gara-gara nonton cek khodam online yang lagi viral membuat Deni tertarik untuk mengikutinya. Ia melakukan segala macam ritual untuk mendapatkan khodam nya. Bukannya berhasil Deni justru diikuti setan berdaster, tapi sayang wujudnya kurang keren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ef f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Malam itu benar-benar ramai. Berbagai macam bunyi-bunyian terdengar dimana-mana. Cara kuno ini dipercaya dapat mengembalikan orang yang digondol demit
"Firasat ku kok mengatakan kalo kita diakalin pak kades ya?" ucap pria bernama sa'ad. Dia bersama Deni dan dua orang lain ditugaskan di jalur kali legok atau dalam bahasa Indonesia artinya sangat kecil ditengah hutan
Namun entah kebetulan atau enggak, satu tim yang terdiri dari 4 orang ini dominan penakut semua. Apalagi kang Sa'ad ini, jangankan keluar malam hari. Kencing di kamar mandi aja minta temenin.
"Halah bilang aja takut! Pakek drama di akali lagi" timpal kang Ucun sok berani. Hanya saja dia kurang setuju saat ditugaskan menyisir kali yang dikenal sangat wingit itu.
"Ssttt, diem, kalian jangan berisik, kita udah di tepi hutan. Sebaiknya permisi dulu sebelum masuk" timpal kang Bima, satu warga lain yang masuk tim yang dinamai biri-biri
Mereka berempat bergantian masuk ke hutan. Masing-masing kentongan dibunyikan sambil sesekali memanggil nama pemuda yang hilang itu.
"Keponakannya pak Abdul? Keponakannya pak Abdul? Keluar yuk! Aku ada nasi padang nih!" panggil kang Sa'ad yang seketika membuat kang Ucun menjitak kepalanya.
"Sih! Panggil namanya kelles. Lagian kalo pakek nasi padang keponakannya pak Abdul mau keluar?"
"Emangnya siapa tadi namanya ? Aku lupa"
"Ilham"
Mereka terus menyusuri kegelapan berbekal headlamp dan senter. Semakin masuk, suasana makin wingit. Tepat beberapa meter dari tim biri-biri berdiri, terdapat aliran air yang biasa digunakan warga untuk mandi dan mencuci. Hanya saja seiring waktu, tempat itu udah ditinggalkan sebab warga sudah mandi di rumah masing-masing
"Heh! Cah! Lebih baik kita putar balik aja. Perasaan ku gak enak ini" kang Sa'ad yang mulai merasakan energi yang berbeda. Beberapa kali pria itu menoleh ke arah tertentu sebab merasa ada yang mengawasi
"Yo eman ta, masa kita udah jauh-jauh kesini harus puter balik" balas kang Ucun
"Bukannya gitu Cun! Tapi aku masih sayang nyawaku. Kalo tiba-tiba kita yang digondol demit gimana?"
"Gimana Den? Bim? Kita lanjut apa pulang?" tanya kang Ucun.
"Sebenarnya tanggung kang, bahkan menurutku tempat-tempat seperti ini yang berpotensi disembunyikannya keponakannya pak Abdul"
"Masuk akal juga ya, menurut mu gimana bim? Setuju gak sama Deni?" kang Bima yang diam cuma geleng-geleng sambil memegangi icibos nya
"Loh, kamu kenapa Bim?"
"Aku gak tahan pengen buang air kecil"
"Oalah kirain kenapa. Yaudah kencing aja disini, jangan lupa bilang permisi, kalau nggak-"
"Kalau nggak kenapa Cun?" tanya kang Sa'ad dan kang Bima bersamaan
"Peli mu nanti ditarik genderuwo bwahahaha" jawab kang Ucun sampai tertawa terpingkal-pingkal
"Bercanda aja kamu! Yaudah aku pipis dulu. Ingat ya jangan ditinggal" ujar kang Bima maju ke depan. Tiba-tiba ia kesulitan bergerak, tubuhnya seakan ada yang menahan. Sontak saja kang Bima jadi sangat panik.
"Cah, gimana ini, aku gak ndak bisa jalan ada setan di belakang. Astaghfirullah, ya Allah, lindungilah hamba mu ini, nyuwun sewu nyai, kami ndak bermaksud mengganggu nyai" racau kang Bima
"Halah! Itu loh bajumu nyangkut di ranting pohon" timpal kang Ucun kepada kang Bima yang sudah bercucuran keringat dingin. Namun entah mengapa kang Bima justru diam ditempat.
"Loh katanya mau kencing?"
"Anu cah, tadi udah keluar hehehe" jawabnya sambil cengengesan.
"kalo gitu untuk mempersingkat waktu sebaiknya kita periksa tempat itu. Tapi kalo gak nemu apa-apa kita langsung pulang aja, gimana?"
Anggota tim biri-biri setuju atas usul kang Sa'ad. Namun dari empat anggota, hanya Deni yang berani masuk ke area kali.
"Loh! Kok kalian gak ikut jalan kang?" protes Deni
"Kamu aja lah Den, kita nunggu disini"
"Gak bisa gitu lah, kita kan datang sama-sama, jadi periksanya juga sama-sama"
"Tapi sumpah Den, kami bertiga gak berani. Kami janji gak akan ninggalin kamu"
Akhirnya Deni mengalah untuk memeriksa ke bawah. Sementara tiga lainnya menunggu di atas.
Gemericik air dari bambu menandakan jika langkah Deni semakin dekat. Lampu senternya membelah malam yang pekat. Sesaat kemudian Deni menanggalkan senter di atas bebatuan. Ia mulai membunyikan kentongan sambil memanggil Ilham.
Suasana di area kali sangat sepi, namun Deni merasa dirinya tak sendiri. Entah sebuah halusinasi atau memang dapat merasakan eksistensi lain. Namun nyatanya firasat itu diperkuat dengan suara yang memanggilnya.
"Mas?"
"Siapa disana? Ham? Itu kamu? Kalau benar Ilham tolong katakan dimana keberadaanmu sekarang."
Sorot lampu senter yang kembali ia bawa bergerak tak beraturan. Peluh yang membasahi tubuhnya menandakan jika nyalinya mulai ciut. Namun masih bertahan ditengah gempuran suara-suara mistis yang tak nampak wujudnya
Diatas sana, ketiganya masih menunggu dengan cemas. Jalan kali yang tertutup semak membuat mereka kesulitan melihat kondisi di bawah.
"Cah, kalian khawatir ndak sama Deni? Kalo terjadi apa-apa, pasti kita juga yang kena. Lagian anak itu mau-maunya disuruh turun sendiri. Yaudah ayo kita susul dia."
Baru aja mereka hendak turun, tiba-tiba kang Ucun merasa ada yang menjitak kepalanya dari belakang.
"Wah, kamu jangan kurang ajar Ad. Mentang-mentang aku gak liat" sergah Ucun
"Lah? Aku gak ngapa-ngapain kamu kok"
"Terus siapa yang menjitak kepalaku?"
"Ya mana ku tau"
Di tengah perdebatan itu, salah satu dari mereka merasa ada yang melempar kerikil dari belakang. Ketika itu mereka tidak bisa menuduh satu sama lain sebab ketiganya tau tangannya masih memegang senter masing-masing.
"Perasaan ku kok gak enak ya"
"Sama, aku juga, sepertinya memang ada yang ngerjain kita"