Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8.
Setelahnya, suasana di mobil nampak senyap. hingga mereka tiba di rumah baik Kafisha maupun Ardian sama-sama diam, sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Di sebuah club malam.
Suara dentuman musik memenuhi seluruh ruangan, serta kelap-kelip lampu disco melengkapi hingar-bingar kehidupan malam.
"Gue perhatiin akhir-akhir ini Lo lebih sering main ke sini, jangan bilang Lo lagi frustasi karena cewek." tebak salah seorang sahabatnya pada pemuda tampan yang duduk di depan meja bartender dengan gelas berisi wine di dalam genggamannya.
Pemuda bernama Gio tersebut menganggap tebakan tak meleset kala sang sahabat hanya diam saja.
"Ayolah Irhan.... cewek di dunia ini banyak, mati satu tumbuh seribu." Gio menepuk pelan pundak Irhan seraya menarik kursi di sebelah sahabatnya itu dan menempatinya.
"Masalahnya nggak semudah itu, bro."
"Nggak mudah gimana maksud Lo???." Gio sedikit kebingungan.
"Masalahnya, cewek yang gue taksir sejak dulu justru nikah sama orang terdekat gue." ujar Irhan sebelum kembali meneguk minuman dalam gelasnya.
"Orang terdekat Lo??? memangnya siapa pria itu???." sahabat baiknya tersebut semakin penasaran.
"Cewek itu dinikahi sama bokap gue."
"Hahaha....Gue tau Lo lagi Frustasi, tapi jangan ngelantur juga kali' ngomongnya." Gio menganggap pengakuan Irhan sebagai candaan. Pasalnya, selama ini ia mengenal sosok ayah dari sahabatnya itu merupakan sosok laki-laki setia dan juga sayang pada keluarganya, terutama pada sang istri, jadi mana mungkin sampai kepikiran menikah lagi.
"Serius Lo....???." gelak tawa Gio perlahan memudar menyaksikan keseriusan di wajah sahabatnya itu.
"Memangnya kapan gue bercanda di saat-saat seperti ini." balas Irhan.
"Gila sih ini. Sekalipun cewek itu nantinya pisah sama bokap Lo, tetap saja Lo nggak bisa lagi menikahi cewek itu." sekalipun masih suka mabuk-mabukan tapi Gio masih paham dengan aturan agama yang diyakininya, di mana seorang anak tak boleh menikahi janda dari ayahnya sendiri.
"Gue jadi penasaran, gimana ceritanya sih sampai bokap Lo nikah lagi sama cewek itu???." bukannya kepo, tapi Gio benar-benar penasaran dengan jalan ceritanya.
"Entahlah...gue nggak tahu pastinya kayaknya apa, yang jelas nyokap sendiri yang ngelamar gadis itu buat jadi istri keduanya bokap."
"Wah....ini lebih gila lagi, Han...." Gio sampai meletakkan gelasnya dengan sedikit kasar di atas meja saking terkejutnya, hingga tindakan pria itu menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang duduk tak jauh dari mereka.
"Maaf..." Gio tersenyum sungkan, lalu kembali fokus pada sahabatnya, Irhan.
Cukup lama Gio terdiam, seperti sedang berpikir.
"Sepengetahuan gue, tak ada seorangpun istri di dunia ini yang benar-benar rela di madu, kecuali...." Gio sengaja menjedah kalimatnya.
"Kecuali apa???." desak Irhan.
"Kecuali, 1. tak sanggup lagi menunaikan kewajibannya, Lo tahu kan apa maksud gue dan gue rasa itu nggak mungkin karena nyokap Lo masih muda. Dan yang ke 2, Ada alasan yang benar-benar memaksa nyokap Lo sampai rela berbesar hati menerima poligami." lanjut Gio.
Deg
"Alasan apa sebenarnya yang memaksa mama sehingga rela meminta papa menikah lagi???." batin Irhan jadi kepikiran. kini ia menatap Gio, sedangkan yang ditatap hanya nampak mengedikan bahu, pertanda tak dapat menebaknya.
*
"Besok biar papa yang akan menghadiri acara di sekolahan kamu." kata Ardian saat putrinya bersikeras meminta ibunya yang datang.
"Masalahnya acara itu hanya akan dihadiri oleh kaum perempuan pah, kan nggak lucu kalau papa satu-satunya bapak-bapak yang hadir di acara besok." bukannya tidak ingin ayahnya yang hadir, namun ia tak ingin ayahnya menjadi pusat perhatian karena satu-satunya laki-laki yang akan hadir di acara Fashion siswi di sekolah besok.
"Maaf pak...non.... bukannya bibi mau ikut campur, bibi hanya ingin memberi saran. Bagaimana jika Non Fisha saja yang menghadiri acara di sekolahan non Citra besok."
Baik Ardian dan juga Citra sama-sama terdiam.
"Jika bapak dan Non Citra tidak keberatan, biar bibi yang ngomong sama Non Fisha. bibi yakin Non Fisha pasti bersedia." lanjut bibi. Dan diamnya ayah dan anak tersebut dianggap bibi setuju dengan saran darinya.
Keesokan paginya.
Kafisha sudah selesai bersiap berangkat ke sekolahan Citra, sementara gadis itu sendiri telah berangkat satu jam sebelumnya. Ya, semalam Kafisha mengiyakan permintaan bibi untuk menghadiri acara Fashion Show di sekolahnya Citra. Anggaplah apa yang dilakukannya saat ini menggantikan tugas Irin yang seharusnya hadir di sana menyaksikan penampilan putrinya.
