Di tengah hiruk pikuk Akademi Cyberland, Leon Watkins, seorang jenius dengan kekuatan "Dream" yang memungkinkannya memanipulasi mimpi dan kenyataan, justru merasa bosan setengah mati. Kehidupannya yang monoton mendadak terusik ketika ia dan teman sebayanya, Axel Maxx yang flamboyan, secara tak terduga ditarik ke dalam sebuah misi rahasia oleh sosok misterius. Mereka harus menembus "Gerbang Sejati," sebuah portal menuju dimensi yang mengerikan dan mengancam dunia. Petualangan yang akan mengubah segalanya, dan menyingkap takdir yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan, baru saja dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DARK & LIGHT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Penangkapan & Bangunnya sang ratu
Fajar menyingsing di atas Hutan Old Tree, namun cahaya keemasan yang biasanya menyenangkan kini terasa tegang.
Leon, Axel, dan Putri Elly, dengan wajah lelah dan tekad membara, bergegas menuju aula pertemuan utama. Mereka telah memutuskan untuk menghadapi Penasihat Eldrin secara langsung.
Rencana mereka sederhana: memojokkannya dan memaksanya mengungkapkan kebenaran.
Ketika mereka tiba, aula itu sudah ramai. Para tetua dan penasihat lainnya sedang berdiskusi, masih terpukul dengan kebenaran yang Leon ucapkan semalam.
Penasihat Eldrin berdiri di antara mereka, wajahnya tampak tenang, seolah tidak ada yang terjadi. Namun, ketika matanya bertemu dengan Leon, ada kilatan kewaspadaan yang nyaris tak terlihat, sebuah sinyal bahwa ia tahu segalanya telah terungkap.
"Penasihat Eldrin!" Putri Elly berseru, suaranya menggelegar di aula. Semua mata tertuju padanya. "Ada sesuatu yang harus kita bicarakan. Ikutlah denganku ke kamar Ratu Lyra."
Eldrin menundukkan kepalanya dengan sopan. "Maaf, Putri. Saya sedang sibuk dengan masalah pertahanan perbatasan. Lagipula, apa gunanya? Ratu masih tertidur pulas." Ada nada sinis yang samar dalam suaranya.
"Jangan mengelak, Eldrin!" Axel maju selangkah, menunjuk ke arahnya. "Kami tahu kau pelakunya! Kau yang menjebak Ratu Lyra!"
Aula yang tadinya sunyi menjadi riuh. Para tetua Elf terbengong tidak percaya. Eldrin mengangkat alisnya, tampak terkejut. "Tuan Axel, itu tuduhan yang sangat serius. Apa buktimu?"
"Bukti kami adalah apa yang Leon lihat di alam mimpi Ratu!" seru Axel.
"minpi seorang pengembara?" ucap Eldrin tertawa dingin. "Kau akan menuduhku berdasarkan hal yang tak terlihat? Itu Sebuah omong kosong?" jawab eldrin Matanya melirik Leon dengan tajam.
"Kau mengatakan omong kosong pengembara, kau menuduhku hanya berdasarkan mimpi yang tidak berdasar?."sarkas eldrin.
"Cukup!" bentak Leon melangkah maju, tatapannya tajam ke arah Eldrin. "Kami tahu kau adalah perantaranya, Eldrin. Energi Demon yang samar itu tidak mungkin menghilang, kau hanya memindahkannya. Itu adalah sihir yang hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang memiliki koneksi mendalam dengan Ratu, dan pemahaman tentang lingkungan istana serta kegiatan sang ratu."
Wajah Eldrin yang tersenyum langsung membeku. Lalu Aura di sekelilingnya tiba-tiba berubah, menjadi dingin dan gelap. "Cih, kau memang pintar, bocah," geramnya, suaranya berat dan serak. "Tapi terlalu pintar hanya akan mencelakaimu sendiri!"
