalam dengan cintanya yang tak terbalas.

"Aku tidak tahu, aku tidak pernah merasakan sebelumnya apa itu cinta, aku hanya tahu menyayangi Mommy dan Daddy selebihnya aku ke kamu dan perasaan itu lain, banyak perempuan di sekitarku tapi aku tidak pernah meliriknya tujuan ku yaitu kamu, melihatmu bahagia dan tertawa itu cukup membuatku bahagia. cinta tidak harus menjelaskan apa pun jika tujuannya kamu"

"Dan pada akhirnya kamu sakit sebelum berperang Ar, kau terlalu menjaga perasaanku dan mementingkan perasaanku, tapi kamu tidak perduli dengan perasaanmu itu namanya cinta yang salah, harusnya kamu jujur dulu kepadaku masalah di tolak apa tidak itu adalah resiko, ya walau pun dulu aku tidak menyadari perasaanmu, setidaknya aku juga tahu perasaanmu dan aku akan menjaga perasaanmu juga, sampai kiamat pun jika memiliki cinta hanya satu orang tidak akan berhasil."

"Sorry, aku terlalu takut kehilangan dirimu sayang dan pada akhirnya takdir mempersatukan kita dengan cara yang indah bukan," kata Arxel dengan tersenyum hangat.

"Tidak Ar, aku sudah cacat aku sudah di lihat dan di sentuh oleh lelaki lain, kamu mendapatkanku sudah tidak sempurna" balas Kesha sambil meneteskan air matanya yang merasa insecure karena Arxel terlalu sempurna untuknya, sedangkan dirinya sudah pernah menikah.

Tanpa mereka sadari ada beberapa orang yang selalu mengikutinya dari mereka di dalam MRT. Orang itu berpakaian biasa dan tidak mencurigakan sedikit pun.

"Ayo kita pulang pasti kamu lelahkan?" kata Arxel.

Kesha hanya mengangguk saja sambil bergelayut manja di lengan kekar Arxel. "Kita naik mobil sayang ini sudah malam."

"Iya, aku juga sudah pegal kakinya." balas Kesha. Lalu mereka pun berjalan untuk menuju basement.

"Loh, mobilnya sudah ada disini?" tanya Kesha.

"Yes anak buahku sudah membawanya kesini." balas Arxel. Arxel pun hendak membuka pintu mobilnya tiba-tiba jrep... jrep... Arxel dan Kesha meraba lehernya yang terasa sakit—Arxel mencabut benda itu dan membulatkan kedua matanya. Bruuk... Kesha pingsan di pelukannya.

Tap... tap... tap... Suara derap langkah menghampiri Arxel yang sedang terduduk lemas di lantai—sambil memeluk Kesha. Pandangannya sudah kabur dengan mata yang memerah. Arxel melihat orang yang ia kenal menghampirinya. Lalu tidak sadarkan diri.

"Bawa dia cepat! Semua orang kalau sedang jatuh cinta jadi bodoh dan kita punya kelemahannya ya itu kekasihnya." kata orang itu lalu anak buahnya pun membawa Kesha dan Arxel pergi.

***

Pagi hari—Di Hongkong The City of Victoria.

Arxel dan Kesha berada di sebuah rumah.

Arxel membuka matanya dengan tangan dan kaki terikat di kursi, begitu dengan Kesha. Arxel membulatkan kedua matanya. "Sayang, bangun sayang," ucap Arxel sambil menggoyang tubuhnya.

Ceklek... pintu kamar terbuka seorang pria bermata sipit dan bertato masuk kedalam kamar itu dengan putrinya.

"Chan?" gumam Arxel. Chan adalah orang yang selalu mengejarnya untuk menjadikannya alat atas tujuan gilanya.

"Hi Ar, selamat datang di negara indah ini, kita bertemu lagi sekarang, setelah beberapa kali gagal membawamu sekarang aku berhasil medapatkanmu beserta kekasih cantikmu itu."

Arxel pun mengetatkan rahangnya dan menatap tajam orang itu. "Apa mau mu?"

"Sshhh... Santai Ar, kita masih punya banyak waktu. kamu bangunkan gadis itu!" perintah Chan kepada anak buahnya.

"Baik tuan."

"Dad aku ingin dia, dia tampan sekali," ucap putri Chan gadis cantik yang berusia 20 tahun.

"Of course, kamu tenang saja."

Byuuur... Kesha pun di siram oleh air. Kesha terbangun dengan gelagapan. "Jangan menyentuhnya!" pekik Arxel dengan kesal sambil mengepalkan tangannya yang terikat.

"Ar siapa mereka?" tanya Kesha dengan bingung.

"Kau tenang sayang, mereka ini orang-orang serakah" kata Arxel.

Bugh... Wajah Arxel di pukul oleh Chan. "Diam! dan jangan berisik kau sudah berada dalam genggamanku sekarang!"

"Ar..." pekik Kesha yang melihat Arxel dipukul.

