Sepanas Cinta Juragan Cabe

"Tentu saja, saya akan membawa putri Pak Herman pulang dengan selamat." Sahut laki-laki bernama Willy tersebut, dia tersenyum pada Adelia yang terlihat tidak bisa melakukan apapun selain pasrah.

𝙃𝙚𝙧𝙢𝙖𝙣 𝙨𝙞𝙖𝙡𝙖𝙣!

"Ya sudah kalau begitu saya dan istri pamit pulang, kalian hati-hati dijalan." Herman segera berpamitan, dia bergegas memberikan kode pada Herlina agar segera mengikuti langkahnya meninggalkan Adelia dan laki-laki itu.

"Yah, aku-,"

"Ayo, aku akan mengantar Nona Adelia pulang dengan selamat," Ujar Willy seraya mengulurkan tangannya.

Sayang uluran tangannya tidak disambut baik oleh perempuan muda dihadapannya, Adelia berdiri sendiri seraya menatap Willy dengan datar.

"Ayo Pak Willy keburu malam, besok saya harus bekerja." Ucapnya seraya melangkah meninggalkan Willy yang terlihat tersenyum kecut dengan tangan mengepal.

Laki-laki itu menghela napas kasar, dia menatap kepergian Adelia sejenak sebelum beranjak menyusulnya.

Tidak lama setelahnya Adelia dibawa oleh Willy, sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan apapun suasana hening, hujan pun ikut turun membuat laju mobil sedikit pelan.

Awalnya Adelia merasa biasa saja, keheningan ini justru membuatnya lebih nyaman daripada harus beradu kata dengan orang yang tidak dia kenal.

Tapi beberapa saat kemudian ketenangan yang Adelia rasakan berubah drastis kala dia merasakan sentuhan dingin di area lutut hingga pahanya. Adelia menepis tangan itu dengan kencang, membawa tubuhnya merapat kearah pintu mobil dengan tatapan penuh emosi dan marah.

"Jangan kurang ajar ya!" Amuknya dengan tatapan penuh peringatan.

Bukannya takut dan khawatir Willy malah terkekeh, laki-laki itu tiba-tiba menghentikan laju mobilnya di tepi jalanan yang cukup sepi dan gelap.

"Ayolah, perempuan kayak kamu enggak mungkin enggak pernah tidur sama laki-laki kan? Ayah kamu bilang kalau kamu lagi mencari calon su-,"

𝙋𝙇𝘼𝙆!

Satu tamparan keras dilayangkan oleh Adelia pada wajah Willy, ekspresi wajah Adelia sudah tidak bisa lagi dikendalikan dia murka semurka-murkanya.

"Mulut anda busuk sekali rupanya! Sudah berapa jalang yang anda tiduri huh?! Jangan pernah berani menyamakan aku dengan perempuan-perempuan yang sudah anda temui, aku bukan perempuan murahan!" Adelia tidak bisa lagi menahan amarahnya, dia bergegas menarik handle pintu tapi kalah cepat oleh Willy yang sudah menguncinya terlebih dahulu.

Laki-laki itu menyeringai saat melihat wajah panik Adelia, dia perlahan mendekat pada perempuan muda itu dengan tatapan memangsa.

"Kalau begitu bagus, artinya kamu masih perawan dan aku yang akan pertama kali menikmatinya!" Tukas Willy seraya menarik lengan Adelia, dengan kasar merobek gaun Adelia hingga lengannya terlepas sebelah.

Adelia panik, dengan cepat dia meraih heels yang dikenakannya dan memukulkannya pada wajah Willy. Laki-laki itu menjerit saat merasakan sesuatu menusuk dahinya, rupanya heels tajam yang tengah dipegang oleh Adelia telah melukainya.

"Perempuan sialan, kamu enggak akan lepas malam ini, aku akan menghancurkan kehormatan mu yang kamu agungkan itu!" Willy belum menyerah, dia kembali merangsak mendekati Adelia yang terlihat terkejut dengan perbuatannya.

"Toloooooonggg!" Adelia berteriak tapi sayangnya suaranya teredam di dalam mobil, dia berusaha setengah mati mempertahankan harga dirinya agar laki-laki bajingan ini tidak bisa mendapatkannya.

🌶

🌶

🌶

𝙎𝙥𝙤𝙞𝙡𝙚𝙧: " 𝘿𝙚𝙣, 𝘿𝙚𝙣 𝙖𝙙𝙖 𝙢𝙖𝙮𝙖𝙩 𝘿𝙚𝙣, 𝙖𝙙𝙖 𝙢𝙖𝙮𝙖𝙩 𝙙𝙞 𝙥𝙤𝙣𝙙𝙤𝙠!"

𝙆𝙖𝙣𝙜 𝙀𝙢𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙩𝙚𝙧𝙞𝙖𝙠 𝙨𝙖𝙖𝙩 𝙝𝙖𝙧𝙞 𝙢𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙥𝙖𝙜𝙞 𝙙𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙥𝙖𝙧𝙖 𝙥𝙚𝙠𝙚𝙧𝙟𝙖 𝙥𝙚𝙧𝙠𝙚𝙗𝙪𝙣𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝘼𝙯𝙠𝙝𝙖 𝙗𝙖𝙧𝙪 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙩𝙞𝙗𝙖 𝙙𝙞𝙨𝙖𝙣𝙖, 𝙙𝙞𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙡𝙞𝙝𝙖𝙩 𝙥𝙖𝙣𝙞𝙠 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙬𝙖𝙟𝙖𝙝 𝙥𝙪𝙘𝙖𝙩.

