NovelToon NovelToon
Selalu Mengingatmu

Selalu Mengingatmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:331
Nilai: 5
Nama Author: Fayylie

Olivia pernah memberanikan diri melakukan hal paling gila di hidupnya: menyatakan perasaan ke cowok populer di sekolah, Arkana. Hasilnya? Bukan jawaban manis, tapi penolakan halus yang membekas. Sejak hari itu, Olivia bersumpah untuk melupakan semuanya, terlebih dia harus pindah sekolah. Namun, dia pikir semua sudah selesai. Sampai akhirnya, takdir mempertemukan mereka lagi di universitas yang sama.
Arkana Abyaksa—cowok yang dulu bikin jantungnya berantakan. Bedanya, kali ini Olivia memilih berpura-pura nggak kenal, tapi keadaan justru memaksa mereka sering berinteraksi. Semakin banyak interaksi mereka, semakin kacau pula hati Olivia. Dari sana, berbagai konflik, candaan, dan rasa lama yang tak pernah benar-benar hilang mulai kembali muncul. Pertanyaannya, masih adakah ruang untuk perasaan itu? Atau semuanya memang seharusnya berakhir di masa lalu? Dan bagaimana kalau ternyata Arkana selama ini sudah tahu lebih banyak tentang Olivia daripada yang pernah dia bayangkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fayylie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10

Sore itu, langit udah mulai berubah warna. Matahari perlahan tenggelam, nyisain semburat oranye samar di langit barat. Gedung kampus tampak lebih lengang dibanding biasanya. Suara langkah mahasiswa yang pulang bergema samar di lorong, sementara Olivia keluar dari kelas dengan Stefan dan Nayla.

Olivia menguap lebar. “Gila, hari ini capek banget. Otak gue udah kayak bubur ayam diaduk.”

“Emang dasarnya lo gampang lemes,” Nayla nyeletuk sambil mainin HP-nya. “Lo nggak pernah siap kalo kelas panjang gini.”

“Bukan gue doang yang capek kali, Nay. Lo juga keliatan mau tumbang tuh,” Olivia balas sambil melirik temannya.

Stefan ketawa ngakak. “Dua-duanya sama aja, zombie. Gue doang yang masih kuat.” Dia angkat tangan, pura-pura pamer otot.

“Lo kuat karena dosen tadi ngajar kayak nggak serius. Coba kalau dosennya killer, lo pasti yang duluan tepar,” Nayla nyindir.

Olivia menghela napas, lalu tiba-tiba matanya berbinar. “Eh, mumpung weekend besok, gimana kalo kita jalan? Atau nongkrong di luar? Gue males banget balik ke apartemen.”

Stefan melirik ke arah Olivia. “Apartemen lo nggak mau lo tempatin lagi?”

Olivia cemberut. “Gue males sendirian di sana. Mendingan gue tetep di asrama. Lagian lebih rame.”

Nayla mendengus. “Rame apaan, Liv? Weekend gini semua orang pulang. Asrama jadi kuburan.”

“Makanya gue ngajak lo berdua! Biar nggak sendirian,” Olivia langsung ngegas.

Tapi jawaban Stefan bikin semangatnya langsung ambyar. “Sorry, Liv. Besok gue balik ke rumah. Nyokap udah wanti-wanti harus pulang. Ada acara keluarga.”

Nayla ikutan angkat tangan. “Gue juga nggak bisa. Gue ada janji sama sepupu gue. Udah lama nggak ketemu.”

Olivia terdiam. “Yaelah… berarti gue sendiri dong?”

Stefan ngangkat bahu, nada bersalah. “Yah, iya sih. Tapi kan cuma dua hari. Sabtu-Minggu, itupun Minggu pasti udah pada balik asrama kan. Senin lo udah nggak sendiri lagi.”

“Dua hari itu lama banget kalo lo ngabisinnya sendiri,” Olivia meratap dramatis. “Gue bisa mati kesepian.”

“Drama,” Nayla nyeletuk sambil nutup kotak pensil. “Lo tuh harus belajar nikmatin waktu sendiri.”

“Gue udah sering sendiri! Justru makanya gue minta temen,” Olivia ngerengek.

Stefan ngakak. “Liv, santai aja. Anggep aja weekend ini lo quality time sama diri sendiri. Self-love gitu.”

Olivia ngedumel, tapi akhirnya pasrah. Mereka bertiga terus jalan keluar kampus dan berpisah ketika sudah beda arah. Suasana sore makin adem, jalanan mulai rame sama mahasiswa yang cabut bawa koper. Olivia sempet ngeliat beberapa anak asrama bawa barang-barang buat pulang. Dia langsung makin suntuk.

Malam hari, Olivia udah sampai di area asrama. Lorong mulai sepi. Suara koper geser, salam perpisahan, dan tawa riang anak-anak yang mau pulang masih kedengeran samar, tapi makin lama makin hilang.

Olivia jalan pelan sambil nyeret langkah. Hatinya makin berat karena sadar weekend ini bakal sunyi banget. Dia lagi sibuk sama pikirannya sendiri ketika tiba-tiba ada suara familiar.

“Eh, Olivia?”

Olivia nengok. Di depan gerbang kecil asrama, dia liat cowok jangkung dengan rambut agak acak, bawa tas ransel di punggung. Wajahnya ramah, senyumnya gampang dikenali.

