NovelToon NovelToon
Aku Pergi...

Aku Pergi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Luna Maharani.

Nama yang sudah lama tidak ia dengar. Nama yang dulu sempat jadi alasan pertengkaran pertama mereka sebelum menikah. Mantan kekasih Bayu semasa kuliah — perempuan yang dulu katanya sudah “benar-benar dilupakan”.

Tangan Annisa gemetar. Ia tidak berniat membaca, tapi matanya terlalu cepat menangkap potongan pesan itu sebelum layar padam.

“Terima kasih udah sempat mampir kemarin. Rasanya seperti dulu lagi.”



Waktu berhenti. Suara jam dinding terasa begitu keras di telinganya.
“Mampir…?” gumamnya. Ia menatap pintu yang baru saja ditutup Bayu beberapa menit lalu. Napasnya menjadi pendek.

Ia ingin marah. Tapi lebih dari itu, ia merasa hampa. Seolah seluruh tenaganya tersedot habis hanya karena satu nama.

Luna.

Ia tahu nama itu tidak akan pernah benar-benar hilang dari hidup Bayu, tapi ia tidak menyangka akan kembali secepat ini.
Dan yang paling menyakitkan—Bayu tidak pernah bercerita.

Akankah Anisa sanggup bertahan dengan suami yang belum usai dengan masa lalu nya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17

Sesampainya di apartemen malam itu, suasana terasa begitu berbeda.

Udara di antara mereka tak lagi sekeras sebelumnya, setidaknya bagi Anisa. Di perjalanan tadi, Bima tidak sesinis biasanya. Ia bahkan sempat menawarkan untuk membawakan tas kecil Anisa, hal yang jarang sekali ia lakukan.

Saat Anisa hendak melangkah ke kamarnya, Bima sempat memanggil pelan.

“Nisa…”

Gadis itu menoleh lembut, “Iya, Mas?”

Bima menatapnya sejenak sebelum berkata datar namun dengan nada lebih hangat, “Istirahat, ya. Kamu kelihatan capek.”

Anisa tertegun sejenak. Itu kalimat sederhana, tapi sudah cukup membuat hatinya sedikit bergetar. Ia menunduk kecil, tersenyum samar.

“Iya, Mas. Makasih.”

Namun dari arah dapur, sepasang mata memperhatikan dengan tatapan yang penuh bara kecemburuan.

Luna, yang sejak tadi diam memperhatikan interaksi kecil itu, menggertakkan rahangnya pelan.

Senyum tipis Anisa di depan Bima membuat darahnya mendidih.

"Tidak mungkin... tidak mungkin Bima mulai luluh sama perempuan itu. Gue nggak akan biarkan itu terjadi."

Ia menegakkan tubuhnya, menahan amarah yang nyaris meledak. Tapi wajahnya segera berubah lembut dan manja ketika Bima menoleh ke arahnya.

“Beb… Kamu udah pulang ya. Aku kangen banget sama kamu” panggil Luna manja, melangkah mendekat.

"Aku juga." balas Bima.

“Beb, aku haus, buatin teh dong sama cewek kampung itu.”

"Bukanya kamu tadi dari dapur, kenapa gak buat sendiri?."

"Aku malas Beb, kamu kan tau kalau aku kurang bisa bikin teh. Atau kamu aja yang bikinin ya." rengeknya manja, namun matanya melirik ke arah pintu kamar Anisa yang masih terbuka.

Namun sebelum Bima sempat menjawab, Anisa yang mendengar dari arah kamarnya langsung keluar.

“Biar aku aja yang buat, Mas. Sekalian aku juga mau ke dapur.”

Bima hanya mengangguk pelan, sedangkan Luna tersenyum miring, senyum penuh rencana licik yang ada di otaknya saat ini.

“Oh, ya? Baik lah… kalau kamu nggak keberatan,” katanya dengan nada seolah sopan, padahal di balik matanya sudah tersimpan niat busuk.

Anisa berjalan ke dapur, membuat teh dengan sabar seperti biasanya. Ia juga membuat air hangat untuk ia minum nanti di kamar, ia memastikan rasa tehnya pas, lalu membawanya ke ruang tamu dengan hati-hati.

Luna duduk di sofa dengan kaki disilangkan, wajahnya tampak anggun tapi penuh kesombongan halus.

“Ini tehnya mbak,” ucap Anisa sopan sambil menyodorkan gelas itu dengan hati-hati.

Tapi sebelum gelas itu benar-benar berpindah tangan, Luna dengan sengaja menyenggol tangan Anisa dengan cukup keras.

Gelas itu pun terguncang, air panas tumpah, sebagian mengenai tangan Luna, sebagian lagi menetes ke lantai.

“AAAHH! PANAS! ASTAGA PANAS!!” teriak Luna dengan suara keras penuh drama, menjatuhkan gelasnya ke lantai hingga pecah.

Anisa terkejut setengah mati, wajahnya langsung pucat.

“Maaf! Maaf banget, Mbak Luna! Aku nggak sengaja!” katanya panik sambil mendekat.

Luna terus berteriak seolah terbakar sungguhan. “TANGANKU! ADUH PANAS SEKALI! SAKIT SEKALI, BEB!!”

Suara itu membuat Bima berlari dari kamar. Begitu melihat Luna menggenggam tangannya yang memerah, Bima langsung panik.

“Luna! Kamu kenapa?!”

