NovelToon NovelToon
Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Anak Kembar / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Isabella Rosales mencintai Alex Ferguson dan ketiga anak kembar mereka—Adrian, Eren, dan Alden—lebih dari hidupnya sendiri. Namun, kebahagiaan mereka direnggut secara paksa. Berasal dari keluarga Rosales yang merupakan musuh bebuyutan keluarga Ferguson, Isabella diancam oleh keluarganya sendiri: tinggalkan Alex dan anak-anaknya, atau mereka semua akan dihancurkan.

Demi melindungi orang-orang yang dicintainya, Isabella membuat pengorbanan terbesar. Ia berpura-pura meninggalkan mereka atas kemauannya sendiri, membiarkan Alex percaya bahwa ia adalah wanita tak berperasaan yang memilih kebebasan. Selama lima tahun, ia hidup dalam pengasingan yang menyakitkan, memandangi foto anak-anaknya dari jauh, hatinya hancur setiap hari.

Di sisi lain kota, Celine Severe, seorang desainer yatim piatu yang baik hati, menjalani hidupnya yang sederhana. Jiwanya lelah setelah berjuang sendirian begitu lama.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang tragis. Sebuah kecelakaan hebat terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Rabu pagi tiba dengan langit yang cerah dan udara yang sejuk, seolah alam semesta sendiri merestui acara hari itu. Namun, di dalam mobil mewah yang melaju tenang menuju sekolah elit Adrian, suasananya terasa campur aduk. Di kursi belakang, Adrian duduk dengan tegang di antara kedua saudaranya yang ikut untuk memberi semangat. Ia mengenakan seragam olahraganya, tangannya mencengkeram erat sebuah kotak berisi kit model roket. Ini adalah pertama kalinya ayahnya akan datang ke sekolah, dan ia terlihat sama gugupnya seperti seorang prajurit muda yang akan maju ke medan perang pertamanya.

Di kursi depan, Isabella (sebagai Celine) merasakan kegugupan yang sama, meskipun karena alasan yang berbeda. Ia telah memilih pakaian yang paling netral, berharap bisa menyatu dengan latar belakang. Namun, saat ia melirik ke kaca spion, ia melihat pantulan dirinya duduk di mobil yang sama dengan Alex Ferguson dan ketiga anaknya. Pemandangan itu begitu normal, begitu benar, hingga terasa sangat berbahaya. Setiap momen kebahagiaan semu ini adalah sebuah langkah lebih dekat menuju jurang penyingkapan.

Alex sendiri tampak tenang, tetapi Isabella bisa melihat ketegangan di garis rahangnya. Pria ini juga berada di luar zona nyamannya. Ia adalah seorang kaisar di ruang rapat, tetapi di sini, di dunia kue-kue sekolah dan proyek kerajinan tangan, ia hanyalah seorang ayah yang canggung dan telah lama absen.

Ketika mereka tiba di gimnasium sekolah yang ramai, semua mata tertuju pada mereka. Kehadiran Alex Ferguson di acara sekolah biasa sama mengejutkannya dengan melihat singa berjalan di pasar. Para ayah lainnya, yang sebagian besar adalah eksekutif dan pejabat tinggi, berhenti sejenak dari aktivitas mereka, berbisik-bisik di antara mereka sendiri.

"Itu Tuan Ferguson, kan?"

"Luar biasa dia datang. Kupikir dia tidak pernah punya waktu."

"Siapa wanita yang bersamanya? Pengasuh baru itu? Dia terlihat sangat… terlibat."

Isabella merasakan tatapan-tatapan itu seperti jarum-jarum kecil, dan ia secara naluriah menarik Adrian sedikit lebih dekat padanya. Alex, yang sepertinya merasakan segalanya tanpa perlu melihat, mencondongkan tubuhnya sedikit dan berbisik padanya, suaranya pelan, "Abaikan saja mereka, Nona Severe. Kita di sini untuk Adrian."

Kata-kata "kita" itu terdengar begitu alami, begitu kuat, hingga mengirimkan getaran hangat ke seluruh tubuh Isabella.

Mereka menemukan meja kerja mereka, dan Adrian dengan hati-hati mengeluarkan semua bagian roket dari kotaknya. Ada puluhan potongan plastik kecil, stiker, dan sebuah manual instruksi yang tampak rumit.

Awalnya, suasana terasa canggung. Alex, sebagai seorang CEO yang terbiasa mendelegasikan tugas, mencoba mengambil alih dengan efisiensi yang dingin. "Baik, Adrian. Menurut instruksi, bagian A-1 harus disambungkan ke bagian B-3. Berikan aku lemnya."

Tetapi model roket tidak bekerja seperti merger perusahaan. Lemnya terlalu banyak, siripnya sedikit miring. Adrian, yang menginginkan kesempurnaan, mulai terlihat frustrasi. "Bukan begitu, Ayah. Sudutnya harus tepat sembilan puluh derajat," keluhnya, bibirnya mengerut.

Ketegangan mulai meningkat. Alex tampak sedikit kesal karena instruksinya dikoreksi oleh seorang anak berusia enam tahun.

Di sinilah Isabella melangkah masuk, bukan sebagai pemimpin, tetapi sebagai jembatan. "Tunggu sebentar, para insinyur roket," katanya dengan suara ceria, memecah ketegangan. "Aku pikir kita melewatkan langkah paling penting dalam setiap proyek besar."

Alex dan Adrian menatapnya.

"Camilan," kata Isabella sambil tersenyum, mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi biskuit cokelat dari tasnya. "Tidak ada insinyur yang bisa bekerja dengan perut kosong."

