Leticia Nathania yang sering di panggil Cia adalah gadis yang sangat cantik dan selalu ceria. Cia selalu di kelilingi oleh orang-orang baik yang sangat menyayanginya. Namun semuanya berubah ketika Cia terpaksa menikahi Carlo karena di jodohkan oleh almarhum kakeknya.
Awalnya Cia ragu menikah dengan Carlo karena melihat sikap pria itu yang terlihat sombong. Tapi akhirnya Cia bersedia juga menikah dengan pria itu karena orang tuanya berusaha dengan keras meyakinkannya. Orang tuanya mengatakan kalau cinta itu akan tumbuh setelah menikah.
Setelah menikah, Cia tinggal satu atap dengan mertuanya. Dan itu bukanlah hal yang mudah, terlebih mertuanya tidak menyukai kehadiaran Cia sebagai menantu.
"Cia, kamu bersenang-senang seharian di kamar dan membiarkan Ibu dan adik bekerja, maksud kamu apa?" tegas Carlo membuat Cia sangat kaget.
Pasalnya Cia yang mengerjakan semua pekerjaan rumah seharian.
Tiba-tiba saja air mata Cia menetes tanpa di minta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Cantik
Hari ini Cia berada di toko kue milik Nisa-mamanya. Toko kue ini adalah warisan dari almarhum kakek Cia, kakek dari ibunya. Tadinya mereka hanya memiliki satu toko kue, tapi sekarang Nisa membuka toko kue lagi di dekat rumahnya, dan toko itu baru kemarin mulai di buka.
Sebenarnya toko kue yang lama sudah di berikan pada Cia sedangkan toko kue yang baru saja Nisa buka akan di berikan pada Nico, adik Cia yang saat ini masih menuntut ilmu di salah satu kampus yang ada di kotanya.
Tadinya Nico sendiri yang meminta pada mama dan papanya agar memberikan toko kue itu pada Cia, dia bicara seperti itu karena Nico sudah menyelidiki bagaimana rumah tangga kakaknya, dan dia tidak bisa melihat kakaknya di perlakukan seperti itu oleh suami dan keluarga suaminya.
Sedangkan papanya bekerja di perusahan kakek Santoso.
Setelah selesai membantu membuat pesanan kue, Cia pamitan pulang pada karyawannya yang ada di sana.
Di rumah, Damian sedang kedatangan temannya, dan mereka mengobrol di kamar Damian.
"Gue nggak habis pikir sama mereka, padahal yang seharusnya menikah dengan Cia adalah lo sendiri, dan tujuan lo datang ke rumah ini adalah untuk menikah tapi malah di suruh tinggal di sini. Tapi kenapa sih lo mau aja di suruh tinggal di rumah seperti ini? Padahal lo sendiri juga punya rumah yang jauh lebih bagus dari rumah ini." Kata Dion merasa heran pada sahabatnya.
"Tadinya gue nggak mau tinggal di sini, dari dulu gue nggak pernah berpikir untuk tinggal di sini, apalagi di rumah ini banyak sekali ada kenangan buruk. Dulu wanita licik itu sering menyuruh seseorang agar mencelakai gue dan mama, dan mama sangat khawatir akan keselamatan gue di rumah ini," tutur Damian dengan raut wajah sedih.
"Lalu kenapa lo mau tinggal di sini? Apa karena Leticia?" tanya Dion sembari menaikkan sebelah alisnya.
Damian menganggukkan kepalanya, "Ketika gue tahu kalau orang yang gue cintai telah menikah dengan Carlo, gue saat itu marah besar pada Farhan. Lalu gue diam-diam mencari tahu bagaimana hubungan Carlo dan Ticia. Ternyata Carlo dan Ticia tidak saling mencintai, mereka juga memperlakukan Ticia begitu buruk di rumah ini. Lalu gue terpaksa tinggal di rumah ini agar bisa melindungi orang yang gue cintai. Dan gue juga akan menyuruh Carlo agar secepatnya menceraikan Ticia."
"Bagaimana kalau Carlo tidak mau menceraikan Leticia?" tanya Dion dengan alis terangkat.
"Apapun bakal gue lakuin asalkan Ticia jadi milik gue." Damian tiba-tiba menyeringai saat memikirkan gadisnya.
"Itu obsesi Men, bukan cinta."
"Lo salah, gue cinta, cinta mati malah. Jadi cara apapun juga bakal gue lakuin, asal dia jadi milik gue seutuhnya."
Dion tak menyangka kalau Damian sampai segitunya mengejar Leticia. Pria itu jadi penasaran dengan wajah gadis itu.
Dan mereka pun melanjutkan obrolan tentang perusahaan yang Damian bangun sendiri tanpa melibatkan keluarganya. Tentunya dengan bantuan dari Dion sebagai orang kepercayaan Damian.
