NovelToon NovelToon
One Night Stand

One Night Stand

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Fatzra

Aruna terjebak ONS dengan seorang CEO bernama Julian. mereka tidak saling mengenal, tapi memiliki rasa nyaman yang tidak bisa di jelaskan. setelah lima tahun mereka secara tidak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. ternyata wanita itu sudah memiliki anak. Namun pria itu justru penasaran dan mengira anak tersebut adalah anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Berhubung hari kemarin Julian membatalkan meetingnya. jadi hari ini ia harus bergegas lebih pagi. Sialnya ia tak kunjung bangun, sampai seseorang mengetuk pintu kamarnya berkali-kali dengan keras.

Ia menggeliatkan badannya, lalu beringsut duduk. "Sial! Siapa yang berani mengganggu tidurku!" ucapnya setengah berteriak.

Matanya terbuka lebar, pandangan pertamanya tertuju pada jam di dinding. "Astaga, lagi-lagi aku telat bangun." ia langsung turun dari ranjang, lalu bergegas membersihkan diri.

Setelah selesai mandi, ia mengenakan pakaiannya dan berlari menuju lift. Ia turun ke lantai satu. Kebetulan di sana Vincent sudah standby karena tahu tuannya akan terlambat. Ia sudah menyiapkan mobil di depan pintu.

"Terima kasih, Vin. Ayo antar aku," ucap Julian, lalu masuk ke mobil.

Vincent menutup pintu dan berlari ke arah pengemudi, lalu melajukan mobilnya. Ia tidak mau tuannya terlambat menghadiri meeting hari ini. Sayangnya jalanan sedikit macet, ia tidak bisa mengemudi dengan kecepatan tinggi.

"Maaf, Tuan, kalau boleh menyarankan sepertinya anda harus izin agak terlambat. Jalanan agak macet," ucap Vincent.

Julian melongok ke luar jendela. Memang benar jalanan agak macet. Namun, keributan di trotoar jalan menarik perhatiannya. Ia turun dari mobilnya, di susul oleh Vincent.

Sekelompok anak kecil tampak saling dorong, saat di lihat lebih dekat lagi ternyata itu Raven. Ia dirundung oleh teman-temannya. Julian berjalan mendekat, lalu memeluk Raven.

"Kau baik-baik saja? Ada yang terluka?" tanya Julian seraya memutar tubuh Raven.

"Paman tampan, mereka menggangguku," ucapnya mengadu seraya menunjuk anak-anak itu.

"Kita tidak mengganggu, kau anak haram tidak boleh berteman dengan kita!" cicit salah satu dari mereka.

Julian terkejut mendengarnya. "Ulangi sekali lagi ucapanmu, akan aku buat kalian keluar dari sekolah! Mau?" tanyanya menggertak anak-anak itu.

Mereka saling memandang, lalu melarikan diri. Raven menangis sesenggukan, Julian berusaha menenangkannya. "Anak cowok harus berani, jangan mau ditindas seperti itu," ucapnya.

Rasanya sangat iba melihat Raven dirundung oleh teman-temannya. Ia heran kenapa Aruna atau suaminya tidak mengantar anak mereka ke sekolah. Apakah mereka terlalu sibuk?

"Vincent, antar anak ini ke sekolah, biar aku naik taxi. Lagi pula ini macet, biar aku lewat jalan pintas," ucapnya dengan wajah datar.

"Baik, Tuan," ucapnya, lalu mengajak Raven ke dalam mobil. "Tumben, Tuan perduli dengan hal seperti ini. Tapi kalau di lihat-lihat anak ini kenapa wajahnya sangat mirip dengan tuan, ya," ucapnya di dalam hati. Ia beberapa kali melirik anak laki-laki itu penuh selidik.

Setelah mendapatkan taxi, Julian langsung bergegas ke kantor. Setelah sampai ia langsung memasuki ruang meeting. Kurang lebih tiga jam pria itu berada di dalam sana. Lelah, sudah pasti, kepalanya mulai berdenyut agak pusing.

Setelah meeting selesai, pria itu keluar. Namun, masih bingung akan pergi ke mana. Tiba-tiba ia memikirkan sesuatu, tersenyum sinis ke arah depan. Vincent sudah menunggunya di depan pintu. "Jalan ke restoran di tengah kota," ucapnya.

Vincent hanya menganggukkan kepalanya, lalu melajukan mobilnya. Setelah dua puluh menit perjalanan mereka sampai di restoran Aruna. Julian turun, lalu masuk ke dalam.

kursi di bagian tengah tampak kosong. Julian memutuskan untuk duduk di sana. Ia akan melaksanakan misinya hari ini, entah apa tujuannya yang jelas ia senang menggoda wanita itu.