Dengan satu gerakan cepat, Eldrin melempar jubahnya. disaat jubahnya terlepas, tubuhnya yang tampak tua dan rapuh itu memancarkan aura hitam pekat. Kulitnya mulai menghitam di beberapa tempat, dan matanya berubah merah. Di tangannya, terlihat kristal hitam pekat yang sebelumnya dilihat oleh Leon di alam mimpi, kristal itu mengeluarkan energi hitam pekat yang jahat.
"Apa... apa ini?!" ucap para Elf, terkejut dan ketakutan. Beberapa prajurit Elf menghunus busur mereka, tapi ragu-ragu untuk menyerang penasihat terkemuka mereka.
"Kau berkhianat, Eldrin!" teriak Elly, hatinya hancur melihat sosok yang selama ini ia hormati berubah menjadi monster.
Eldrin tertawa, tawa yang dingin dan menyeramkan. "Berkhianat? Tidak, Putri kecil. Aku hanya melihat kebenaran! Ratu Lyra terlalu lemah, terlalu terikat pada tradisi kuno yang membusuk! Dunia ini membutuhkan pemimpin yang kuat, yang tidak takut merangkul kekuatan sejati!" Ia mengangkat kristal hitamnya. "Dan kekuatan itu telah ditawarkan kepadaku oleh Dark Lord Mor'gath!"
Tiba-tiba, dari belakang Eldrin, muncul retakan ruang, dan dari retakan itu muncul beberapa Demon tingkat tinggi, lebih besar dan lebih kuat dari yang mereka temui sebelumnya. Demon demon itu memiliki tanduk lebih besar, kulit lebih tebal, dan cakar yang tajam yang panjang. Mereka adalah pengawal pribadi Eldrin, atau lebih tepatnya, bawahan Mor'gath.
Pertarungan pun pecah!
Axel adalah orang pertama yang bereaksi. "Lightning Barrage!" Puluhan bola petir melesat dari tangannya, menghantam Demon-demon yang muncul.
Demon-demon itu menjerit kesakitan, ada beberapa yang mati, tetapi yang lain berhasil menahan serangan itu. Axel melesat maju, mengandalkan kecepatan dan kekuatan Petirnya, dia mulai menggila membunuh para demon.
sementara Axel menghadang para demon, Leon berhadapan langsung dengan Eldrin. Penasihat Elf itu berubah menjadi lebih muda dan lebih kuat, dari dalam tubuhnya memancarkan energi gelap yang menjijikkan.
Ia bukan lagi Elf tua, dengan kekuatan gelap itu tubuhnya berubah Menjadi muda lagi.
"Kau pikir bisa mengalahkanku, bocah?" geram Eldrin, mengayunkan kristal hitamnya. Gelombang energi hitam melesat ke arah Leon.
Leon mengaktifkan energi "Dream" miliknya. Ia menciptakan ilusi dinding cermin, memantulkan gelombang energi hitam itu kembali ke arah Eldrin, yang membuanya terpaksa menghindar. "Kekuatanmu adalah ilusi, Leon," ejek Eldrin, "Tapi ilusi tidak bisa memberikan serangan fisik apalagi membunuh!"
"Mungkin," balas Leon, ia tersenyum tipis. "Tapi ilusi bisa membuatmu menjadi gila!" ucap Leon sambil melancarkan serangkaian serangan ilusi yang kompleks.
Eldrin tiba-tiba melihat dirinya diserang oleh pasukan Elf yang tak terhitung jumlahnya, lalu terperangkap dalam labirin yang berputar tanpa henti. Ia berteriak frustrasi, memukul dan menendang udara.
Namun, Eldrin yang telah dirasuki Demon tidak bisa diremehkan. Ia memfokuskan energi hitamnya, meledakkan ilusi Leon dengan kekuatan mentah. "Aku tidak akan terjebak dalam permainan ilusimu, bocah!" Ia melesat maju dengan kecepatan yang sangat cepat, kristal hitamnya berubah menjadi belati tajam, hampir menusuk jantung Leon.
untungnya, Leon berhasil menghindar, namun ia merasakan aura dingin yang mematikan dari serangan itu. Ini bukan pertarungan biasa. Eldrin telah menjual jiwanya demi kekuatan Demon.
