Cerita ini untuk pembaca dewasa. Baca dengan bijak❗
Cherry Gabriella mengambil satu keputusan nekat yang mengubah seluruh hidupnya, menjadi ibu pengganti bagi pewaris berhati dingin, Trevor Spencer.
Namun, ketika bayi mungilnya lahir, Cherry tak sanggup menyerahkan darah dagingnya, meski harus diburu oleh pria yang bisa membeli segalanya… bahkan nyawanya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
"Ngaku deh, kamu udah cinta kan?" tanya Edwin pada Trevor.
"Diam kamu!" balas Trevor kesal.
"Hah, ngaku dulu sebelum aku berubah pikiran dan enggak mau bantu kamu," ancam Edwin.
Trevor menghela napas panjang, menatap sahabatnya dengan serius.
"Aku belum bisa memastikan," ujarnya singkat.
"Karena masih bingung? Emang gitu kalau pertama kali jatuh cinta beneran. Jadi kapan mulainya?" tanya Edwin penasaran.
"Aku enggak tahu," jawab Trevor. Edwin mengusap wajahnya frustrasi.
"Anjir, susah banget ngobrol sama kamu. Coba pikir, Trevor, kapan kamu ngerasa udah cinta sama dia? Maksudku, kapan pertama kali ngerasain perasaan aneh yang belum pernah kamu rasain seumur hidup?" jelas Edwin.
"Aku enggak tahu. Yang aku tahu, aku pengen dia ada di samping aku sejak pertama kali lihat dia. Waktu aku lihat dia tergeletak di lantai penuh darah, rasa takut dan marah langsung menguasai aku. Aku nyalahin diri sendiri karena enggak bisa lindungin dia, karena enggak ada di sana waktu dia butuh aku. Aku takut dia hilang selamanya. Bayangannya ngobrol sama cowok lain bikin aku pengen nyakitin mereka. Aku enggak ngerti apa yang terjadi sama aku, aku bingung. Tiba-tiba aku pengen cium dia, dan kehadirannya bikin aku... terangsang," jelas Trevor panjang lebar.
"Bro, kamu lagi jatuh cinta. Hahaha. Kamu jadi bujangan lagi, Trevor," komentar Edwin senang.
"Apa aku beneran cinta sama dia?" tanya Trevor, masih ragu.
"Iya, enggak usah diraguin lagi. Cinta emang bikin bingung dan gila," jawab Edwin mantap.
"Kalau begitu, aku cinta dia," ucap Trevor akhirnya, mantap.
"Terus sekarang mau ngapain?" tanya Edwin.
"Kamu bilang ini cinta, jadi aku bakal ngaku ke dia," jawab Trevor.
"Gitu aja? Langsung? Kamu enggak takut ditolak?" Edwin terkejut.
"Dia enggak bakal nolak aku," balas Trevor yakin.
"Wow, PD banget. Kamu yakin?" Edwin menegaskan lagi.
"Dia selalu peluk aku tiap malam. Bukankah itu bukti jelas kalau dia juga punya perasaan sama aku?" ujar Trevor.
"Woah, tebal banget mukamu, bro. Boleh aku tampar sekali?" tanya Edwin nggak percaya.
"Enggak," tolak Trevor.
"Anjir, kamu beneran nyalahin Cherry atas kebiasaan tidur kamu yang gerak-gerak terus. FYI, yang meluk Cherry tiap malam itu kamu, bukan dia," jelas Edwin.
"Darimana kamu yakin bisa bilang gitu?" tanya Trevor.
"Kita udah lama berteman, jadi aku kenal banget sama kamu, Trevor. Kamu yang tidurnya gerak-gerak mulu, cek aja CCTV kalau enggak percaya. Tebal banget mukamu nyalahin Cherry atas kebiasaan tidur kamu," ujar Edwin.
"Terus aku harus ngapain?" tanya Trevor.
"Bikin dia jatuh cinta juga, itu yang harus kamu lakuin," jawab Edwin.
"Caranya gimana?" tanya Trevor lagi.