Ide sederhana itu berhasil. Mereka berhenti sejenak, mengunyah biskuit dalam diam. Suasana menjadi rileks.

"Masalahnya bukan di lemnya, Tuan," kata Isabella pelan pada Alex, seolah berbagi rahasia. "Tapi di cara Anda memegangnya. Coba topang badannya dari bawah, biarkan Adrian yang memasang siripnya. Tangannya lebih kecil dan lebih presisi untuk bagian-bagian detail." Ia lalu menoleh pada Adrian. "Dan kau, jagoan, ayahmu punya tangan yang paling kuat untuk memastikan roketnya tidak akan goyah. Kalian adalah tim yang hebat."

Ia tidak mengambil alih. Ia hanya mendefinisikan ulang peran mereka, memberdayakan keduanya di bidang keahlian mereka masing-masing. Sejak saat itu, semuanya berubah. Mereka menjadi sebuah unit yang bekerja dengan mulus. Alex menjadi fondasi yang kokoh, memegang badan roket dengan mantap. Adrian menjadi sang ahli detail, memasang setiap bagian kecil dengan konsentrasi penuh. Dan Isabella menjadi sang fasilitator, membaca instruksi, memberikan semangat, dan memastikan aliran kerja mereka tetap lancar dan menyenangkan.

Mereka bahkan tertawa bersama saat Alex tanpa sengaja menempelkan stiker bendera terbalik, dan Adrian dengan serius memperbaikinya. Itu adalah tawa yang tulus, sebuah momen singkat dari kebahagiaan keluarga yang normal, dan bagi Isabella, suara itu lebih berharga dari semua kekayaan di dunia.

Akhirnya, waktunya tiba. Semua tim berkumpul di lapangan sekolah yang luas untuk sesi peluncuran. Setiap anak memegang roketnya dengan bangga. Adrian berdiri di samping ayahnya, matanya berbinar-binar penuh antisipasi dan kegugupan.

Saat giliran mereka tiba, Alex berjongkok di samping Adrian di depan landasan peluncuran. "Kau yang tekan tombolnya, jagoan," kata Alex, suaranya penuh kebanggaan. "Ini roketmu."

Adrian menarik napas dalam-dalam, lalu menekan tombol merah itu.

SUARA MENDESING!

Dengan semburan air dan tekanan udara, roket mereka melesat ke angkasa. Lurus, stabil, dan tinggi. Roket itu terbang lebih tinggi dari kebanyakan roket lainnya, mencapai puncaknya sebelum parasut kecilnya terbuka dengan sempurna dan membawanya turun dengan anggun.

Sebuah peluncuran yang sempurna.

Adrian menatap roketnya yang turun dengan mulut ternganga, matanya memancarkan kebanggaan murni. Kemudian, ia melakukan sesuatu yang tidak terduga. Ia berbalik dan tanpa sepatah kata pun, melompat untuk memeluk leher ayahnya dengan erat.

Alex tertegun sesaat oleh pelukan spontan itu, lalu ia balas memeluk putranya dengan erat, matanya terpejam saat ia menyerap momen yang telah lama hilang itu. Semua rapat dewan, semua kesepakatan bisnis, semua kekayaan di dunia terasa tidak ada artinya dibandingkan dengan pelukan erat dari putranya ini.

Isabella menyaksikan pemandangan itu dari beberapa langkah jauhnya, hatinya terasa seperti akan meledak oleh campuran emosi yang paling ekstrem. Kebahagiaan yang luar biasa melihat kedua orang yang paling ia cintai di dunia berbagi momen seperti itu, dan pada saat yang sama, rasa sakit yang menusuk karena ia harus menjadi penonton. Ia adalah arsitek dari momen sempurna ini, tetapi ia tidak bisa menjadi bagian di dalamnya.

"Anda sangat hebat dengan mereka," sebuah suara ramah berkata di sampingnya. Itu adalah salah satu guru Adrian. "Anak itu tampak sangat mengagumi Anda. Ia sangat beruntung."

"Terima kasih," jawab Isabella, senyumnya terasa pahit. "Saya yang beruntung."

Saat mereka berjalan kembali ke mobil, Adrian yang sangat gembira mengoceh tanpa henti tentang lintasan roketnya. Ia berjalan di tengah, satu tangannya digenggam erat oleh ayahnya. Kemudian, dalam sebuah gerakan yang paling alami dan polos di dunia, ia mengulurkan tangannya yang lain ke belakang dan menggenggam tangan Isabella.

Waktu seolah melambat. Tangan kecil Adrian yang hangat menjadi jembatan yang menghubungkan tangan besar Alex dan tangan lembut Isabella. Untuk beberapa langkah yang magis itu, mereka berjalan bertiga, bergandengan tangan. Sebuah keluarga.

Alex melihat ke bawah pada tangan mereka yang bertaut, lalu ia mengangkat kepalanya dan menatap "Celine". Mata mereka bertemu di atas kepala putra mereka. Tidak ada kata yang terucap, tetapi di dalam tatapan itu ada segalanya. Ada pengakuan, ada rasa terima kasih, ada kebingungan, dan ada pertanyaan yang menakutkan tentang betapa benarnya semua ini terasa.

Di momen itu, di tengah keramaian lapangan sekolah, Isabella merasa bahwa semua risiko yang ia ambil sepadan. Karena untuk sesaat, ia tidak lagi menjadi pengasuh atau orang asing. Ia telah pulang.

1
Indah Ratna
bagus thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!