Ratih Tidak Percaya Kalau Pernikahannya Dan Akmal Akan Berakhir Hancur, Lima Tahun Bukanlah Waktu Yang Singkat, Namun Saat Ratih Telah Melahirkan Putri Pertama Mereka Yang Sudah Lama Mereka Dambakan, Namun kenyataan Pahit Menimpa Ratih, Akmal Berselingkuh Dengan Teman Dekat Ratih Seorang Janda Beranak Dua.
"Lihat Saja Mas, Akan Ku Balas Pengkhianatanmu." Ratih Gelapa Mata, Ia Bersekutu Dengan Seorang Dukun, Dan Merencanakan Pembalasan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANTET 17
Ki'Jambu Arsa, Sedang Duduk Bertapa Diatas Batu Besar, Pakainya Yang Serba Hitam Samar Karena Malam yang Pekat.
"Aku Butuh Tubuh Yang Lebih Muda Untuk Melancarkan Niat Ku!" Mata Ki'Jambu Arsa, Terbelalak, Ia Butuh Tubuhnya Yang Muda Untuk Melancarkan Rencana Yang Sudah Disusun Matang. "Dan Ratih... Ia Adalah Wanita Yang Bisa Diandalkan." Wajah Keriput Ki'Jambu Arsa Tersenyum Simpul.
.
.
Sudah Tiga Hari Rena Menghabiskan Malam Panjang, Sejak Tiga Hari yang Lalu Ia Muntah Darah Bercampur Paku, Wajah Rena Semakin Pucat, Ia Tahu Dirinya Mengalami Guna-Guna, Jadi Rena Sendiri Memilih Selalu Berdzikir Dikamar Usai Membereskan Tugas Rumahnya.
"Rena Kamu Gendong Sati Dulu, Ibu Mau Ada Urusan Sama Tetangga." Bu Mirah, Menyerahkan Sati Pada Rena, Padahal Bu Mirah Tahu Rena Sedang Sakit. Tapi Rena Juga Tidak Bercerita Pada Ibunya Soal Kejadian Malam Itu.
"Aku Shalat Dulu Bu," Rena Beranjak Hendak Melaksanakan Shalat Duha Terlebih Dahulu, Namun Bu Mirah Menampik ia Tidak Perduli Dengan apa yang Rena lakukan. "Alah... Cepet Ren, Ibu Ngak Banyak Waktu Nih..." Bu Mirah, Langsung Menaruh Sati Ditangan Rena Dengan Cara Paksa, Dan Ia Langsung Keluar Meningalkan Rena Dan Sati.
"Ya Allah..." Rena Menarik Nafas Dalam, Saat Sati Sudah Dalam Gendongannya. Rena Juga Harus Menidurkan Sati, Agar ia Bisa Khusyu Shalat.
Selesai Shalat Rena Membawa Sati Keluar Rumah Jalan-Jalan, Di Depan Rumahnya, Semakin Hari Tumbuh kembang Sati Sangat Bagus, Meskipun Sejak Bayi Ratih Tidak Memberikan ASI Dan Hanya Diberi Susu Formula Saja. "Tumbuh Jadi Anak Yang Soleha Yah Sayang." Rena Mencium Lembut Kening Sati Yang Kembali Tertidur Digendongannya.
Sebenarnya Sejak Tiga Hari Yang Lalu Tubuh Rena Sudah Semakin Lemas, Tapi ibunya Terus Memasaknya Mengerjakan Pekerjaan Rumah.
"Lilik Sayang Sama Rarasati, Sayang Banget..." Air Mata Rena Jatuh Dipipi Merah Sati. Seketika Rasa Takut Itu Muncul, "Bagimana Aku Bisa Menemukan Cara Agar Aku Bisa Menangkal Guna-Guna Yang Bersarang Di tubuh Ku?" Semakin Hari Tubuh Rena Mulai Lemah, Kulitnya Yang Kuning Langsat Kini Pucat Seperti Orang Kurang Darah.
.
.
Ratih Berjalan Saat Memasuki Waktu Magrib, Namun Saat Itu Juga Ia Berpapasan Dengan Mobil Ambulan Yang Hendak Masuk Ke desa Rawa Asem, Di Belakang Mobil Ambulan Itu Anehnya Ia Melihat Almarhum Akmal Di Belakang Mobil Ambulan, di Iring Beberapa Warga Yang Wajahnya Sangat Pucat.
Ratih Gelagapan, Nafasnya Naik Turun Panik, Ia Merasa Semua Ini Ada Yang Tidak Beres, Karena Ia Tahu Kalau Akmal Sudah Meningal.
Namun Tidak Berselang Lama, Akmal Menoleh Ke Belakang Kearah Ratih. "Jangan Senang Dulu Ratih... Semua Akan Ada Balasanya...Hahaha..." Akmal Tertawa Mulutnya Terbuka Lebar Semua Laki-Laki Berwajah Pucat Menoleh Kearah Ratih.
Badan Ratih Gemetar Ia Langsung Lari Sekuat Tenaga, Namun Tiba-Tiba Mobil Ambulan Terbuka, Jenazah Yang Sudah Dikafani Jatuh Tepat Dihadapan Ratih. Ratih Menjerit Kuat, Suaranya Seolah Tertahan.
Mayat Itu Matanya Terbuka Lebar Wajahnya Gosong Sama Persis Seperti Arimbi. "Ngak!... Ini Ngak Mungkin!" Ratih Bangun Dari Mimpi Buruknya Yang Seolah Sama Persis nyata. "Bagaimana Mungkin Aku Bisa Bermimpi Seseram ini..." Ratih Mengacak Rambutnya Frustasi.
