Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 6 Akun Anonim
Happy reading
Semalam, Ryuga terpaksa menuruti perintah Ayu karena ada amanah yang harus ditunaikan. Menemani dan menjaga si kecil Aruna. Bukan karena takut pada Xavier dan sengaja bersembunyi. Jelas bukan karena itu.
Marah? Tentu Ryuga marah ketika mendengar kekacauan yang diciptakan oleh Xavier. Terlebih, ketika Xavier melontarkan ancaman yang ditujukan pada Ayu.
Ingin memaki dan menghajar Xavier hingga tak berbentuk, tetapi keadaan tak menghendaki. Si gadis kecil yang dijaganya merengek dan tidak mau ditinggal meski sekejap. Bahkan, memintanya untuk membacakan dongeng penghantar tidur.
Dan pagi ini, Ryuga berencana untuk menemui Xavier di kampus. Membicarakan kekacauan semalam dan memaksanya untuk bertanggung jawab--atas kerusakan yang diakibatkan karena luapan emosi.
Fakultas DKV menjadi tempat yang di tuju.
Ryuga berjalan menyusuri koridor. Langkah tegap dan raut wajah tegasnya menjadi perhatian para mahasiswi. Mereka menyapa dan berlomba-lomba menarik perhatian Sang Presiden Mahasiswa yang dikenal tak tersentuh dengan menyematkan senyum termanis di bibir.
Ryuga being Ryuga.
Atensinya tak teralihkan meski tersuguh keindahan.
Pandangan mata fokus menatap ke depan. Bibir bungkam, tanpa seutas senyum.
Sikap yang ditunjukkan oleh Ryuga saat ini, sangat berbeda ketika dirinya berinteraksi dengan anggota BEM inti dan dengan wanita yang masih enggan pergi dari hati.
"Gue mo ngomong sama lo," ujarnya begitu tiba di hadapan Xavier yang tengah duduk sendiri di bawah rindangnya pohon tabebuya sambil menikmati kopi hitam.
Xavier menghela napas dan meletakkan gelas di atas meja. Alihkan atensi pada orang yang ditasbihkan sebagai musuh yang harus dilengserkan.
"Gue lagi males ngomong sama siapa-siapa, terlebih sama lo."
"Gue nggak peduli."
Ryuga menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi. Abaikan ucapan Xavier.
"Gue beneran lagi males ngomong, apalagi berdebat. Pikiran gue lagi kacau."
Xavier menopang kepala dengan kedua tangan yang bertumpu di atas meja dan meremas rambut ikalnya.
Ia tidak berbohong. Pikirannya benar-benar sedang kacau. Ryuga bisa melihat itu dari gerakan tubuh, raut wajah, dan penampilan Sang Ketua Geng Bima Sakti yang sedikit 'amburadul'.
"Kenapa pikiran lo kacau? Bagi sama gue. Kali ini, anggap gue sebagai teman lo. Bukan sebagai orang yang lo musuhi."
Ryuga berempati. Urungkan tujuannya semula dan tawarkan diri sebagai pemberi afeksi.
Xavier mengejapkan mata, lalu meraup udara dalam-dalam. Distraksi diri, hempas kebencian, dan tanggalkan arogansi. Sambut tawaran Ryuga,
"Gue lagi mikirin nasib Aluna. Kasihan dia. Dikhianati dua orang menjijikan--calon suami dan sahabatnya --"
"Semalam, gue udah kasih liat foto Baskara yang lagi gan-cet sama Tifany ke bokap--nyokap. Mereka jelas terkejut dan langsung ngebatalin pernikahan Aluna sama Baskara. Tapi yang jadi masalah sekarang, bokap--nyokap gue malah nunjuk Pak Hamdan sebagai pengantin pengganti. Mereka nggak mau Aluna bernasib sama kaya' Karina. Dipandang hina dan dijulidin sama keluarga besar nyokap karena gagal nikah. Bukan cuma itu, keluarga besar nyokap juga berpikiran ... kegagalan Karina adalah karma buat bokap yang pernah ngelakuin kesalahan besar."
"Gue tau persis siapa Pak Hamdan. Dia bukan pria yang tepat buat jadi suami Aluna --"
"Sumpah demi apapun, gue nggak rela Aluna dinikahi sama Pak Hamdan. Gue benar-benar nggak rela. Tapi gue nggak tau mesti gimana."
Xavier--Sang Ketua Geng yang arogan menjelma jadi Xavier yang tak berdaya di hadapan Ryuga.
Taringnya hilang, tercabut paksa oleh kacau-nya pikiran.
Ryuga sejenak terdiam. Berpikir dan menimbang untuk pecahkan permasalahan rumit yang diutarakan oleh Xavier.
"Gue mo ngomong sama Aluna. Dia ada di kampus?" ucap sekaligus tanya yang tercetus dari bibirnya dan ditanggapi dengan anggukan oleh Xavier.