Tidak lama suara mobil yang sangat Damian kenali terdengar. Itu adalah suara mobilnya sendiri yang saat ini di bawa oleh sopirnya. Dia meminta pak Udin untuk mengantarkan Cia. Damian maju ke arah pembatas balkon, senyumnya terbit saat dia melihat orang yang dia cintai keluar dengan beberapa barang di tangannya.
Cia mendongak saat melihatnya, senyum cantiknya langsung mengembang. Cia juga melambaikan tangan ke arahnya, tentu saja Damian membalasnya dengan senang hati.
"Cih, lebay amat pake dadah-dadah segala." Dion memutar bola matanya, "Pasti habis ini gue di usir kan?"
"Iya lah, sana lo pergi. Gue mau berduan sama Ticia."
Cia berjalan menuju kamarnya terlebih dahulu, meletakkan barang-barangnya dan menyisakan satu plastik berukuran cukup besar di tangannya, lalu keluar dari kamarnya dan menuju kamar Damian.
Tok Tok
"Kak Damian aku masuk yah." Tidak menunggu jawaban, Cia langsung membuka pintu dengan lebar dan masuk ke dalam.
" Kak Damian aku bawain,,,,eh ada temen Kak Damian juga, maaf ganggu, aku kira tadi nggak ada siapa-siapa lagi selain Kak Damian."
Dion membeku di tempat, Ini pertama kalinya dia bertatap muka langsung dengan Leticia. Selama ini dia sering mendengar gadis itu dari Damian saja, dan ternyata secantik ini. Astaga, pantas saja pria seperti Damian begitu tergila-gila pada gadis di depannya ini.
Cia tersenyum canggung, lalu melirik Damian untuk meminta bantuan saat melihat ekspresi aneh dari laki-laki di depannya.
BUGH
"ANJING, sakit bego."
"Sekali lagi liatin Ticia kaya gitu, mati lo di tangan gue. Dan jangan pernah mengumpat di depan Ticia!'
"He..he,,,sorry bro. Cantik banget gila, pantesan lo__"
BUGH
"Pulang sana, bikin kesel aja." Usir Damian.
"Oke...oke." Dion kembali menatap ke arah Cia. "Leticia cantik aku pergi dulu yah, udah diusir soalnya."
"Maaf jadi mengganggu waktu kalian." Kata Cia merasa tidak enak.
"Enggak ada yang mengganggu sama sekali, kebetulan aku memang mau pulang. Aku pamit, dah cantik."
Setelah kepergian Dion, Cia mendekat ke arah Damian yang masih bermuka masam. "Aku bawain minuman dan beberapa makanan ringan buat Kak Damian."
Damian tidak menjawab, Cia menjerit. "Kak Damian kenapa?"
"Apa setiap laki-laki yang lihat kamu reaksinya akan seperti itu?" tanya Damian sembari menatap Cia
"Seperti apa?"tanya Cia dengan tatapan mata yang fokus ke arah Damian.
"Terpesona seperti Dion tadi."
"Enggak tahu, aku nggak pernah merhatiin. Itu hak mereka juga kan, yang penting aku tidak menanggapi. Karena mau bagaimana pun status aku sudah bersuami sekarang. Jadi aku bisa menjaga batasan aku dengan lawan jenis."
"Oh iya,Ticia? Kemarin bukankah ada pria yang datang ke rumah ini mencarimu? Apa kamu tahu dia siapa?" tanya Damian dengan alis mata terangkat.
"Aku sama sekali tidak mengenalnya. Aku aja kemarin bingung dan juga kaget."
"Lalu kenapa dia mencarimu? Terus apa aja yang dia katakan padamu?" tanya Damian semakin penasaran.
"Katanya dia sering memperhatikanku selama ini, lalu dia bilang cinta padaku."
"Terus kau jawab apa?"
"Ya aku menolaknya lah, kak. Aku bilang padanya kalau aku sudah memiliki suami, lalu setelah itu aku memintanya pergi."
"Kalau dia mendekatimu lagi, sebaiknya kau jauhi dia. Asal kau tahu, dia itu adalah kekasih Ruri. Mungkin dia pernah melihatmu ketika si bajingan itu mencari Ruri."
"Kok kakak bisa tahu kalau pria itu adalah kekasihnya Ruri?"
"Iya lah kakak tahu, kakak pernah melihatnya secara tidak sengaja. Ruri sering secara diam-diam membawa pria itu ke kamarnya. Meri dan Farhan juga tidak tahu akan kelakuan putrinya."
"A_apa? Kenapa kakak tidak menegurnya?"
"Buat apa? Itu juga bukan urusan kakak,di tambah mereka juga sangat jahat. Kalau aku menegurnya, dan memberitahu kelakuan Ruri pada Farhan,belum tentu juga Farhan akan percaya dengan perkataan kakak."
Terima kasih ya krn sudah mampir, jangan lupa like dan komentarnya ya kakak2, biar author tambah semangat nulisnya😊