"𝙈𝙖𝙮𝙖𝙩, 𝙢𝙖𝙮𝙖𝙩 𝙨𝙞𝙖𝙥𝙖 𝙆𝙖𝙣𝙜?" 𝘼𝙯𝙠𝙝𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙜𝙚𝙜𝙖𝙨 𝙩𝙪𝙧𝙪𝙣 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙢𝙤𝙩𝙤𝙧𝙣𝙮𝙖, 𝙙𝙞𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙟𝙖𝙡𝙖𝙣 𝙘𝙚𝙥𝙖𝙩 𝙢𝙚𝙣𝙪𝙟𝙪 𝙥𝙤𝙣𝙙𝙤𝙠 𝙥𝙚𝙧𝙠𝙚𝙗𝙪𝙣𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙡𝙖𝙜𝙞 𝙟𝙖𝙪𝙝.

"𝙀𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙩𝙖𝙪 𝘿𝙚𝙣, 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙚𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙣𝙞 𝙢𝙚𝙜𝙖𝙣𝙜!"

𝘼𝙯𝙠𝙝𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙥𝙚𝙧𝙘𝙚𝙥𝙖𝙩 𝙡𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙝𝙣𝙮𝙖, 𝙙𝙞𝙖 𝙗𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙡𝙖𝙧𝙞 𝙝𝙞𝙣𝙜𝙜𝙖 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙡𝙖𝙢𝙖 𝙖𝙠𝙝𝙞𝙧𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞. 𝙇𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙝𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙙𝙞 𝙘𝙚𝙥𝙖𝙩 𝙥𝙚𝙧𝙡𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙡𝙖𝙣, 𝙢𝙖𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙞𝙣𝙙𝙖𝙞 𝙩𝙪𝙗𝙪𝙝 𝙡𝙚𝙢𝙖𝙝 𝙩𝙖𝙠 𝙗𝙚𝙧𝙙𝙖𝙮𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙖𝙖𝙩 𝙞𝙣𝙞 𝙩𝙚𝙧𝙜𝙚𝙡𝙚𝙩𝙖𝙠 𝙗𝙚𝙜𝙞𝙩𝙪 𝙨𝙖𝙟𝙖 𝙙𝙞 𝙖𝙩𝙖𝙨 𝙗𝙖𝙡𝙚-𝙗𝙖𝙡𝙚 𝙗𝙖𝙢𝙗𝙪 𝙙𝙞𝙡𝙪𝙖𝙧 𝙥𝙤𝙣𝙙𝙤𝙠.

𝘿𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙜𝙖𝙡𝙖 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙧𝙖𝙣𝙞𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙙𝙞𝙖 𝙢𝙞𝙡𝙞𝙠𝙞 𝘼𝙯𝙠𝙝𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙣𝙩𝙪𝙝 𝙩𝙪𝙗𝙪𝙝 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙩𝙞𝙙𝙪𝙧 𝙢𝙞𝙧𝙞𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙨𝙚𝙗𝙪𝙩 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙧𝙖𝙢𝙗𝙪𝙩 𝙩𝙚𝙧𝙪𝙧𝙖𝙞 𝙖𝙘𝙖𝙠-𝙖𝙘𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙪𝙩𝙪𝙥𝙞 𝙬𝙖𝙟𝙖𝙝𝙣𝙮𝙖.

𝙎𝙖𝙖𝙩 𝙩𝙪𝙗𝙪𝙝 𝙧𝙞𝙣𝙜𝙠𝙞𝙝 𝙙𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙧𝙞𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙨𝙚𝙗𝙪𝙩 𝙩𝙚𝙧𝙗𝙖𝙡𝙞𝙠 𝙙𝙖𝙣 𝙩𝙚𝙧𝙡𝙞𝙝𝙖𝙩, 𝙠𝙚𝙙𝙪𝙖 𝙢𝙖𝙩𝙖 𝘼𝙯𝙠𝙝𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙤𝙡𝙖, 𝙟𝙖𝙠𝙪𝙣𝙣𝙮𝙖 𝙣𝙖𝙞𝙠 𝙩𝙪𝙧𝙪𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙠𝙖𝙧𝙪𝙖𝙣.

"𝘼𝙙𝙚𝙡𝙞𝙖!" 𝙋𝙖𝙣𝙜𝙜𝙞𝙡𝙣𝙮𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙨𝙪𝙖𝙧𝙖 𝙥𝙖𝙣𝙞𝙠 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙝𝙖𝙬𝙖𝙩𝙞𝙧.

𝙔𝙐𝙃𝙐𝙐𝙐𝙐 𝙏𝙍𝙄𝙋𝙇𝙀 𝙐𝙋 𝙇𝙊𝙃 𝙃𝘼𝙍𝙄 𝙄𝙉𝙄 𝙔𝙐𝙐𝙐𝙐𝙆𝙆𝙆 𝙆𝙊𝙈𝙀𝙉 𝙔𝘼𝙉𝙂 𝙎𝙀𝙍𝙐 𝘿𝘼𝙉 𝙆𝘼𝙎𝙄𝙃 𝙐𝙇𝘼𝙎𝘼𝙉 𝘽𝙄𝙉𝙏𝘼𝙉𝙂 5 𝙉𝙔𝘼 𝙔𝘼, 𝙅𝘼𝙉𝙂𝘼𝙉 𝙇𝙐𝙋𝘼 𝙆𝙊𝙋𝙄 𝘽𝙐𝘼𝙏 𝙊𝙏𝙃𝙊𝙍 𝘽𝙄𝘼𝙍 𝙂𝘼𝙆 𝙉𝙂𝘼𝙉𝙏𝙐𝙆😴😴