Axel bertarung dengan gigih di belakang Leon. Ia adalah seorang pejuang yang berani, tapi jumlah Demon terlalu banyak seolah tak ada habisnya terus menyerang dan kekuatan mereka yang meningkat membuat ia kewalahan. Ia harus melindungi para Elf lain yang kini mulai panik dan mencoba membantunya sebisa mereka. Elly sendiri bertarung di sisi Axel, memanah Demon dengan akurasi yang mematikan.
"Sial! Kenapa mereka tidak ada habisnya!" gerutu Axel, terpaksa mundur.
Leon tahu ia harus mengakhiri pertarungannya dengan Eldrin secepatnya. Ia harus menggunakan cara yang lebih ekstrim.
Ia kembali memejamkan mata sesaat, memusatkan seluruh energi "Dream" yang ia miliki. Aura biru di sekelilingnya semakin pekat, membentuk pusaran.
"Sudah cukup bermain-mainnya, Eldrin!" Leon berseru. "Aku akan menunjukkan padamu apa itu yang dinamakan mimpi buruk!"
Leon melancarkan serangan ilusinya yang paling kuat. Itu bukan ilusi yang bisa dipecahkan dengan kekuatan kasar. Ia menciptakan ilusi yang bahkan hampir bisa mempengaruhi dunia nyata.
Eldrin tiba-tiba terperangkap dalam mimpinya sendiri, mimpi buruk yang paling ia takuti: ia melihat dirinya dikurung di Chaos Land, disiksa tanpa henti oleh Demon yang ia layani, dan jiwanya perlahan terkoyak.
Jeritan Eldrin menggema di aula, bukan jeritan amarah, melainkan jeritan ketakutan murni.
Di tengah jeritan Eldrin, Leon melihat kristal hitam di tangannya retak.
"Sekarang Axel!" teriak Leon kepada Axel. "Putri Elly! Ini kesempatan kita!"
Axel, meski terengah-engah, melihat kristal yang retak itu. Ia tahu itu adalah sumber kekuatan hitam Eldrin.
"Lightning Nova!" Ia mengumpulkan semua energi Petirnya yang tersisa, menciptakan bola listrik raksasa dan melemparkannya ke arah Eldrin, Bola petir raksasa itu menghantam tubuh Eldrin secara langsung.
Blargh!
Eldrin menjerit kesakitan, tubuhnya gemetar hebat, dan kristal hitam di tangannya meledak menjadi serpihan. Aura gelap di sekelilingnya lenyap, dan ia terjatuh ke lantai, kembali menjadi Elf tua yang rapuh, terengah-engah, matanya kosong. Kekuatan Demon meninggalkannya, dan ia persis seperti mayat hidup.
Tanpa perantara, penjara sihir yang menjebak Ratu Lyra mulai melemah. Leon merasakan peluang. Ia segera berlari ke kamar Ratu meninggalkan aula pertemuan begitu saja.
Axel dan Elly mengikutinya, meninggalkan Eldrin yang tak berdaya di aula pertemuan.
Disaat Mereka tiba di kamar Ratu Lyra. Ratu masih terbaring, namun aura sihir gelap yang menyelimutinya kini terlihat sangat tipis, seperti asap yang memudar.
"Leon, apa yang harus kita lakukan?" tanya Elly, matanya penuh harap.
"Dia terbebas dari penjara," kata Leon, nada suaranya terdengar kelelahan. "Tapi dia masih butuh dorongan untuk bangun." Leon menempelkan kedua telapak tangannya di dahi Ratu Lyra, memejamkan mata, dan menyalurkan sisa energi "Dream" yang ia miliki, bukan untuk menyerang, melainkan untuk menuntun ratu dari tidur panjangnya.