Dengan diantarkan oleh sopir pribadi, Kafisha kini telah tiba di sekolahan Citra. Tidak dapat dipungkiri, memiliki paras yang cantik serta usianya yang masih sangat muda membuat Kafisha menjadi pusat perhatian dari beberapa siswa serta guru di sekolahan Citra.
Kafisha menanyakan keberadaan ruang aula tempat diselenggarakannya acara Fashion Show kepada salah seorang siswi dan dengan ramahnya siswi tersebut menunjukkan letak gedung aula kepada Kafisha.
Singkat cerita, Acara fashion show berjalan dengan lancar dan Citra pun dinobatkan sebagai juara pertama dalam ajang bergengsi yang rutin diadakan setiap tahunnya tersebut. Setelah acara selesai semua siswi yang mengikuti perlombaan itu diperbolehkan untuk pulang lebih awal, termasuk Citra tentunya, hingga mau tak mau kini Citra berada dalam satu mobil dengan istri kedua ayahnya tersebut, Wanita yang selama setahun terakhir dianggapnya sebagai perusak keharmonisan keluarganya.
"Jangan pikir setelah apa yang lakukan hari itu dan hari ini akan membuatku menerima kehadiranmu." cetus Citra dengan pandangan lurus ke depan, seolah menatap jalanan lebih menarik ketimbang lawan bicaranya.
"Aku melakukannya dengan ikhlas tanpa mengharapkan apapun, termasuk menerima kehadiranku."
"Sama sepertimu, aku pun sangat benci pada diriku sendiri, benci karena tidak kuasa menolak permintaan Bu Irin. Andaikan aku terlahir dan dibesarkan oleh kedua orang tua yang begitu menyayangiku seperti dirimu, mungkin aku akan dengan lantangnya menolak lamaran dan juga permintaan beliau. tapi sayangnya, aku hanyalah seorang anak yatim piatu yang tinggal dan dibesarkan di panti asuhan, di mana Bu Irin menjadi donatur tetap di sana hingga aku hanya bisa menurut layaknya kerbau di cucuk hidungnya."
Pengakuan Kafisha mampu mengalihkan pandangan Citra padanya. entah mengapa, membayangkan dirinya berada diposisi Kafisha saat itu, membuat Citra tak sanggup berkata-kata. Jika semua pengakuan Kafisha itu benar, tentu saja dalam hal ini Kafisha pun hanyalah korban dari permintaan tak masuk akal ibunya, terlebih pagi itu ia secara tak sengaja mendengar percakapan antara Kafisha dan ayahnya, di mana istri kedua ayahnya itu mengaku tak meminta ataupun menerima sepeserpun uang dari ibunya.
"Btw, selamat atas pencapaianmu hari ini, semoga ke depannya semakin sukses dan apa yang kau cita-citakan tercapai." lanjut ucap Kafisha, dan raut wajahnya pun telah kembali seperti biasa, senyumnya pun kembali terukir indah saat memberikan selamat kepada gadis itu.
"Terima kasih." balas Citra yang kini telah kembali mengarahkan pandangannya lurus ke depan.
Setibanya di rumah nampak bibi berdiri di teras depan, seperti sengaja menanti kepulangan mereka. "Bagaimana Non??." tanya bibi tak sabar.
"Citra menang, bi." dengan bangganya Citra menunjukkan piala yang didapatkannya usai memenangkan acara Fashion Show di sekolahnya.
"Selamat ya Non....sejak awal sih bibi sudah yakin kalau Non Citra bakalan menang. Lagian, mana ada yang mampu mengalahkan performa seorang Citra Putri Baskoro, iyakan Non." puji bibi dengan sedikit melebih-lebihkan.
"Bibi bisa aja." balas Citra tersenyum lepas. Sementara Kafisha, wanita itu ikut tersenyum melihat kebahagiaan Citra. selama setahun tinggal di rumah mewah tersebut baru kali ini ia melihat gadis itu tersenyum lepas.
"Maaf jika kehadiranku telah melenyapkan kebahagiaan di dalam keluarga kalian." batin Kafisha.
Jangan lupa dukungannya ya sayang-sayangku.....! 🥰🥰😘😘😘
disini siapa yang licik ???
disini siapa gak tamak???
gak usah sok playing victim gtu donk...
nggak semua orang bisa kamu jadikan boneka,yang hidupnya bisa kamu mainkan
ingin mengendalikan Ardian,tapi dia menyakiti Kafisha...
krᥒ ⍴ᥱᥒ᥆k᥆һᥲᥒ ᥒᥲmᥲᥒᥡᥲ һᥲm⍴іr mіrі⍴
sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍 ᥡᥲ kᥲk ✍️
Ternyata Irin tak sebaik yang di kira...
aneh
jadi susah bedainnya kk Thor 😆🙏
seharusnya Ardian pindah ke kamar Kafisha ...
Ini kamar Ardian dan Irin gak pantes rasanya mereka tidur diranjang ini, apalagi Irin masih hidup.masih istri Ardian juga...
Kafisha dilamar sm irin untuk jadi madunya, karna anak lakinya suka sama kafisha
Gitu gak yaaa ?
Semakin seruuu ceritanyaaa, semangat terus thor 💪🏼
malang bener nasib mu Fisha....
kenak kehamilan simpatik ini si Adrian😆😆😆😆