"Waw Dad, ini kekasihnya?" tanya Li putri dari Chan.

"Jangan sakiti dia apa mau kalian?" seru Kesha sambil menggoyangkan tubuhnya diatas kursi itu.

"Hmm... Kau cantik—tapi membuat mataku sakit, mulai hari ini kekasihmu akan menjadi milik-ku" ucap Li sambil menjambak rambut Kesha sampai kepala Kesha mendongak keatas.

"Jangan menyentuhnya!" pekik Arxel dengan begitu emosi. Brugh... Brugh... Brugh... suara kursi di goyang-goyangkan oleh Arxel.

"Lihat kekasihmu marah, karena kau di sentuh olehku," ucap Li dengan nada lembut namun terdengar sangat menjijikan.

Cuih... Kesha meludahi wajah Li. "Jalang kecil sepertimu tidak pantas bicara halus," kata Kesha dengan menatap tajam Li.

Li pun mengusap wajahnya yang terkena ludah Kesha. plaak... plaak... Li menampar wajah Kesha.

"Aaaaahhhh.... Sialan kalian semua! aku bilang jangan menyetuhnya!" pekik Arxel yang begitu emosi melihat kekasihnya yang di tampar oleh Li.

"Aku tidak apa-apa Ar," kata Kesha.

"Hmm... Bagaimana kalau aku tidur dengannya di depanmu?" ucap Li.

Kesha membulatkan kedua matanya. Lalu Li Pun menghampiri Arxel dan duduk di pangkuannya.

Kesha pun membuang wajahnya yang melihat kekasihnya sedang di dekati oleh perempuan.

"Minggir kau jangan menyentuhku atau aku akan mencincangmu!"

"Oh ya.. Bagaimana bisa? kamu sekarang jadi tawananku," ucapnya sambil mengelus wajah Arxel. Lalu Arxel pun menggigit jari tangan Li sampai berdarah.

"Akhh... Daddy sakit..." pekik Li sambil menunjukan jarinya yang mengeluarkan banyak darah.

"Itu akibat menyentuhku, aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhku kecuali kekasihku!" ucap Arxel dengan nada di tekan.

Bugh... Wajah Arxel di pukul kembali. "Seandainya aku tidak membutuhkanmu kau sudah aku habisi!" kata Chan dengan emosi yang di tahan lalu melenggang pergi membawa Li untuk di obati tangannya.

Pintu kamar itu pun di tutup dan di kunci dari luar hanya ada Arxel dan Kesha.

"Sayang kamu tidak apa-apa?" tanya Arxel.

"Tidak Ar, kita harus keluar dari sini, kita harus menghubungi Daddy." ucap Kesha.

Arxel pun menggoyang-goyangkan kursinya. "Ahh... Sial. Semakin aku bergerak semakin sakit dengan ikatan sialan ini."

"Ar stop. Percuma tidak akan terbuka, kita cari cara lain Ar, tapi bagaimana keadaan kita di ikat?"

"Ponsel, aku butuh ponsel."

"Ponsel kita gak ada Ar, pasti sudah di ambil oleh mereka," ujar Kesha lalu ia pun berpikir. Kesha pun teringat dengan jam tangannya yang bisa mengirim sinyal darurat kepada Kenzie.

"Sayang kamu mau apa?" tanya Arxel yang melihat Kesha menggerakan tangannya.

"Aku mau kirim sinyal sama Daddy dan aku harus menekan tombol yang ada di watchku," balas Kesha sambil meringis. Lalu ia pun berhasil menekan tombol kecil yang berada di dalam jam tangannya.

"Berhasil Ar," seru Kesha dengan antusias.

Arxel pun menatap lekat wajah Kesha dengan mata berkaca-kaca. "Sorry" ucap Arxel dengan nada bergetar.

"Untuk apa?" tanya Kesha.

"Kamu jadi terseret dalam masalahku dan aku tidak berdaya tidak bisa melindungimu, hatiku sakit saat jalang kecil itu menamparmu dan menarik rambut indahmu,"

"Aku tidak apa-apa, kita harus mencari cara untuk kabur Ar, aku takut kamu akan di perkosa oleh jalang kecil itu,"

"Aku tahu, Chan itu seperti apa dan untuk kabur rasanya Imposible sekali, tapi kita akan mencobanya, sambil mengulur waktu menunggu Daddy kemari," kata Arxel.

Kesha mengangguk dan menggerakan kaki dan tangannya yang terikat.

"Jangn bergerak sayang, ini talinyanya sudah otomatis. jika bergerak talinya akan makin kencang melilit tangan dan kaki kita, tunggu mereka kemari aku akan mencari cara untuk melepaskan ikatan ini,"

Kesha mengangguk dan menatap lekat wajah Arxel yang terlihat memar begitu pun dengan Arxel yang melihat wajah Kesha memerah akibat tamparan dari Li. Keduanya saling menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.