NovelToon NovelToon
Heera. Siapakah Aku?

Heera. Siapakah Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Berbaikan / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Putri asli/palsu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Fauziah

Heera Zanita. Besar disebuah panti asuhan di mana dia tidak tahu siapa orang tuanya. Nama hanya satu-satunya identitas yang dia miliki saat ini. Dengan riwayat sekolah sekedarnya, Heera bekerja disebuah perusahaan jasa bersih-bersih rumah.
Disaat teman-teman senasibnya bahagia karena di adopsi oleh keluarga. Heera sama sekali tidak menginginkannya, dia hanya ingin fokus pada hidupnya.
Mencari orang tua kandungnya. Heera tidak meminta keluarga yang utuh. Dia hanya ingin tahu alasannya dibuang dan tidak diinginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Fauziah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17

Suasana sepi begitu terasa. Biasanya setiap pagi aku disibukkan oleh Mada. Pria itu sedang tidak berada di rumah. Entah pekerjaan apa yang dia lakukan. Aku hanya berdoa dia baik-baik saja dan cepat kembali.

Tentang rumor dia adalah bos mafia. Aku sudah tidak mempedulikannya. Aku bahkan bersyukur sudah memiliki pria semacam Mada. Tanpa perlu perkenalan yang lebih tapi dia menerimaku apa adanya. Bahkan dia juga membantuku untuk mendapatkan keadilan bagi Ibu kandungku.

Pagi ini aku memilih duduk di balkon kamar. Menikmati pemandangan kota yang terlihat jelas dari atas sini. Tanpa sadar aku memikirkan Mada, sedang apa dia dan sudah makan belum di jam ini.

Apa pernikahanku normal? Bagiku normal tapi mungkin bagi pasangan lain jelas tidak normal. Di mana pasangan lain menikmati waktu pengantin baru dengan liburan. Aku dan Mada menyusun rencana agar mendapatkan keluarga Hilmar.

Ponselku berdering nyaring. Sebuah nama yang tidak ada di pikiranku saat ini. Oma Melati, sepagi ini kenapa dia menelfonku?

"Halo Oma."

"Heera. Datang ke rumah sakit. Kondisi Arga menurun, dia mencarimu."

Suara Oma Melati terdengar begitu panik. Aku diam sesaat, memikirkan apa harus datang atau tidak. Namun, aku juga merasa kasihan pada Pak Arga. Walau dia tidak mengenalku, tapi dia ayah kandungku.

"Aku akan segera datang Oma."

Telfon itu langsung aku tutup. Aku mencari baju untuk aku kenakan ke sana. Tidak mungkin aku datang dengan piyama tidur yang masih aku pakai saat ini.

Setelah merasa cukup. Aku keluar untuk pergi ke rumah sakit dengan taksi. Sebelum itu, aku memilih mengirim pesan pada Mada.

[ Aku pergi ke rumah sakit. Pak Arga kondisinya menurun. ]

Aku tidak mengharapkan sebuah balasan. Aku hanya mengabari Mada karena tidak mau suamiku itu kecewa saat dia kembali aku tidak di rumah.

[ Nanti aku akan menjemputmu. ]

Balasan itu membuat aku tersenyum lebar. Aku tidak menyangka Mada akan membalas secepat ini. Padahal aku mengira dia tengah sibuk dengan pekerjaannya kali ini.

[ Aku akan menunggu. ]

Rumah sakit Pak Arga sama dengan rumah sakit di mana Bu Lia di rawat. Bedanya, Pak Arga menggunakan ruang VIP sementara Bu Lia menggunakan ruang rawat biasa. Sebetulnya aku sudah meminta Santi memindahkan Bu Lia ke ruang rawat VIP tapi Santi menolak.

Santi bilang, di rawat di ruang manapun sama saja. Jika ada uang lebih, lebih baik digunakan untuk anak-anak panti yang lebih membutuhkan. Saat itu aku merasa tercubit, kalimat sederhana namun menyadarkan aku jika tidak semua orang bisa mendapatkan uang dengan mudah.

Oma Melati tengah duduk di sisi tempat tidur Pak Arga. Wanita itu terlihat begitu kacau tidak seperti biasanya. Mungkin, Pak Arga adalah harta terbesar dalam hidupnya. Harta yang tidak bisa Oma Melati bandingkan dengan apapun.

"Heera. Akhirnya kamu datang."

"Iya, Oma. Bagaimana kabar Papa?"

"Semalam dia masih biasa. Pagi tadi, entah siapa yang sengaja berbuat ini. Baju dari Heni diletakkan di ruang tamu. Membuatnya teringat dan emosinya meluap. Tidak aku sangka dia mengambil pisau dan menusukkannya ke perut."

"Apa?" tentu saja aku kaget mendengarnya.