"Tentang apa yang gue bagi sama lo, jangan jadi alat buat ngehancurin pamor gue. Itu aib yang mestinya nggak gue bagi sama siapapun. Apalagi sama lo. Orang yang gue benci dan pingin banget gue tumbangin."
"Gue bukan pecundang yang demen halalin segala cara buat ngehancurin lo. Dan asal lo tau, gua nggak pernah anggep lo musuh. Lo tetep Xavier Aditama--temen gue. Mantan Wakil Jendral Geng Brawijaya yang mumpuni dan patut dibanggain."
Ryuga mengulas senyum tipis dan menepuk bahu Xavier, kemudian beranjak dari posisi duduk.
"Gue pergi dulu. Ada kelas. Nanti siang, gue minta izin buat ketemuan sama Aluna di Kafe Aurora. Ada yang mo gue omongin sama adik lo."
Usai mengucap kalimat itu, Ryuga berlalu pergi tanpa menunggu balasan dari Xavier.
Entah mengapa ... Xavier merasa jika kedatangan Ryuga laksana angin segar. Kikis kekacauan pikir. Hempas keresahan hati. Hadirkan setitik cahaya yang beri petunjuk untuk mengurai permasalahan.
.
.
"Woeee, Pak Ketu!" Nofiya berteriak sambil berlari kecil begitu melihat sosok yang dicari sedari tadi. Tentu saja Sang Presiden Mahasiswa--Ryuga Mahesa.
"Proposal buat Proyek Bakti Hukum ke Desa Bantul udah selesai. Tinggal lo periksa, terus lo ajuin ke Pak Afan," ujarnya begitu tiba di hadapan Ryuga yang tengah berdiri di ambang pintu ruang kelas 'fakultas hukum'.
"Nanti sore kita bahas soal itu di ruang sekretariat."
"Nggak siang aja, Pak."
"Siang ... gue ada perlu."
"Lebih urgent dari proyek bakti kita?"
Ryuga mengejapkan mata dan mengangguk ragu.
"Ogeh. Nggak masalah kalau kita rapatnya sore. Nanti gue share ke grub--kasih tau anggota BEM yang lain."
"Thanks."
'Yo'i. Yuk masuk! Bentar lagi Pak Afan dateng."
Selanjutnya, Nofiya dan Ryuga berjalan menuju kursi masing-masing.
Sambil menunggu sang dosen yang 'katanya' sebentar lagi akan tiba, Ryuga membunuh waktu dengan mengirim pesan ke Ayu. Bertanya nomor ponsel Aluna--gadis yang ingin ditemui siang nanti.
Pesan balasan diterima. Mencipta seutas senyum yang membingkai paras tampan.
Save.
Ryuga menyimpan kontak yang diberikan oleh Ayu, lalu mengirim pesan ke nomor yang baru saja disimpannya itu.
Nanti siang, gue tunggu di Kafe Aurora. Ba'da Dzuhur. (Ryuga)
Send.
Sebenarnya, tadi malam Ryuga sudah mengetahui perihal Hamdan yang ditunjuk oleh kedua orang tua Aluna untuk menjadi pengantin pengganti. Tentu saja dari Ayu.
Namun, Ryuga sama sekali tidak peduli. Dia bukan siapa-siapa Aluna dan 'tidak ada' perasaan khusus teruntuk gadis malang itu.
Hampir dua jam Ayu membahas hal yang sebenarnya tidak penting bagi Ryuga melalui sambungan telepon. Bahkan, permintaan ngadi-ngadi tercetus.
'Berdamailah dengan Xavier dan nikahi Aluna.'
Political Marriage.
Pernikahan yang disepakati antara dua tokoh berpengaruh untuk membentuk aliansi, memperbaiki hubungan, mengakhiri konflik, dan memastikan perdamaian antara kedua belah pihak.
Gila!!!
Jelas saja, Ryuga enggan mengindahkan, apalagi mengamini.
Namun setelah mendengar sendiri dari Xavier dan melihat betapa kacau 'mantan' teman dekatnya itu, Ryuga berpikir untuk mempertimbangkan permintaan Ayu. Meski sebenarnya ... berat dan sulit.
"Selamat pagi." Sapaan itu berasal dari Afan--Dosen Hukum Pidana sekaligus dosen yang dipercaya sebagai pembimbing BEM. Ia mengajar mata kuliah terkait tindak pidana, hukum acara pidana, kriminologi, dan sistem peradilan pidana.
Semua mahasiswa yang berada di ruang kelas membalas sapaan Afan. Terkecuali Ryuga yang tengah fokus menatap layar ponsel--membaca postingan di sosial media berlogo X yang dishare oleh akun anonim mengenai kedekatannya dengan Ayu.
Pebinor dan ja-lang yang tak tau malu.
Tulis pemilik akun itu disertai foto Ryuga yang tengah berbincang 'berdua' dengan Ayu di tangga Fakultas Sasing.
Damn !!!
🍁🍁🍁
Bersambung
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
ada sesuatu nih dgn nama ini