Yura yang terjerat masalah terpaksa meninggalkan Hanan suaminya dan putri yang baru dilahirkannya, agar mereka tetap hidup karena kritis dirumah sakit akibat kecelakaan. Hanya keluarga suaminya yang memiliki uang yang bisa membantunya dengan satu syarat menyakitkan!
Lima tahun kemudian, Yura dipertemukan dengan anak yang dilahirkan, dibawa sebagai pengasuh oleh istri baru Hanan. Dengan kebencian dari keluarga Maheswari serta pria yang di cintai, mampukan Yura bertahan demi anaknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Melawan Hanan.
Yura hanya diam mendengarkan ucapan Gendhis, setelah dirasa pembicaraan cukup, Gendhis pergi kedalam kamar. Namun sebelum pergi, Gendhis melihat pipi kiri Yura yang memerah bekas tamparan ibu mertuanya. "Jangan lupa pipinya diobati mbak!" Setelah itu Gendhis pergi.
.....
Tengah malam jam setengah dua belas, Yura terbangun karena ingin buang air kecil. Setelah kembali, Yura merasa haus, namun sayangnya ternyata stok air putih diteko habis.
"Aku harus kedapur!" Wanita itu melangkah keluar dari kamar. Setiap malam dirumah Hanan beberapa lampu memang dimatikan, terutama jalan menuju dapur. Yura merasa begitu sepi dan sunyi.
Setelah mengisi air, dia kembali mematikan lampu dapur dan berjalan menuju kamar. Namun Yura merasa ada yang aneh, ia seperti mendengar suara langkah kaki yang begitu hati-hati, dibelakangnya. Yura berhenti, perasaannya seperti tidak enak, ia menoleh kebelakang namun tidak ada siapapun.
"Apa hanya perasaanku? Tidak mungkin ada maling kan?" Gumam Yura didalam hatinya. Yura menarik nafasnya lalu melanjutkan langkah dengan cepat.
Setelah sampai didepan pintu kamar, ia bergegas masuk, tapi begitu pintu hendak ditutup, tiba-tiba ada yang mendorongnya dari luar, tenaganya yang kuat membuat Yura kalah. Sosok itu masuk kedalam kamar dan menutupnya.
Pyarrrrr!!!
Teko kaca berisi air yang dipegang Yura sampai jatuh dan pecah karena terkejut melihat siapa yang mengikutinya. Rupanya benar firasat Yura, dia sedang diintai oleh Hanan.
"Pak Hanan... Pak Hanan untuk apa kesini?" Tanya Yura dengan panik.
Hanan mengunci pintu kamar, Yura membelalakkan matanya melihat yang Hanan lakukan. Pria itu membalikkan badannya lalu menatap Yura dengan kebencian dan marah.
"Kenapa pintunya dikunci pak? Cepat buka, pak!" Titah Yura, ia sungguh takut bukan hanya pada Hanan sekarang, tapi juga takut kalau ada yang melihat Hanan masuk kedalam kamarnya dan memergoki mereka berada dalam satu kamar.
"Kenapa memangnya? Kamu takut?" Hanan melangkah maju mendekati Yura. Sementara wanita itu berjalan mundur.
"Anda jangan macam-macam pak, atau saya akan teriak!" Ancam Yura. Dia terus melangkah mundur sampai kakinya menendang ranjang, Yura hampir jatuh, tapi Hanan sigap menarik tangannya dan mendekapnya.
Yura hampir tidak bisa bernafas karena pria itu mendekapnya sangat erat, entah ingin membunuh Yura atau menikmati aroma parfum Yura yang aromanya masih sama seperti dulu. "Kenapa kamu melakukan ini padaku, Yura?" Gumam Hanan dengan gigi menggertak.
Beberapa saat Yura merasakan tenang, namun begitu mendengar suara Hanan, Yura tersadar. Ia memberontak, "Lepaskan saya pak Hanan!"
Yura memberontak sampai Hanan melonggarkan pelukannya, dengan cepat Yura menepis kedua tangan yang memegang tangannya lalu mundur, namun sialnya dibelakangnya ranjang. Ia terduduk dihadapan Hanan. Pria yang statusnya masih menjadi suaminya.
"Kenapa kamu takut? Saat kamu meninggalkan saya yang sekarat bersama pria bejat itu, kamu tidak takut sama sekali! Apa keberanianmu hanya saat ada pria itu, Yura?" Hanan menyentuh dagu Yura untuk menatapnya.
Yura berusaha menepis tangan Hanan, namun Hanan tidak membiarkan lepas begitu saja. "Lepaskan saya pak! Keluar dari kamar saya!" Bentak Yura.
Tangan Hanan justru beralih membelai wajah cantik itu, kalau dibandingkan, wajah polos Yura sejujurnya lebih cantik dari pada Gendhis. Wajah Yura lebih alami bersih dan tidak pernah perawatan, putihnya pun natural tidak seperti mayat hidup.