Aku mengira emosi Pak Arga hanya sebatas marah tanpa alasan. Ternyata dia bisa melakukan hal di luar kehendaknya.

"Lalu bagaimana kata Dokter?"

"Seperti biasa. Dia memintaku menyembunyikan semua tentang Heni."

"Begitu ya."

"Oma hanya bingung. Kenapa saat ada kamu dia merasa tenang," kata Oma Melati lirih.

"Mungkin karena aku mengatakan aku adalah anaknya. Dia bisa marah pada semua hal, tapi dia tidak akan marah pada anaknya sendiri. Apa Oma pernah melihat macan memakan anaknya sendiri? Tidak ada bukan. Mungkin itu yang dirasakan oleh Pak Arga padaku."

"Semoga yang kau katakan benar."

Pintu ruang rawat terbuka. Elvi datang dengan senyum lebar di wajahnya. Sampai dia melihat diriku di sana, wajah Elvi langsung berubah.

"Kenapa kamu di sini? Ayo keluar."

Elvi hendak menarikku tapi Oma Melati mencegahnya.

"Mama. Kenapa Mama membela wanita ini. Dia itu perusak hidupku Ma."

Plak!

Tidak aku sangka Oma Melati akan menampar wajah Elvi tepat di depanku saat ini. Bagaimana jika nanti Oma Melati tahu jika aku yang sudah menikah dengan Mada. Apa Oma Melati akan tetap mendukungku?

"Ma, dia sudah menikah dengan Mada. Dia yang membuat Mada membatalkan pertunangan dengan aku." dengan penuh emosi Elvi mengatakan semuanya.

Sayangnya, Oma Melati tidak peduli. Dia bahkan memegang tanganku saat itu, "Elvi, dia adalah anak Arga. Kamu harus menerimanya."

"Apa?! Tidak mungkin. Anak Kak Arga sudah mati bersama ibunya yang lemah itu."

Plak!

Kembali tamparan mendarat di wajah Elvi.

"Sebaiknya kamu pergi dan renungi kesalahanmu Elvi."

"Ma, aku ..."

"Pergi!"

Dengan rasa kecewa akhirnya Elvi pergi dari ruang rawat Pak Arga. Untung saja Pak Arga terpengaruh dengan obat saat tidur. Jika tidak mungkin kekacauan akan bertambah.

"Maafkan anak angkatku itu," kata Oma Melati.

"Tidak apa Oma. Aku berterima kasih karena Oma membelaku dan menganggap aku anak Papa Arga."

"Sudah seharusnya. Yang perlu tahu akan kebenaran hanya aku dan kamu. Paham!"

"Aku paham Oma."

*.*.*.*

"Kamu benar menjemputku?"

Mada mengangguk. Dia menarik tanganku dan memeluk diriku. Tenang, nyaman, itu yang aku rasakan saat dalam dekapan Mada. Pria itu melepaskan pelukannya saat sudah merasa puas.

"Bagaimana keadaan Pak Arga?"

"Sudah lebih baik. Aku hanya tidak menyangka dia akan melukai dirinya sendiri jika mengingat Ibu Heni."

"Tidak apa. Jika kamu terus di sampingnya. Dia akan segera pulih."

"Semoga saja."

Aku masuk ke dalam mobil. Kali ini bukan Mada yang membawa mobil itu sendiri. Melainkan asistennya. Aron.

"Mada."

"Ya?"

"Kemarin aku menggunakan kartu yang diberikan olehmu. Aku menggunakannya cukup banyak."

"Untuk apa?"

"Membayar pengobatan ibu panti. Ibu Lia."

Mada tersenyum dan menggenggam tanganku. Bahkan menciumnya dengan lembut.

"Kamu memang berhati lembut. Kartu itu bisa kamu gunakan sepuasmu. Kamu tidak perlu takut saat menggunakannya."

"Terima kasih."

Hari ini aku merasa Mada begitu berbeda. Pria itu benar-benar meratukan diriku. Dia membawaku ke tempat makan yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Bahkan dia juga membawaku membeli beberapa baju baru tanpa aku memintanya.

Sampai di rumah. Aku juga dibuat terkejut karena pria itu memberikan dua tiket liburan. Mada mengatakan jika dia akan membawaku liburan satu minggu. Mengganti bulan madu yang tertunda.

Di saat ini, aku tidak tahu ini nyata atau tidak. Aku semakin jatuh hati pada pria di depanku ini. Namun, aku tetap tidak tahu apa dia mencintaiku atau hanya karena aku ini adalah istrinya.

"I love you."

Aku mengatakan itu dan langsung memeluk Mada. Pelukan yang begitu menggetarkan hatiku. Di mana aku memilih mengungkapkan rasa dalam hatiku pada Mada. Tidak peduli apa pria itu menerimaku atau tidak.

1
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
ehhh blm ada yg ketemu novel ini kah aku izin baca ya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!