Cahaya biru lembut memancar dari tangan Leon, menyelimuti tubuh Ratu Lyra. Cahaya itu berdenyut, seolah berinteraksi dengan kesadaran ratu yang terperangkap.
Saat ini, di dalam ruangan itu, tubuh Ratu Lyra sedikit bergerak. Kelopak matanya berkedip, perlahan terbuka. Mata hijau zamrud yang sama dengan Elly, namun terlihat lebih tua dan penuh kebijaksanaan, menatap langit-langit.
"Ibu... Ibu!" ucap Elly nadanya bergetar, air matanya mengalir di pipinya saat ia memeluk ibunya.
Ratu Lyra memejamkan mata lagi, lalu membukanya, ia kini telah sepenuhnya sadar. Ia menatap Elly, lalu ke Leon yang kelelahan. "Elly... putriku..."panggil ratu lyra Suaranya lemah, namun penuh kehangatan.
"Siapa... siapa yang menyelamatkanku dari mimpi buruk itu?"
"Tuan Leon, Ibu," jawab Elly, memeluk ibunya erat-erat. "Dia dan Tuan Axel. Mereka datang dari dunia lain."
Ratu Lyra menatap Leon, lalu pada Axel. "Kalian... Pembawa Harapan?"ucap ratu lyra Suaranya kini lebih jelas.
Leon mengangguk, terkejut Ratu tahu tentang itu.
"Sihir penjara itu... aku tahu siapa di baliknya," Ratu Lyra berbisik, matanya menatap Eldrin yang kini diamankan di luar. "Itu bukan hanya Eldrin. Ada yang memanipulasi Eldrin." Ia memejamkan mata, seolah mengingat sesuatu yang mengerikan. "Sosok itu... dia mengunjungi Eldrin dalam mimpinya, menjanjikan kekuatan. Aku melihatnya... dia adalah malaikat... tapi bukan malaikat cahaya."
Axel dan Elly saling pandang, bingung. Malaikat?
"Sosok berjubah hitam yang menunjukkan 'Gerbang Sejati' kepadaku," kata Leon, suaranya serak. "Dia juga menyebut dirinya sebagai Pembawa Harapan."
Ratu Lyra menghela napas. "Ada dua faksi besar di antara ras Angel, Leon. Mereka yang melayani Sistem Gaia, Sistem Penciptaan dan Kehidupan, seperti Angel berjubah yang kau temui. Mereka berusaha menjaga keseimbangan alam semesta dari ancaman kehancuran. Dan ada juga fraksi yang memuja Sistem Nova, Sistem Kehancuran." Matanya menatap tajam. "Mereka adalah Dark Angel. Mereka percaya bahwa kehancuran adalah bagian dari siklus kehidupan yang diperlukan, bahkan jika itu berarti mengorbankan seluruh dunia. Merekalah yang mengurungku. Mereka bersekutu dengan Demon."
Leon membelalak. Jadi, sosok berjubah hitam yang menunjukkan kepadanya Gerbang Sejati adalah seorang Angel yang baik, sementara dalang di balik semua ini, yang memanipulasi Eldrin dan menjebak Ratu, adalah seorang Dark Angel. Perang ini ternyata jauh lebih besar dari yang ia bayangkan, perang kosmik antara penciptaan dan kehancuran, yang kini melibatkan seluruh alam semesta.
"Jadi, perang ini bukan hanya tentang Demon," kata Axel, menyadari skala yang sebenarnya. "Ini tentang dua ras Angel yang berbeda pendapat,?"
"Betul," Ratu Lyra mengangguk. "Dan kalian, Pembawa Harapan, adalah kunci dalam konflik ini. Kalian adalah agen Gaia, dipilih untuk memulihkan keseimbangan."
Leon merasakan beban di pundaknya semakin berat, namun juga ada tujuan yang lebih jelas. Ini bukan hanya tentang menyelamatkan Cyberland, atau dunia Zafier. Ini tentang mempertahankan alam semesta dari kekuatan kehancuran yang tak terlihat.