kampung Gaib adalah sebuah kampung terpencil yang terletak di daerah pegunungan yang sangat jauh dari pusat kota dan kampung ini merupakan kampung sesat yang memuja sekte hitam dan setiap bulan selalu mencari tumbal untuk kampung tersebut. Adat istiadat ini telah ada sejak kepala desa tersebut ganti dengan kepala desa baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kriicers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17•
Setelah kejadian itupun mereka berenam memutuskan untuk kembali karena hari sudah menjelang siang. Jalan yang mereka lewati lumayan sulit karena medannya berupa bebatuan dan jalan yang menanjak melewati hutan belantara.
Saat mereka melewati hutan tersebut mereka dibingungkan dengan jalan yang bercabang. Padahal ketika mereka berangkat perasaan mereka hanya ada satu jalur. Dan sekarang mereka melihat ada dua jalur yaitu ke kanan dan ke kiri.
"Loh kok ini ada dua arah, perasaan tadi hanya satu deh". Heran Dina."?
"eh iya ya, terus ini kita mau lewat mana
Coba kita lewat kanan saja perasaanku jalannya benar lewat kanan ". Usul Jimmy
"Aku rasa kiri deh cokk yakin banget gua ". Timpal Sam.
"Kalau menurutku kanan deh bener kata Jimmy, ". Damar menambahi.
"Hmm kalau begitu kita lewat kanan saja perasaanku juga lewat arah kanan". Aldi menambahi.
" kalau kalian memilih ke kanan, ke kanan aja gua mau ke kiri, ". Tegas Sam.
"Kok lu malah egois kek gitu sih Sam, kita semua kan banyak yang milih kanan ". Ucap Dina.
"Ya terserah kalian gua mau jalan duluan ke arah kiri". Sam mengakhiri.
" Yasudah teman - teman kita ikuti saja ke arah kiri takutnya nanti malah Sam tersesat, kita kan setia kawan". Aldi yang menengahi kelima orang tersebut.
"Cihhh sok dewasa". Umpat Aldi di dalam hatinya.
Kemudian merek berenam pun memutuskan untuk pergi mengambil jalan ke arah kiri. Walaupun mereka agak ragu tapi mau bagaimana, demi teman mereka mau melakukan apapun asalkan pertemanan mereka tetap berjalan dan rukun.
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 dan mereka sampai sekarang belum menemukan perkampungan tersebut. Ketika mereka berangkat tidak sampai satu jam sampai ke tujuan. Sekarang sampai berjam jam pun masih di tengah hutan yang lebat.
"Kok ini malah semakin masuk ke dalam hutan yah,, kan kubilang juga apa kita harusnya pergi ke arah kanan tadi,, arghhhhhhhhhh perset*n lahhhhh". Baru sekarang Jimmy berbicara dengan emosi, entah kenapa dirinya seakan tidak bisa mengendalikan emosinya.
"oh jadi lu nyalahin gua karena memilih ikut gua ke arah kiri ha ?
"Bu bu bukan gitu Sam gua emosi aja dari tadi ngak nemu - nemu jalannya". Jelas Jimmy yang baru sadar jika ia terlalu keterlaluan.
"Halah munafik lo anj*ng kalau tadi lu milih kanan yaudah kagak usah ikut gua kagak usah nyalahin gua". Umpat Sam yang juga tidak kalah kesal dengan Jimmy.
"Udah - udah kok ini malah jadi ribut sih, lu tu Jimmy kalau lagi emosi juga harus tau kondisi kita saat ini, kok lu tiba tiba juga emosian sih, yang gua kenal adalah Jimmy yang penyabar gak pernah marah, lu juga Sam orang Jimmy cuma kesal ngak nyalahin lu juga kok". Dina yang terkenal pendiam sekarang malah berani menasihati kedua temannya dengan tegas dan lantang.
Kemudian Jimmy dengan menyesal pun meminta maaf kepada Dina karena terlalu emosi juga kepada Sam.
"I i i iya Din gua salah, gua khilaf tadi gua minta maaf, gua juga minta maaf ke elu Sam gua ngak bermaksud nyalahin lo gua kesel aja udah hampir sore kita ngak nemu - nemuin jalannya".
"Yaudah ngak usah diperpanjang gua juga salah". Ucap Sam yang sudah mulai turun emosinya.