"Terserah kamu, kamu pasti bisa," Edwin menyemangati.
"Enggak guna," gerutu Trevor kesal.
"Hehe, aku cuma mau bikin kamu ngaku aja. Oh iya, sebelum jalanin rencana apapun, baikan dulu sama Cherry. Kamu masih ngacuhin dia gara-gara cemburu," ingat Edwin.
"Apa aku harus minta maaf?" tanya Trevor.
"Terserah kamu," jawab Edwin cuek.
"Kami udah di sini!" teriak Arnold dari jauh.
**
"Pas banget, satenya udah mateng," ujar Edwin.
"Kayaknya kalian lagi ngomongin hal serius banget deh," komentar Cherry.
Cherry dan Arnold duduk, lalu Cherry mengambil tusuk sate dan memberikannya pada Arnold.
"Makan juga," ujar Trevor sambil meletakkan tiga tusuk sate di piring Cherry.
Cherry menatapnya dan tersenyum. "Makasih."
Selesai makan, mereka masuk ke dalam untuk beristirahat.
"Anak pintar, yuk tidur bareng Om," ajak Edwin.
"Enggak mau, Om. Nanti Om gerak-gerak terus," tolak Arnold.
"Ah, mungkin kalian berdua malah sama-sama gerak-gerak waktu tidur," goda Edwin.
"Tidur di kamar tamu, Edwin," perintah Trevor.
"Iya deh," pasrah Edwin.
Mereka naik ke atas dan menidurkan Arnold. Setelah itu, Cherry dan Trevor masuk ke kamar mereka.
"Oh iya, Trevor, maaf soal tadi pagi ya. Aku enggak sengaja," ujar Cherry.
"Itu bukan salah siapa-siapa. Itu kecelakaan. Seharusnya aku yang minta maaf karena aku pura-pura enggak perhatiin kamu padahal sebenernya aku perhatiin. Maaf aku ngacuhin kamu," jawab Trevor.
Cherry terkejut. Ini pertama kalinya Trevor minta maaf padanya. Dan dia terlihat sangat tulus. Cherry sangat senang.
"Enggak apa-apa kok," jawab Cherry sambil tersenyum.
"Aku janji enggak bakal ngulang lagi. Aku enggak bakal ngacuhin kamu lagi," janji Trevor.
Cherry makin senang. Ini juga pertama kalinya Trevor berjanji sesuatu padanya. Kebahagiaannya tak terkira.
"Yuk tidur," ajak Cherry.
"Ayo tidur," setuju Trevor.
Mereka berbaring di tempat tidur. Trevor melingkarkan tangannya di pinggang Cherry dan memeluknya erat. Dia belum tidur.
"Eh, Trevor, kamu enggak mandi dulu?" tanya Cherry.
Biasanya Trevor selalu mandi sebelum tidur, jadi aneh rasanya dia langsung naik ke tempat tidur. Mungkin lupa.
"Enggak, yuk tidur," jawab Trevor.
Cherry membalas pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di dada Trevor. Wanginya enak sekali. Makanya Cherry suka dipeluk Trevor tiap malam, dia suka mencium aromanya.
Oh iya, rencananya. Cherry belum memulai karena enggak tahu harus mulai dari mana. Apa dia harus jadi manja ke Trevor? Tapi rasanya aneh kalau tiba-tiba begitu. Bahkan untuk mendekat saja, Cherry sudah merasa canggung.
Cherry pernah membaca di internet tentang lima love languages, cara mengekspresikan cinta pada seseorang. Ini pertama kalinya baginya, jadi dia enggak tahu apa love language-nya. Mungkin dia harus coba semua untuk tahu mana yang cocok?