“Ken?” Olivia otomatis senyum. “Eh, lo belum pulang?”

Ken balik senyum, jalan mendekat. “Belum. Baru mau. Lo sendiri?”

“Ya. Mau balik ke kamar.”

Ken ngangguk. “Lo nggak pulang weekend ini?”

Olivia garuk kepala. “Males. Sama aja. Gue sendirian di apartemen, sendirian juga di asrama.”

Ken ketawa kecil. “Ooh gitu ya.”

Ada jeda hening sebentar. Ken lalu nyeletuk, agak hati-hati. “Kalau lo nggak mau sendirian… lo bisa ikut gue ke rumah.”

Olivia langsung melongo. “Hah?!”

Ken buru-buru angkat tangan. “Eh, bukan maksud macem-macem ya. Gue cuma mikir daripada lo kesepian di asrama. Rumah gue rame, ada adek gue, bokap nyokap juga welcome kok.”

Olivia masih bengong. Tawaran itu jujur bikin dia kaget. “Em… gue… kayaknya nggak dulu deh. Gue nggak enak numpang gitu. Makasih tawarannya.”

Ken cengar-cengir. “Santai aja, Liv. Serius gue nggak keberatan.”

“Tetep aja… gue di sini juga nggak apa-apa kok. Dua hari doang. Nggak bakal mati.”

Ken ngangguk pelan, seakan ngerti. “Yaudah kalau lo yakin. Tapi kalau lo berubah pikiran, kabarin aja.”

Olivia tersenyum tipis. “Makasih ya, Ken. Gue appreciate banget.”

Ken angkat tangan melambai sebelum jalan keluar. Olivia ngeliatin punggungnya sampai hilang di tikungan.

Sampai di kamar, Olivia nemu Jevan lagi beberes. Cowok itu sibuk masukin baju ke tas ranselnya.

“Eh, lo mau cabut juga, Van?” Olivia nyeletuk.

“Ya iyalah. Masa weekend gue ngendon di asrama. Lo gimana? Pulang juga, kan?”

Olivia geleng cepat. “Enggak. Gue mager.”

Jevan berhenti beberes, melotot. “Mager apaan. Lo yakin mau sendirian di sini? Weekend asrama tuh sepi banget. Kayak rumah kosong.”

Olivia ketawa hambar. “Yaudah. Gue juga bisa nikmatin sepi.”

“Lo beneran yakin? Gak takut? Jangan nyesel besok-besok.”

Olivia angguk mantap. “Yakin. Lagian cuma dua hari. Hari Minggu pagi pasti udah rame lagi.”

Jevan masih keliatan ragu, tapi akhirnya mengangguk. “Yaudah, tapi kalau lo bosen, kabarin gue. Gue bisa balik bentar nemenin lo.”

Olivia tersenyum. “Thanks, Van. Tapi gue beneran nggak apa-apa kok.”

Jevan akhirnya pamit. Olivia ngeliatin dia cabut sambil narik koper. Begitu pintu kamar ketutup, baru deh Olivia merasa heningnya mulai masuk.

Olivia rebahan di kasur, main HP. Niatnya mau scroll-scroll TikTok sampe ketiduran. Tapi baru beberapa menit, perutnya bunyi.

“Anjir… gue lupa beli makanan…” Olivia ngelus perut.

Dia langsung bangun, ngecek laci. Cuma ada sisa biskuit setengah bungkus dan minuman instan. “Ini nggak cukup. Gue bakal mati kelaperan.”

Akhirnya Olivia buka grup chat asrama. Dia nanya ke anak-anak atau penjaga.

Olivia: Permisi, kalau pesen makanan online, ambilnya di mana ya?

Penjaga Asrama: Digate depan ya.

Olivia otomatis nunduk lemes. Gate depan itu jauh banget dari kamarnya. Malem-malem gini pula.

“Duh… males. Tapi lapar…” Dia galau sendiri, bolak-balik di kasur.

Akhirnya dia ambil keputusan. “Oke, gue mandi dulu. Habis itu baru mikirin pesen makanan. Siapa tau abis mandi gue jadi rajin.”

Dia masuk kamar mandi, nyalain shower. Air dingin bikin badannya agak segar. Selesai bersih-bersih, Olivia pake kaos oversize dan celana pendek. Rambutnya masih basah.

Keluar kamar mandi, dia ngeliat HP lagi. Perutnya makin berisik. “Yaudah deh, gue pesen.”

Tapi begitu inget harus jalan jauh ke gerbang depan, Olivia langsung ngedumel lagi. “Yaelah, kenapa hidup gue berat banget cuma buat makan.”

Olivia rebahan lagi. Hening. Cuma suara kipas angin muter.

Dia mendesah. “Weekend baru mulai, tapi gue udah bosen.”

HP-nya bergetar. Notif dari grup asrama rame dengan foto-foto anak yang udah di rumah masing-masing. Ada yang makan bareng keluarga, ada yang nongkrong di kafe. Olivia cuma bisa melotot sambil ngomel.

“Sial, semua orang punya rencana. Gue doang yang jadi mati kebosenan di asrama. Mana laper lagi, males banget kalau pesen harus ambil di gate depan.”

1
Sara la pulga
Gemesinnya minta ampun!
Nụ cười nhạt nhòa
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
°·`.Elliot.'·°
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!