Di Sayang Kakak Ipar
Di dalam kamar terlihat seorang pria dan wanita sedang duduk saling membelakangi, terlihat dari ekspresi wajah si pria sepertinya dia sedang kesal kepada si wanita.
"Kita menikah karena perjodohan, jadi jangan berharap lebih padaku,"ucap Carlo menegaskan dengan raut wajah datar.
"Ini adalah kamarmu, dan itu lemari pakaiannya. Kamu bisa menaruh pakaianmu di dalam lemari itu. Lalu aku akan tidur di kamar sebelah." Carlo beranjak dari tempat duduknya.
Cia tertegun.
"Maksudnya, kamar kita terpisah?"
Carlo hanya mengangguk sekilas. Kemudian membalikkan tubuhnya ingin keluar dari kamar itu.
Dengan cepat Cia meraih tangan kekar milik Carlo. Menghentikan langkah laki-laki itu.
Carlo menoleh. Menatap tajam tangan Cia yang ada di tangannya.
"Jangan berani menyentuhku!" bentaknya, menghempaskan tangan Cia. Membuat gadis itu kaget. Dia pun menatap heran laki-laki di depannya.
"Kalau kau tidak menginginkan pernikahan ini, kenapa dari awal tidak menolak?" tanya Cia merasa heran. Padahal dia berharap apa yang di katakan oleh orang tuanya adalah kenyataan, tapi ternyata Carlo pria yang kasar.
"Aku tidak bisa menolaknya, karena kakek mengancamku. Tapi aku yakin wanita miskin sepertimu pasti bahagia menikah dengan pria tampan dan juga kaya sepertiku," ujar Carlo dengan tatapan dingin. Setelahnya melangkahkan kakinya pergi menuju kamarnya.
Brugh!
Cia kaget mendengar suara pintu yang di banting dengan keras. Namun tidak berusaha keluar untuk melihat yang terjadi. Dia hanya mengusap dadanya yang tadi kaget. Segera mengambil kopernya. Menyeretnya mendekati lemari. Kemudian Cia membereskan baju-bajunya ke dalam lemari.
Selesai membereskan bajunya, Cia berjalan keluar dari kamarnya. Dilihatnya pintu kamar Carlo tertutup. Cia pun tidak memperdulikannya, dia tidak ingin mengganggu pria itu.
Gadis itu berjalan menuruni tangga, dan saat sampai di lantai bawah, matanya melirik mencari pintu lain selain pintu yang di laluinya tadi saat masuk. Cia pun menemukannya.
"Itu pasti pintu menuju dapur. Sebaiknya aku ke sana," gumam Cia lalu melangkah menuju pintu tersebut.
Sesuai perkiraan Cia, ternyata pintu tersebut memang menuju dapur. Cia melihat ibu mertuanya sedang memasak di sana.
"Akhirnya kamu datang juga.Baru saja aku ingin memanggilmu," ucap Meri dengan nada lembut.
"Cia, kebetulan pembantu di rumah ini kemarin berhenti bekerja disini, jadi sekarang di rumah ini tidak ada seorang pembantu. Tapi mama tidak berniat mencari pembantu lagi, karena sekarang mama sudah memiliki seorang menantu, jadi mulai sekarang kamu yang memasak dan membersihkan rumah ini," terang Meri menjelaskan.
Raut wajah Cia tampak terbelalak lebar mendengarnya.
"Kenapa harus aku, ma? Kenapa tidak mencari seorang pembantu?" tanya Cia merasa heran.
"Bukankah aku menantu di rumah ini? Tapi kenapa aku malah di suruh mengerjakan semuanya ? Seolah-olah aku seorang pembantu saja, apalagi di hari pertama aku tinggal di rumah ini," pikir Cia sembari menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
"Jadi kamu tidak mau melakukannya? Dari pada uangnya di pakai untuk bayar pembantu, lebih baik kita pakai shopping. Carlo juga tidak suka ada pembantu di rumah ini. Lagian kamu itu menantu di rumah ini, sudah seharusnya kamu yang melakukan semuanya. Kamu mau menjadi seorang istri dan menantu durhaka? Kalau bukan kamu yang mengerjakan, lalu siapa? Mama juga sudah tua, kalau penyakit Mama kambuh gimana?"tanya Meri menjelaskan.
"Baiklah,ma. Aku akan melakukannya," jawab Cia terpaksa. Wanita itu lalu memasak, sedangkan mama mertuanya hanya melihatnya saja. Setelah selesai dia langsung menyiapkan makanannya di meja.