1. Words of Affirmation: Mengekspresikan cinta lewat pujian verbal dan apresiasi.
2. Acts of Service: Menunjukkan cinta dengan melakukan tindakan yang membantu atau penuh perhatian.
3. Receiving Gifts: Mengekspresikan cinta lewat memberi dan menerima hadiah yang bermakna.
4. Quality Time: Menghabiskan waktu berkualitas bersama untuk memperkuat ikatan.
5. Physical Touch: Mengomunikasikan cinta lewat sentuhan fisik seperti pelukan, ciuman, atau genggaman tangan.
Cherry teringat kata-kata ayahnya dulu: untuk membuat seseorang jatuh cinta, tunjukkan cintamu padanya, dan dia akan membalasnya.
Artinya, Cherry harus mengekspresikan cintanya pada Trevor agar menerima kasih sayang kembali. Tapi karena takut mengaku langsung, Cherry enggak akan bilang secara verbal. Katanya, tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata.
**
Keesokan harinya, Edwin pamit pulang ke Jakarta. Dia bilang akan berkunjung lagi, jadi mereka enggak boleh merindukannya.
Cherry menyendokkan lauk untuk Trevor dan Arnold, lalu mereka mulai makan.
Tiba-tiba ponsel Trevor berbunyi. Dia langsung mengeceknya.
"Selamat," ujar Trevor pada Cherry.
Cherry mengernyit. "Kenapa?"
"Kamu jadi Valedictorian di kampus kamu," jelas Trevor.
"B-beneran?" Cherry memastikan.
"Iya, dewan direksi baru kasih tahu aku," jawab Trevor sambil menunjukkan ponselnya.
"Oh my God! Sayang, Mama jadi Valedictorian di kampus Mama!" seru Cherry girang pada Arnold.
"Beneran, Ma? Selamat!" Arnold ikut senang. Cherry memeluk dan mencium keningnya.
"Makasih, sayang."
"Yuk makan," ajak Arnold. Cherry mengangguk.
Cherry menatap Trevor dan tersenyum. "Makasih."
Selesai sarapan, mereka memutuskan menonton film untuk merayakan.
"Yey! Avengers!" seru Arnold senang.
"Oh iya, Trevor, aku mau minta tolong," ujar Cherry. Trevor menoleh.
"Apa?" tanya Trevor.
"Boleh enggak aku ikut wisuda? Aku pengen ketemu teman-teman terakhir kali soalnya Erika mau ke Paris, jadi aku enggak bakal ketemu dia lagi," pinta Cherry.
"Kamu beneran mau datang?" tanya Trevor. Cherry mengangguk.
"Iya."
"Kami ikut," ujar Trevor.
Cherry terkejut. "Kamu sama Arnold?"
"Iya," jawab Trevor. Cherry tersenyum lebar.
"Makasih."
"Yey! Aku ikut wisuda Mama!" seru Arnold girang. Cherry mencium pipinya.
"Kamu excited, sayang?" tanya Cherry.
"Iya, Ma."
"Mama juga excited bisa bareng kalian di wisuda Mama," ujar Cherry.
"Beneran? Mama seneng bisa bareng aku sama Papa?" tanya Arnold.
"Iya dong. Dulu waktu Mama lulus SMA, yang nemenin Mama Kakek. Sekarang yang nemenin kalian berdua," jelas Cherry.
"Kakek?" tanya Arnold.
"Iya, Kakek kamu," jawab Cherry.
"Aku punya Kakek? Dia di mana?" tanya Arnold lagi.
"Kakek udah di surga, sayang. Kakek udah enggak ada. Sayang banget, Kakek enggak sempat kenal kamu," ujar Cherry sedih.
"Enggak apa-apa, Ma. Aku yakin kok Kakek pasti bahagia di mana pun dia sekarang," hibur Arnold sambil memeluk ibunya.
"Mama juga yakin, sayang," balas Cherry.
"Yuk fokus nonton. Ini, popcorn-nya," ujar Arnold sambil menyodorkan popcorn pada Cherry.
"Makasih," Cherry menerimanya.
Cherry melirik Trevor yang ternyata juga sedang menatapnya. Cherry menawarkan popcorn, tapi Trevor menggeleng.
"Kenapa?" tanya Cherry.
"Enggak apa-apa," jawab Trevor sambil kembali fokus menonton.