"Silakan, Tuan mau pesan apa?" tanya seorang pelayan.

Julian menyilangkan kakinya mantap tajam ke arah pelayan itu. "Semua menu yang paling enak," ucapnya.

"Baik, Tuan." pelayan itu kembali ke belakang untuk menyiapkan pesanan Julian.

Aruna berdiri di meja kasir mengamati gerak-gerik pria itu. Sangat mencurigakan, apa yang akan di lakukannya kali ini? wanita itu menatapnya waspada.

Beberapa pelanggan wanita tebar pesona di depan Julian. Pria itu mengedipkan sebelah matanya ke arah mereka. Suasana menjadi ramai oleh para pelanggan wanita.

Tidak seperti biasanya, pria itu bersikap sangat aneh. Entah apa sedang merencanakan apa dia sebenarnya. Apa hanya untuk memanas-manasi Aruna saja?

Setelah menunggu agak lama, pelayan datang dengan beberapa porsi makanan dan langsung menyajikannya di depan Julian. Tampilannya sangat menggoda. ia mencoba menyuapkan salah satu makanan itu ke mulutnya. "Kau menyajikan bubur bayi untukku?" tanyanya ketus pada pelayan itu.

Pelayan hanya menggeleng ketakutan. Perasaan ia sudah benar menyajikan makanan yang paling enak di restoran itu. apakah itu bukan seleranya?

Julian menyuapkan makanan yang lain, dan ia masih menilai buruk masakan tersebut. Hanya satu yang belum di coba. Namun, Aruna di buat geram dengan tingkah pria itu. Sehingga ia datang ke meja itu, lalu melangkah duduk di pangkuan Julian. Ia meraih ice cream yang belum di cicipi pria itu.

Aruna menyuapkan ice cream ke mulutnya, lalu dengan sengaja menjilati sendoknya dengan menggoda. "Buka mulutmu," perintahnya kepada pria itu.

Julian hanya menurut saja, ia tidak menyangka Aruna akan melakukan itu. Semua orang di buat melongo menyaksikan mereka seperti itu. Wanita itu menyuapkan ice cream ke mulut pria itu, lalu berdiri seraya melipat tangan ke dada.

"Masih bilang itu tidak enak?" tanya Aruna, seraya menatap tajam ke arah Julian.

Pria itu berdehem, bergerak salah tingkah. Yang pasti dia agak malu, tapi dia sendiri yang mulai mencari gara-gara. ia hanya diam tidak memberi jawaban ke Aruna.

"Mama, ucap Raven seraya berlari ke arah Aruna.

"Raven, sudah pulang," ucap Aruna seraya membelai lembut kepala Raven.

"Iya, Ma. Tadi pagi waktu aku berangkat sekolah ada Paman tampan yang menolongku di jalan, Ma. Sopirnya mengantarkan aku ke sekolah, baik sekali om itu," ucap Raven bersemangat.

Aruna mengerutkan kening merasa bingung. Siapa yang di panggilnya Paman tampan itu? Apa yang terjadi tadi pagi, sampai Raven harus di antar sekolah oleh orang asing?

Saat Raven menoleh ke belakang ia berantusias menunjuk Julian yang sedang duduk. "Itu, Ma. Paman tampan tadi pagi." ia berlari menghampiri Julian.

Pria itu menyambutnya dengan hangat, lalu memeluk Raven. "Bagai mana hari ini, kau bahagia?" tanyanya.

Raven menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. "Paman mau traktir aku ice cream yang ada di mall?"

Julian berpikir sejenak. "Itu favoritku, ayo pergi," ucapnya, lalu menggendong Raven.

"Tunggu, kalian tidak boleh pergi," cegah Aruna dengan menghalangi jalan mereka.

Namun, Raven tetap mau pergi dengan Julian. Di dalam hati Aruna ada kecemasan tersendiri. Tapi mau bagaimana lagi, anak itu berhak bahagia walau sebentar bersama ayah kandungnya. wanita itu sadar ia tidak bisa egois, sudah memisahkan mereka cukup lama, boleh sesekali bersama.

Raven sangat senang, dengan terpaksa Aruna mengikuti mereka. Ia tidak ingin ada hal yang tidak di inginkan terjadi. Anak kecil itu terlihat sangat bahagia, wanita itu hanya tersenyum memandangi anaknya.

1
Fatzra
Halo semuanya, terima kasih yang sudah membaca cerita ini. jangan lupa follow + like+ komen, ya. biar Author semangat updatenya 🥰
Terima kasih.
Ritsu-4
Datang ke platform ini cuma buat satu cerita, tapi ternyata ketemu harta karun!
Sterling
Asik banget bisa nemuin karya yang apik seperti ini.
Murasaki Kuhouin
Jauh melebihi harapanku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!