Gairah Terlarang Cinta Pertamaku

Nadeo memagut bibir Arzela dengan sedikit kasar, ia tidak suka dengan ucapan Arzela yang dengan mudah meminta mengakhiri hubungan dengannya.

Nadeo tidak mengindahkan Arzela yang sejak tadi terus meronta. Nadeo justru semakin liar, bahkan tangannya tidak tinggal diam. Pria itu membuka satu persatu kancing kemeja yang Arzela kenakan, sampai akhirnya dua gundukan yang pernah ia nikmati menyembul dari penutupnya.

Satu tangannya meremas gundukan Arzela bergantian, sedangkan tangan lainnya mendekap pinggang ramping wanitanya supaya tidak jatuh.

"Ahhhh... Kak, stop!"

Arzela mendesah tertahan saat Nadeo mulai memainkan gundukan nya dengan mulut, mengulum benda bulat yang ada puncak bukit Arzela itu dengan rakus. Desahan dan rintihan Arzela membuat Nadeo semakin hilang kewarasan.

"𝘚𝘩𝘪𝘵𝘵𝘵! 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯?"

Nadeo mengumpat dalam hati saat merasakan senjata saktinya mulai sesak di bawah sana. Dengan napas yang memburu Nadeo akhirnya melepaskan pagutannya dari gundukan milik Arzela.

Nadeo mendekap Arzela dengan erat, ia menciumi pucuk kepala wanitanya itu sembari bergumam.

"Maaf, Sayang. Maafkan Kakak."

Nadeo benar-benar menyesal sudah melakukan tindakan seperti ini pada Arzela. Gairahnya selalu meningkat setiap berdekatan dengan wanita cantiknya itu. Nadeo benar-benar sulit mengendalikan hasratnya.

Nadeo melepaskan dekapannya, ia menatap Arzela yang sejak tadi hanya diam. Bahkan saat Nadeo merapikan pakaian Arzela, wanitanya itu tetap bungkam dan membiarkan Nadeo berbuat sesukanya.

"Apa Kakak melakukan ini juga pada Sabrina?" Lirih Arzela.

Suara Arzela itu membuat Nadeo yang sedang Mengancingkan kemeja Arzela menghentikan gerakannya, ia menatap dalam mata wanitanya lalu tersenyum.

Nadeo melihat ada kecemburuan di mata Arzela. Sekarang Nadeo paham pasti Sabrina lah penyebab Arzela bersikap seperti ini.

"𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘈𝘳𝘻𝘦𝘭𝘢? 𝘓𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘩𝘪𝘵𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢."

Nadeo masih diam, ia membiarkan Arzela mengeluarkan semua uneg-unegnya. Nadeo tahu sejak tadi wanitanya itu mencoba menahan kekesalannya.

"Tentu saja, pasti Kakak melakukan ini dengan Sabrina," ucapnya lagi sambil mencebikkan bibirnya.

"𝘕𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪, 𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪." 𝘕𝘢𝘥𝘦𝘰 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘦𝘬𝘦𝘩 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪.

Nadeo menggelengkan kepalanya sambil menahan senyum, Arzela terlihat sangat menggemaskan jika sedang cemburu. Dan Nadeo baru pertama kalinya melihat tingkah menggemaskan ini. Selama berpacaran, Nadeo belum pernah sekalipun melihat wanitanya cemburu. Mungkin karena Nadeo sangat menjaga hatinya dan Nadeo pun tidak pernah dekat dengan wanita mana pun selain Arzela.

"Tapi sebenarnya gak ada yang salah, kalian suami-istri." Arzela menghembuskan napasnya berat. "Tapi rasanya sangat sakit, membayangkan Kakak dengan Sabrina...."

Mata Arzela mulai mengembun, ia tidak sanggup meneruskan perkataannya. Rasanya terlalu sakit membayangkan Nadeo dan Sabrina melakukan itu.

Pletak

"Awwwsshhh... sakit!" Arzela mengusap keningnya. Matanya menatap tajam Nadeo yang sengaja menyentil keningnya.

"Rasakan! Siapa suruh membayangkan yang tidak-tidak," ucap Nadeo sedikit kesal. Namun ada perasaan bahagia karena bisa melihat wanitanya merajuk karena cemburu.

"Kakak tidak pernah melakukan apa pun dengan wanita itu. Kakak hanya melakukannya dengan Kamu. Itu yang pertama buat Kakak, tapi gak mau yang terakhir. Kakak masih ingin melakukannya dengan Kamu setelah kita menikah."

"Kakak bohong, terus bagaimana caranya dia hamil kalau Kakak tidak menyentuhnya?"

Bukannya percaya, Arzela justru menganggap Nadeo berbohong. Arzela benar-benar percaya dengan omong kosong Sabrina. Karena Arzela sudah menyaksikan sendiri Sabrina muntah-muntah, dan itu fakta valid jika Sabrina tengah hamil. Muntah-muntah adalah gejala kehamilan yang mayoritas semua ibu hamil pasti merasakannya.