"Nah gini dong maaf an kan kita temen, jadi ini gimana mau nerusin atau kembali ke titik tadi?
Bang Aldi kan abang warga kampung sini harusnya abang tau kan jalan yang harus dilewati". Tanya Damar.
Kemudian Aldi hanya menghela nafas dan terdiam. Setelah itupun dia mengajukan diri untuk mengecek jalan didepan.
"Kalian istirahat dulu disini akan aku cek jalan yang ada di depan, sepertinya kita telah disesatkan oleh penunggu hutan ini, tunggu sebentar pasti aku akan kesini lagi secepatnya".
"Tuh kan apa apa dikaitkan dengan hal konyol seperti itu, udahlah kalau mau cek cek aja gausah nyangkut pautkan hal yang konyol seperti itu". Cecar Sam.
Tono tidak menanggapi omongan Sam, ia langsung berjalan ke depan dengan agak menyibak semak - semak di hadapannya karena memang setelah ia meninggalkan kelima anak tersebut, justru yang ia hadapi sekarang adalah tebing yang sangat curam.
Memang perset*n gua udah disesatin makhluk penghuni sini". Kemudian Aldi pun mengambil posisi duduk bersila dan memejamkan matanya seperti orang yang sedang bertapa. Setelah beberapa menit ia pun kembali membuka matanya dan gegas berdiri untuk menghampiri kelima anak itu.
"Sepertinya benar kita salah jalan, tapi jika kita tadi ke arah kanan aku juga tidak bisa memastikan itu jalan yang salah atau benar, kalian ikuti aku untuk menerobos jalan tengah, untung saja aku membawa golok untuk berjaga - jaga". Titah Aldi.
"Kita beneran bang mau nerobos jalan ini, ini seperti masuk ke hutan lho bang". Damai yang ragu.
"Sudah Mar ikutin aja apa kata Bang Aldi, ia lebih pengalaman daripada kita berlima kamu diem aja". Ujar Nisa. Kemudian mereka pun nekat menerabas hutan yang sangat lebat itu. Tono yang posisinya berada paling depan terus mengawasi ke lima anak tersebut takutnya ada salah satu yang ketinggal.
"Jangan sampai salah satu mereka hilang lagi, bisa gawat kalau salah satu dari mereka hilang ". Batin Aldi.
Setelah beberapa waktu berlalu akhirnya mereka menemukan jalan kembali ke arah kampung Jati. Betapa senangnya hati mereka karena perjuangan yang mereka lakukan tidak sia - sia.
"Alhamdulilahh akhirnya nemu juga jalan ke arah kampung Jati". Jimmy yang mengucap rasa syukur karena telah diberikan kemudahan oleh Allah.
"Iya Jim alhaamdulilah tapi ini sudah hampir jam 6 sedangkan kita belum melaksanakan kewajiban kita". damar yang sadar bahwa mereka belum sholat Zuhur.
"Astaghfirullah Mar gua baru ingat yaudah yuk cepet - cepet kita pulang entar malah juga telat sholat asharnya". Timpal Jimmy.
"Syukur deh kalian meninggalkan sholat kalian, pantesan saja banyak penghuni hutan yang marah, sepertinya kalian di penginapan melaksanakan hal yang diperintah agama ya, lihat aja entar". Batin Aldi dalam hati.
Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan mereka setelah sebelumnya tersesat hingga ke tengah hutan. Saat mereka hampir tiba di penginapan, mereka bertemu kembali dengan pak Rt kampung Alas.
"Darimana kalian semua, hampir surup begini masih di luar"? Selidik Pak rt.
"ka kami habis dari,,,,,,"
Belum sempat Nisa menceritakannya justru Aldi memotong ucapan Nisa.
"Kami habis dari melihat kebunnya bu lasiyem pak, ". Ucap Aldi berbohong.
"Apakah benar kalian dari kebunnya bu Lasiyem "? Pak rt yang tidak percaya.
Nisa yang melihat kode dari Alsi pun juga mengatakan bahwa ia habis dari kebun tersebut.
"Hehe iya pak kami habis dari kebun cuma lihat - lihat buat projek tugas kuliah kami". Ucap Nisa juga ikut berbohong.
"hm yasudah cepat kalian kembali ke penginapan kalian gak baik keluar surup surup.