"Ma, semuanya sudah selesai. Aku akan pergi memanggil Carlo.
"Pergilah!
Cia beranjak meninggalkan dapur. Menaiki tangga menuju kamar Carlo. Cia berdiri di depan pintu.
Tok tok tok
Cia mengetuk pintu kamar Carlo, namun tidak ada jawaban dari dalam.
Cia sekali lagi mengetuk, bahkan sampai tiga kali, tetapi tetap saja tidak ada jawaban.
Cia memegang ganggang pintu, mencoba membuka pintu kamar Carlo. Ternyata tidak dikunci. Dengan perasaan ragu, Cia memberanikan diri masuk ke dalam kamar Carlo.
Tidak ada siapa-siapa di dalam kamar. Namun terdengar suara gemercik air di dalam kamar mandi. Sepertinya Carlo sedang mandi.
Tadinya Cia ingin kembali pergi. Keluar dari kamar itu. Namun satu bingkai foto dengan ukuran besar menempel di dinding kamar, menyita perhatiannya.
Cia mendekati bingkai foto tersebut. Di dalamnya terdapat gambar seorang pria sedang memegang tangan seorang wanita dengan mesra. Keduanya sedang duduk di sebuah taman. Mata mereka saling memandang penuh cinta dan kebahagiaan.
Cia tersenyum miris kala melihat foto itu. Foto seorang laki-laki yang sekarang sudah sah menjadi suaminya bersama dengan seorang wanita.
Cia tersenyum miris melihat kemesraan foto itu.
'Kenapa mama dan papa begitu tega menikahkan aku dengan orang seperti ini? Walaupun dijodohkan oleh kakek, tidak bisakah mereka menyelidiki latar belakang keluarga ini terlebih dahulu? Sepertinya tidak akan ada orang yang memperlakukanku dengan baik di sini,'batin Cia sedih. Tanpa terasa gadis itu meneteskan air matanya.
"Sedang apa kamu di kamarku? Siapa yang mengizinkanmu masuk ke kamar ini?"bentak Carlo dari arah belakang.
Cia segera mengusap air matanya. Segera membalikkan badan ke arah Carlo. Terlihat laki-laki dengan menggunakan bathrobe di tubuhnya, sedang berdiri dengan tatapan bengisnya.
"Ma-maaf. Cia hanya ingin bilang kalau makanan sudah siap. Sebaiknya kamu makan siang dulu. Karena sudah waktunya." Cia menjawab agak terbata. Wajahnya langsung menunduk selesai berkata. Tidak kuat melawan tatapan Carlo yang penuh amarah.
"Lain kali kalau mau masuk, sebaiknya ketuk pintu dulu. Jangan pernah masuk sebelum aku izinkan,"ucap Carlo penuh penekanan.
"Aku sudah mengetuk pintunya sampai tiga kali, tapi kamu tidak menjawab. Makanya aku memberanikan diri masuk ke kamar ini," jawab Cia, memberikan alasan yang sejujurnya.
"Ah banyak bicara, kamu! Cepat keluar! Aku tidak mau kamarku dan kekasihku di masuki oleh kamu,"bentak Carlo. Pria itu mencengkram tangan Cia dengan kasar. Menariknya ke pintu. Kemudian mendorongnya keluar dari kamar.
"Aww!" Teriak Cia saat terjatuh dan lututnya menyentuh lantai yang keras.
"Mulai sekarang, jangan pernah masuk ke kamarku," bentak Carlo lagi.
Brugh!
Kembali Carlo menutup pintu kamarnya dengan membanting keras di depan Cia.
Cia kaget. Perlahan Dia bangkit dari jatuhnya. Dengan langkah tertatih akibat sakit di lututnya, Cia berjalan ke arah kamarnya.Memasuki kamar itu.
Setelah menutup pintunya, Cia berjalan ke arah kasur. Lalu duduk di atas kasur.
Air mata mengalir di pipinya. Lututnya sakit, apalagi hatinya. Menerima perlakuan yang sangat kasar dari suaminya.
Cia ingin mengadu. Tapi pada siapa? Papa mamanya? Tidak mungkin. Mereka pasti akan menyuruhnya untuk bersabar karena mereka baru saling mengenal.
Mengadu pada Meri? Itu juga tidak mungkin, mertuanya itu terlihat seperti tidak menyukainya.
Cia hanya bisa menangis. Menahan rasa sakit hatinya. Tanpa tahu harus berbuat apa.
Terima kasih ya krn sudah mampir🙏, jangan lupa like dan komentarnya ya kakak2, biar author tambah semangat nulisnya😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments