Jingga, Anak dari seorang konglomerat. Meninggalkan keluarganya demi menikah
dengan pria yang di cintainya.
Bukannya mendapatkan kebahagiaan setelah menikah, ia justru hidup dalam penderitaan.
Akankah Jingga kembali ke kehidupannya yang dulu atau bertahan dengan pria yang menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Cerai Saja
Malam hari tepatnya pukul 01.00 malam, Jingga sama sekali tak bisa tidur, walau ia tidur di kasur yang empuk, tinggal di rumahnya nyaman dan juga tanpa kebisingan ibu mertuanya, tetap saja ia tak bisa tidur.
Jingga menatap putri kecilnya yang tertidur begitu pulas. Ini untuk pertama kalinya putrinya itu tidur di tempat lain. Namun, ia terlihat begitu pulas tidur di kamarnya sedangkan dirinya sendiri kamar itulah yang selalu dirindukannya selama ini, tapi ia justru tak bisa tidur.
Ingatan Jingga berkelana saat ia masih tinggal di rumah suaminya, penderitaan demi penderitaan yang dihadapinya, suaminya akan marah jika ia tak mengerjakan pekerjaan rumah, khususnya jika ia tak menyiapkan pakaian yang ingin dipakainya. Pernah sekali karena mengurus Nabila, ia lupa mempersiapkan pakaian yang diminta oleh suaminya, Aditya sampai marah besar hanya karena ia lupa mencuci bajunya. Sebuah tamparan pun didapatkan karena hal itu, bukan hanya itu, ingatannya saat ia kelaparan dan masih harus terus dipaksa bekerja untuk membersihkan rumah, pernah sekali Jingga harus diam-diam bangun tengah malam layaknya seorang pencuri hanya untuk mengisi perut, semua itu membuat ia tak tahan untuk meneteskan air mata.
Tetes air mata terus jatuh dari pelupuk matanya, ia mengusap putrinya yang tertidur pulas. Ingatan saat ia hamil, ia banyak ingin memakan sesuatu saat ia dalam pase ngidam, berharap suaminya memberikan apa yang diinginkannya. Namun, bukannya membeli atau menyiapkan kebutuhan yang diinginkannya saat dia ngidam, suaminya malah melarangnya, mengatakan jika ia hanyalah mengada-ngada saja, jika dia hanya bersikap manja.
Pernikahannya dengan Aditya sudah berjalan cukup lama, hingga Nabila kini hadir di antara mereka, ia yang awalnya berpikir bahwa pernikahan mereka akan langgeng seperti pernikahan ayah dan ibunya di mana ia bersama dengan ayah dan ibunya hingga ia besar, hidup dengan kasih sayang kedua orang tuanya. Kini putrinya harus menerima kenyataan jika dia akan tumbuh dan besar tanpa sosok seorang ayah, keputusannya untuk menceraikan Aditya sudah bulat. Walau Jingga masih ada keraguan di hatinya, takut jika saat besar nanti anaknya akan menyalahkan dirinya karena tidak memiliki seorang ayah.
Jingga yang tak bisa tidur memutuskan untuk keluar dari kamar dan melihat-lihat seisi rumahnya, ia berdiri di lantai 2 dan melihat ke lantai bawah, rumah megah itu yang sudah ditinggalkannya selama setahun terakhir ini, ia juga mengulas sebuah senyum, akhirnya ia bisa kembali ke rumah yang ia rindukan lagi.
"Kamu lagi apa, Nak?" tanya Batara menghampiri putrinya, ia juga tak bisa tidur, ia terlalu senang karena putrinya kembali hadir di rumah mereka.
"Jingga nggak bisa tidur, Yah. Jadi Jingga ingin melihat-lihat rumah, Jingga kangen dengan rumah juga kangen dengan kalian," lirih Jingga yang kini sudah bersandar di dada ayahnya yang merangkulnya.
"Ayah takkan pernah mengizinkanmu untuk pergi dari rumah ini, apapun yang terjadi."
"Jingga juga nggak mau pergi dari rumah ini lagi, Jingga menyesal telah meninggalkan Ayah dan ibu, maaf jika selama ini Jingga banyak merepotkan kalian dan tak menghargai kasih sayang yang kalian berikan."
"Sudahlah, Nak. Kamu jangan membahas hal itu, lagian kamu hanyalah seorang anak, wajar jika kamu pernah melakukan kesalahan. Namun, sebesar apapun kesalahanmu kami akan tetap memaafkanmu. Ayah harap kamu belajar dari kesalahanmu," ucap Gunawan membuat Jingga pun mengangguk dan keduanya tetap berdiri di tempat sambil menikmati kemegahan rumah mereka, rumah itu adalah milik Jingga, mengingat Jingga adalah putri mereka satu-satunya.
"Ayah sudah mengurus perceraian mu, kamu tak akan menarik keputusanmu lagi kan?"
"Iya Ayah, aku ingin semuanya selesai dengan cepat, aku tak mau lagi bertemu dengan ayahnya Nabila. Jika perlu aku juga tak ingin dia menemui Nabila, aku akan merawat anakku sendiri."
"Ayah akan usahakan perceraianmu selesai secepat mungkin dan Nabila akan selalu bersamamu. Tapi, mengenai larangan Aditya menemui Nabila, ayahah rasa itu kurang tepat. Walau bagaimanapun Aditya adalah ayahnya, sebenarnya ayah bisa melakukannya. Namun, ayah juga memikirkan nasib Nabila, suatu saat nanti dia akan bertanya siapa ayah kandungnya dan merahasiakan darinya itu bukanlah keputusan yang tepat."
"Ayah apa tak masalah jika Nabila tumbuh tanpa sosok ayah? Aku hanya takut jika dia sampai diledek oleh teman-temannya saat ia sekolah nanti."
"Apa kau percaya pada ayah?" tanya Gunawan membuat Jingga pun mengangguk.
"Selesaikan dulu urusanmu dengan Aditya, setelah urusanmu sudah selesai ayah akan menikahkanmu dengan Gantara."
"Ayah, aku belum mau menikah. Aku takut akan mendapat perlakuan yang sama seperti apa yang dilakukan oleh mas Aditya padaku selama ini."
"Percaya pada ayah, Gantara bukanlah pria seperti itu. Gantara juga sudah menghubungi ayah jika ingin melanjutkan perjodohan kalian yang sempat tertunda."
"Apa Ayah sudah menyetujuinya?"
Gunawan menggenggam tangan putrinya. "Ayah pernah melakukan kesalahan dengan menerima perjodohan itu tanpa memberitahumu terlebih dahulu dan kali ini ayah akan menerima perjodohan itu jika kamu memang setuju, tapi saran ayah jika kamu percaya sama ayah, ayah minta kamu percaya sama Gagtara. Ayah yakin dia adalah calon suami yang terbaik untukmu."
Jingga terdiam sesaat kemudian ia menatap ayahnya. "Jingga percaya pada pilihan Ayah, Jingga setuju, tapi beri Jingga waktu."
"Tentu saja, Nak. Kami tak akan memaksamu menikah dalam waktu dekat dan sebaiknya kau dan Gantara saling mengenal dulu, setelah perceraianmu selesai, kami hanya memikirkan nasib Nabila dan nasib masa depanmu. Nabila membutuhkan sosok ayah, walau itu bukan didapatkan dari ayah kandungnya, ayah yakin sosok seorang ayah dapat didapatkannya dari Gantara."