Sementara Gendhis memang cantik, tapi dia juga didukung dengan perawatan dan treatment rutin, karena dana yang dimiliki juga mendukung, tidak seperti Yura yang menghabiskan uangnya untuk menabung dan menanggung keluarganya.
Yura memalingkan wajahnya ketika Hanan membelai wajahnya, dulu Yura mungkin suka dan semakin jatuh cinta. Tapi sekarang entah kenapa hatinya justru pias dan tidak merasakan apapun, justru sikap Hanan membuatnya takut.
"Jangan menyentuh saya! Pak Hanan sudah memiliki istri! Sebaiknya pak Hanan keluar, saya tidak mau membuat masalah lagi!" Yura menepis tangan pria itu.
Tapi Hanan justru mencengkram rahangnya membawa wajah itu menatapnya. Yura memegang tangan Hanan supaya melepaskannya, tapi tidak bisa. Meskipun tidak kuat cengkraman Hanan, bagi Yura ia tidak ingin di sentuh Hanan.
"Apa kamu lupa? Saat kamu pergi dengan pria lain, kamu masih menjadi istriku! Dan sampai detik ini, aku tidak pernah menceraikanmu, Yura Anastasya!" Hanan menekankan setiap kata yang ia ucapkan, supaya Yura paham bahwa dia masih memiliki hak atas Yura.
"Saya tidak pernah selingkuh! Justru anda yang menikah lagi!" Balas Yura.
Hanan menatapnya dengan tajam, "Memangnya kenapa? Aku punya segalanya untuk bisa menikah lagi, seharusnya ku lakukan dari dulu Yura!"
Mendengar ucapan Hanan, hati Yura terasa tercubit. "Lepaskan saya pak!" Yura menepis tangan Hanan dengan kuat sampai benar-benar bisa lepas, Yura lalu berdiri. "Anda memang memiliki segalanya, tapi tidak bisa berfikir dengan logika dan mengandalkan semuanya dengan kuasa, hanya melihat yang ada dihadapan mata tanpa menerawang jauh. Meskipun saya menjelaskan pun, rasanya percuma!"
Itu yang Yura sayangkan, selama ini ia menunggu Hanan sadar dan mencari tau apa yang terjadi kenapa dia bisa pergi. Tapi ternyata, Hanan hanya melihat apa yang dikatakan Eva. Percaya kalau ia pergi dengan suka rela bersama pria lain. Cinta yang dimiliki Hanan ternyata tidak pernah utuh untuknya.
"Apa maksud kamu, hah? Berani kamu membentak ku?" Hanan marah.
Saat Hanan mendekat, Yura meraih gelas diatas nakas dan membenturkannya ke dinding lalu mengarahkan ke lehernya. Hanan terkejut dengan tindakan Yura yang mau mengancamnya. "Pak Hanan sekarang buka pintunya dan keluar dari sini, atau saya tidak segan-segan untuk menancapkan beling ini keleher saya!" Yura sudah muak dengan tuduhan pria itu.
"Kamu mengancamku Yura? Hanya karena pria bejat itu? Apa yang bisa dia berikan padamu, dia hanya akan membuat hidupmu susah seperti sekarang!"
"Keluarrr!!" Bentak Yura. Yura sungguh-sungguh akan mengakhiri hidupnya dihadapan Hanan.
Pria itu membuang nafasnya, semakin membenci Yura karena memilih jalan seperti itu. Dengan sangat kesal dan marah, Hanan meraih anak kunci di sakunya lalu membuka pintu dan keluar dari kamar.
Yura mengikuti lalu menutup pintu dan menguncinya, membuang beling itu dan perlahan luruh kebawah. Kamarnya kacau banyak pecahan kaca dari teko dan gelas, namun hati Yura juga kacau. Apa dia bisa bertahan lama berada dirumah itu? Hanya demi Aura, tapi baru beberapa hari mental Yura telah dihajar oleh Hanan dan Eva.
.....
Setelah membersihkan kamarnya dipagi-pagi sekali, Yura membuang serpihan kaca nya ketempat sampah diluar.
"Bibi Yura!" Aura tiba-tiba sudah muncul saja dengan wajah khas bangun tidur.
Yura menoleh, tiba-tiba bibirnya tersenyum lebar melihat wajah bantal Aura yang cantik dan menggemaskan. "Cantikku, kemari lah..." Yura memanggil. Aura berlari kecil menghampiri, Yura duduk dibangku dibawah pohon lalu Aura duduk dipangkuannya.
"Bibi, maafin Aura. Kemarin, bibi dan paman tampan, dimarahin Papa dan Oma! Kenapa Oma membenci bibi? Padahal, bibi Yura kan baik!"
Yura terdiam mendengar pertanyaan Aura. Bagaimana dia bisa menjelaskannya, kalau Oma nya membencinya karena dia orang miskin!
wah untung ajaa ada paman tampan 😌
kasihan tauuu 😥😥😥
buat yura sama nicko ajaaa lebih baik dari hanan yg oon 🙄