"Hamil? Jadi dia hamil?"

"Kenapa Kakak kaget begitu? Apa istri Kakak belum memberitahu soal kehamilannya?" Arzela memicingkan matanya penuh selidik. "Apa jangan-jangan dia mau memberi Kakak kejutan?"

Pletak

Sekali lagi Nadeo menyentil kening Arzela dengan gemas membuat wanita cantiknya itu meringis.

"Sakit Kak, kenapa suka sekali menyentil keningku?"

Melihat bibir Arzela cemberut membuat Nadeo tidak tahan. Ia kembali memagut bibir itu dengan rakus dan melumat nya dengan penuh kelembutan membuat Arzela hanyut dalam buaian ciuman memabukkan itu.

"Ahhhh... Kak!"

Arzela mendesah saat Nadeo mulai bermain di lehernya. Pria itu menghisap leher putih mulus Arzela, meninggalkan jejak keunguan di sana.

"Kamu basah, Sayang!" Bisik Nadeo saat tangannya menyelinap ke dalam segitiga milik Arzela.

Blush

Wajah Arzela memerah, Arzela tidak munafik, ia juga menikmati permainan Nadeo.

"Ini semua gara-gara Kakak!"

Nadeo tidak bisa lagi menahan tawanya, Arzela terlalu menggemaskan apalagi dengan wajah malu-malu tapi mau nya.

Drrttt drrtttt

Di tengah-tengah tawanya, ponsel Nadeo bergetar mengalihkan perhatiannya dan juga Arzela. Tertera pesan dari seseorang bernama Ken di notifikasinya.

"𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘦𝘴."

Nadeo tersenyum lega saat membaca pesan dari sahabatnya dan Arzelo itu.

"Kenapa Kakak senyum-senyum begitu? Apa Sabrina baru saja mengabarkan kehamilannya?"

"Astaga Arzela! Sepertinya Kamu ingin merasakan max lagi, ya?" Ucap Nadeo sembari menyeringai.

Arzela mengernyitkan keningnya bingung. "Siapa Max?" Seingat Arzela tidak ada temannya ataupun teman Nadeo yang bernama Max.

Nadeo membawa tangan Arzela menyentuh sesuatu milik Nadeo yang sudah berdiri tegak sempurna di bawah sana.

"Sekali lagi Kamu menyebut nama wanita murahan itu, kakak akan memasukkan Max ke dalam milik Kamu."

Gleg

...----------------...

"Kurang ajar! Kamu ingin bermain-main denganku rupanya."

Rako mengeraskan rahangnya. Tangannya meremas selembar kertas yang berisi tentang surat pengajuan pembatalan pernikahan yang dilayangkan oleh Nadeo.

"Bagaimana ini Dad, aku gak mau kehilangan Kak Deo." Sabrina terus merengek pada Rako.

Sepulang dari kampus, Sabrina sangat terkejut saat mendapatkan surat dari pengadilan agama. Surat itu berisi tentang gugatan Nadeo yang mengajukan pembatalan pernikahan dengannya.

Padahal baru saja Sabrina bahagia karena berhasil membohongi Arzela. Sabrina pikir setelah Arzela meninggalkan Nadeo, ia akan mendapatkan Nadeo secara otomatis. Tapi ternyata yang ia dapatkan justru gugatan dari Nadeo.

"Apa Kamu benar-benar mencintai anak haram itu?" Rako menatap tajam Sabrina penuh selidik.

"Te-tentu saja tidak," ucap Sabrina dengan sedikit gugup. "Daddy tahu kan alasan aku menjeratnya? Aku hanya ingin mengambil sesuatu yang berharga milik Arzela."

Rako tersenyum puas, ia menarik tangan Sabrina lalu membawa putri tirinya itu duduk di pangkuannya.

"Kamu hanya milik daddy," ucap Rako. Tangannya mengusap perut Sabrina yang masih datar.

Perlakuan Rako yang seperti ini membuat Sabrina sulit melepaskan diri dari ayah tirinya itu. Rako selalu perhatian dan berhasil memanjakannya di atas ranjang, dan karena perlakuan itu juga yang membuat Sabrina tega mengkhianatimu ibu kandungnya sendiri.

"Aku juga sangat mencintai Daddy. Sebenarnya aku tidak mau berbagi Daddy dengan Mommy. Aku mau Daddy hanya milikku."

Rako tersenyum bahagia mendengar ungkapan perasaan dari Sabrina. Rako mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir Sabrina dengan rakus. Begitu pun Sabrina, ia membalas ciuman daddy nya itu tak kalah panasnya.

Tanpa mereka sadari seseorang tersenyum smirk sambil mengabadikan adegan tak senonoh yang dilakukan sepasang ayah dan anak tiri itu.

𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