“Dia!” Luna menunjuk Anisa dengan ekspresi marah sekaligus sedih. “Dia nyiram aku dengan air panas, Beb!”

“Mas, nggak, aku beneran nggak sengaja, Mas,” ucap Anisa cepat-cepat, matanya mulai berkaca. “Aku cuma...”

Namun sebelum Anisa sempat menjelaskan lebih jauh, Bima sudah kehilangan kendali. Ia mendorong bahu Anisa keras-keras.

“Cukup, Nisa!” teriaknya.

Tubuh Anisa terhuyung, kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur ke lantai. Suara tubuhnya membentur lantai yang keras membuat Luna justru semakin memperdalam dramanya, menangis keras, menatap Bima dengan tatapan penuh penderitaan.

“Mas… aku beneran nggak sengaja…” bisik Anisa lirih sambil mencoba bangkit. Tangan dan lututnya terasa perih, tapi Bima bahkan tidak menoleh padanya.

“Udah, jangan banyak alasan! Lihat tangan Luna sampai kebakar begini! Lo pasti sengaja kan?” seru Bima sambil menatap tangan Luna yang memerah samar.

"Iya kan lo keknya sengaja, makanya tadi lo nawarin diri buat bikinin gue teh. Lo gak suka kan kalau gue tinggal disini." ucap Luna semakin mendramatisir keadaan.

"lo benar-benar keterlaluan ya Nisa, jangan mentang-mentang selama di rumah orang tua gue sikap gue baru baik sama Lolo menjadi baper, lo harus tetap ingat bahwa semua itu hanyalah pura-pura dan gue melakukan semua itu hanya agar orang tua gue percaya bahwa gue dan lo itu nikah beneran."

"tapi aku..."

"diam Nisa gue nggak mau dengar penjelasan lo lagi karena sudah jelas jelas terbukti Kalau lo nggak suka sama Luna lu memang berniat untuk mencelakainya kan?."

"Beb tangan aku kayaknya melepuh deh ayo kita bawa ke rumah sakit Aku nggak mau kalau nanti tangan aku kenapa-napa."

"Kalau sampai terjadi apa-apa sama tangan cewek gue gue gak akan bikin perhitungan sama lo."sentak Bima yang membuat Anisa semakin terluka.

Sementara itu, Luna menunduk, pura-pura menangis, tapi sudut bibirnya terangkat samar, senyum tipis penuh kemenangan.

"Bagus. memang ini yang aku harapkan, biar kamu makin benci sama dia,Bim. Dan kamu cuma punya aku." batin Luna tersenyum puas.

Anisa berdiri perlahan, tubuhnya gemetar. Ia memandangi Bima dengan mata basah, namun tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya menunduk, lalu melangkah pelan menuju kamarnya.

Begitu pintu kamar tertutup, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.

Ia tahu Bima tidak akan percaya padanya. Tidak sekarang, mungkin tidak pernah.

Namun di balik tangisnya, ada sedikit keteguhan yang tumbuh perlahan, sebuah luka yang mulai berubah menjadi kekuatan.

Sementara di luar sana, Luna bersandar di dada Bima, berpura-pura lemah, sementara dalam hatinya ia berbisik puas,

"Satu langkah sudah berhasil. Setelah ini, aku pastikan perempuan itu nggak akan punya tempat lagi di hidupmu, Bima."

"Ayo ganti baju dulu, kita ke rumah sakit sekarang."

"Tangan aku sakit banget, beb." rengek Luna, padahal tangannya tidak terlalu sakit karena hanya sedikit terkena air panas.

"Aku tahu sayang, gimana nanti kalau pulang dari rumah sakit kita shopping. Pasti sakitnya hilang."ucap Bima yang sudah tahu kelemahan dari Luna.

"Emang kamu ada uang, bukannya kamu bilang kamu cuman dikasih jatah lima puluh ribu sama mama kamu?."

"Tadi Mama udah ngasih aku kartu kredit lagi, katanya sih buat memenuhi kebutuhan rumah tangga aku, terus memenuhi kebutuhan tuh cewek kampung, ngapain aku habisin duit buat dia mending buat kamu aja."ucap Bima sembari mengecup sudut bibir Luna.

""Aaah... kamu emang pacar aku yang paling baik dan pengertian, aku makin sayang deh sama kamu."

"Pokoknya apapun itu asal kamu bahagia aku akan lakuin semuanya."

"Love you beb."ucap Luna sembari memeluk erat tubuh Bima dengan penuh kebahagiaan.

1
Ma Em
Anisa kalau Luna berbuat macam macam pada Anisa lawan saja jgn mau dihina atau diinjak injak harga diri Anisa , Anisa bkn babu tapi istri sah daripada Luna cuma selingkuhan , Anisa berhak usir Luna dari apartemen yg Anisa tinggali dan kalau Bima marah lawan jgn diam saja .
Ma Em
Cepatlah enam bulan berlalu agar Anisa bisa secepatnya meninggalkan Bima , semoga Anisa berjodoh dgn Jovan .
Ma Em
Anisa semangat dan sabar semoga enam bulan cepat berlalu lalu tinggalkan Bima seumpama Bima berubah jadi jatuh cinta sama Anisa jgn mau terima biarkan Bima dgn Luna , semoga Anisa bisa berjodoh dgn Jovan dan berbahagia .
Ma Em
Thor banyak typo harusnya disita negara bkn disiksa negara 🙏🙏
Call Me Nunna_Re: nanti di revisi ya kak🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!