Padahal Sore Tadi Sebelum Pulang Ia Ingat Betul, Sudah Masuk Kedalam Rumah Mantan Suaminya Diam-Diam, Disana Ia sudah Menaruh Beberapa Sesaji, Niatnya Untuk Tahun-Tahun Berikutnya Jika Ritual Memakan Ari-Ari Bayi Tidak Dirumah Pribadinya, Agar Semua Orang Tidak Tahu, Dan curiga.
"Aku Harus Segera Menemui Ki'Jambu Arsa, Aku Takut Mimpiku Ini Adalah Pertanda Buruk." Ratih Menarik Nafas Dalam.
Pukul 21.30 Ratih Keluar Dari Dalam Kamarnya, Situasinya Sudah Sangat Sepi, Saat Melewati Depan Kamar Rena Seperti Biasa Ia Mendengar Suara Rena Mengaji Namun Nampaknya Ratih Acuh, Ia Langsung Pergi Menemui Ki'Jambu Arsa, Sesuai Niatnya.
Ia Memakai Penutup Kepala, Berpakaian Serba Hitam, Beruntung Desa Rawa Asem Jika Malam Hari Selalu Sepi, Tidak Ada Yang Berani Keluar, Bahkan Warung Kopi Yang Biasanya Ramai Oleh Pemuda Desa, Juga Sepi Dan Sudah Tutup, Batas Mereka Buka Hanya Sampai isya, Jika Orang-Orang Shalat Isya Di Mushola Pulangnya Langsung Pintu Ditutup Rapat-Rapat.
"Syukurlah Aku Ngak Perlu Repot-repot Kalau Kaya Gini." Ratih Menarik Nafas Lega, Ia Kembali Masuk Kedalam Hutan Larangan.
Hutan Misteri Tempat Perjanjian Gaib Dirinya Dan Ki'Jambu Arsa.
Kaki Ratih Menginjak Tanah Basah, Dan Sedikit Berbatu, Baru Saja Beberapa Hari Ia Tidak Memasuki Hutan Larangan, Rumput Liar Dan Alang Alang, Sudah Tumbuh Besar
Suara Burung Gagak Berterbangan Di Atas Pohon Pinus Besar, Naungan Bunyi Kedasi Juga Turut Mengema, Sangat Mencekam. Namun Seperti Biasa Sama Sekali Ratih Tidak Takut Dengan Hal Itu.
kali ini, Ia Sudah Menyiapkan Sebuah Belati Tajam, Untuk Jaga-Jaga. Jika Suatu Waktu Ada Hewan Yang Berjalan Dibawah Kakinya, Bahakan Hewan Buas Sekali pun.
Perjalanan Malam Menuju Gubuk Ki'Jambu Arsa Memang Sangat Jauh, Namun Ratih Tidak Menyerah Tekadnya Seolah Bulat, Seperti Jiwanya Telah Terpangil.
"Sampai Juga..." Ratih Mendongak, Berhenti Tepat Dibawah Pohon Palam Besar Dan Juga Pakis Pedang, Mungkin Jika Siang Hari Kediaman Ki'Jambu Arsa Tidak Akan Mencekam. Tapi Jika Malah Hari Sangat Mencekam.
Hiasan Malam Suara Jangkrik dan Juga Tokek Hutan Seolah Menjadi Teman Setia Ki'Jambu Arsa.
"Ki... Ki'Jambu Arsa, Saya Datang Ki." Ratih Membuka Pintu Bilik Tua Ki'Jambu Arsa, Kali Ini Obor Ditangannya Sengaja Tidak Ia Matikan. Tentu Saja Ia Masih Ingat Saat Setengah Sadar Waktu Itu Berhubungan Badan Dengan Ki'Jambu Arsa Muda.
"Ternyata Kau Wanita Yang Sangat Peka Ratih...." Gumam Ki Jambu Arsa, Saat Mendengar Jejak Kaki Ratih Masuk Kedalam Kediamannya.
Ratih Masih Diam Mematung Ditempat, Melihat Ki Jambu Arsa, Membuka Matanya Sedang Bersila Di Dekat Sesajinya.
"Maaf Ki'Jika Saya Menggangu Ritual Mu." Ratih Mematikan Obor, Saat Mulai Duduk Dihadapan Ki'Jambu Arsa. Tentu Saja Sejujurnya Jika Wajah Ki'Jambu Arsa Terkena Cahaya Akan Sangat seram, Alisnya Menyatu, Hidungnya Mancung. Namun Seluruh Kulit Wajah Ki'Jambu Arsa, Benar-Benar Dipenuhi Keriput.
"Duduklah, Aku Bersemedi Karena Aku Sengaja Memanggilmu Datang Kemari." Senyuman Ki Jambu Arsa, Nyaris tak terlihat.
Ratih Mengerutkan Kening, Padahal Niatnya Datang Kemari Juga Ia Merasa Ada yang Tidak Beres Dengan Mimpinya. Ia Takut Jika Arwah Akmal Dan Arimbi Benar-Benar Gentayangan Dan Menuntut Balas.
"Ki' Sore Tadi Saya Bermimpi Aneh." Ratih Mulai Membuka Cerita.
"Mimpi Bertemu Dengan Mantan Suami Mu?" Ucap Ki Jambu Arsa, Seolah Tahu Apa Yang Akan Ratih Sampaikan.
"Bagaiman Aki Bisa Tahu?"
Ki'Jambu Arsa Tersenyum Simpul, Karena Tampa Sepengetahuan Ratih, Sebenarnya Ki'Jambu Arsa Lah, Yang Sebenarnya Mengirimkan Mimpi Itu Pada Ratih, Agar Ratih was-was Dan Mendatangi Nya.