Cecil seorang anak brokenhome yang selalu di hantui dengan perasaan takut menikah. Ia bersahabat dengan Didit yang ternyata mendekati Cecil bukan hanya sekedar sebagai sahabat. Bukan semakin terkontrol, Rasa kecewa yang mendesak Cecil ingin menjauhi siapa pun yang ingin membantunya. Apa yang membuat Cecil semakin kecewa dengan didit? Bisakah Didit meluluhkan hati Cecil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjamenanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Video viral
Aku langsung lari begitu turun dari motor, aku lihat chat dari gea kalau bundaku datang cari aku. Sambil terengah-engah aku masuk ke kamar Didit. Ada Didit, Bunda, Gea dan Ken.
"Kamu ikut bunda" muka Bunda berubah kesal. Kami ngobrol ditangga darurat. "Kamu ngapain ngelabrak mamanya Gilang?" Tanya bunda kesal dengan suara berbisik. Aku tunjukin chat ayah. Bunda memelukku " Kamu gak usah ngeladenin mereka. Uang Gilang juga sudah kita serahin ke mereka yang membutuhkan. Motor nanti akan bunda kasih ke tetangga kosannya Gilang dan mobil akan diberikan ke Ibu Kosnya Gilang. Sudah tenang kamu?" Bunda melepas pelukannya. "Sekarang fokus sama dirimu sendiri." Kami menuju ke kamar Didit. Didit udah mau pakai kursi roda. "Mau kemana kamu?" Tanya bunda dan aku. Gea memegang kursi roda, ken ngbantuin didit duduk. "Ini Tante, Didit maksa nyusul Cecil. Katanya kangen. Hahahaa.. kami ketawa. Didit balik lagi ke kasur. "Tuh, kan Tante beneran kangen" goda ken. Bunda cuma ketawa
"Maaf semua, Tante balik ke cafe dulu. Cecil jangan macem-macem!" Ken dan gea nahan ketawa. "Hati-hati, Tante" Gea dan Ken melambaikan tangan sambil nyengir. Ketawa mereka langsung pecah "ssstt.. tolong tenang, banyak pasien yang butuh istirahat disini " tegur perawat. Mereka langsung menunduk minta maaf.
"Darimana,Cil? Sampek ibumu buru-buru kesini" Ken dan Gea kembali duduk ke sofa
"ada urusan bentar" didit masih pasang muka khawatir "sebentarmu udah hampir 2 jam'an.Cil.
"Liat tuh dari tadi bingung nyariin kamu" gea memberi kode dengan matanya. Aku lihat jam dinding tapi pandanganku samar daan.. gelap.
Kulihat tangan kiriku dipasang infus. Sebelahku Gea yang memperhatiin kalau Aku sudah sadar, dia langsung cari perawat. Dokter memeriksaku.
"Hindari pikiran berlebih, istirahat yang cukup, jangan lupa makan. Tunggu cairan infusnya habis" jelas dokter. Gea dan Aku mengangguk. Gea melihat layar HP sambil mengetik. Dia lalu melihatku khawatir, memegang tanganku. "Aku gak ngerti rasanya jadi kamu. Tapi kita semua sayang kamu. Gak ada sedetik pun sahabat kamu, temen-temen sekelas nyalahin kamu soal kematian Gilang dan Tante Dini sekarang justru berterimakasih sama kamu. Beliau sekarang yang merasa bersalah sama Didit makanya bundamu lagi nemenin Beliau." Aku cuma bisa nangis terharu.
"Makasih Gea" gak lama fanya,vino,arga datang.
"Ini, dari mak lela. Bu kantin kita, bawain gorengan kesukaanmu" vino bawa kresek isi gorengan
"Kapaaan Mak Lela kasih ke Kamu?" Tanya fanya
"Aku bosen sama pelajaran Pak Teguh, jadi beli minum ke kantin. Terus Mak Lela nanya kemana Cecil. Aku bilang demam, dia langsung bungkusin gorengan. Aku bilang nanti aku ambil pulang sekolah" jelas vino. Kita cuma tepok jidat! Perawat minta teman-temanku bergantian menjengukku. Tapi kulihat infusku sudah habis. Mereka lalu ke kamar didit, yang punya kamar malah dateng nyamperin Aku.
"Balik sana. Aku dah selesai ini!" Suster membantu melepas infusku. Gea mau mengurus administrasiku, tapi kata perawat sudah dibayar. Yang bayar ternyata Vino. Didit kembali ke kamarnya dibantu Ken dan Sammy. Disusul yang lain. Aku masih menunggu Fanya dan Vino beli obat.
Gea "kirain vino itu suka sama kamu, ternyata dia perhatian sama kita semua. Kayak kemarin tau-tau dateng bawa buah dan ken juga disamperin juga. Bawain buah. Tapi waktu ku ajakin masuk, dia bilang udah aku gak sanggup ngobrol lagi. Hahaa.." gea meniru gaya vino. Kami ketawa.. Fanya datang bawa kursi roda
"Kita ke kamar Didit,yuk!" aku melihat kursi roda bingung
"Aku masih kuat kok" Gea nahan tawa.
"Tunanganmu maksa pake kursi roda" muka Fanya pasang wajah sebel. Aku menolak, menggandeng Fanya dan Gea.
"Ayo!" Kita menuju kamar Didit sambil cerita-cerita hal-hal lucu.
Dikamar Didit sudah ramai, "Mau sampai kapan Didit digantungin,Cil?" Baru juga masuk. Aku duduk disofa, Sammy tau-tau duduk disebelahku sambil menatapku penuh harap segera dijawab.
"Sam, ati-ati ada yang ngelempar gipsnya?" Goda Arga yang duduk di kasur sebelah kaki didit. Sebelahku Fanya. Sebelah Sammy,Gea dan yang lain duduk dikursi. Sammy masih berharap aku kasih aku jawaban. Aku ngeluarin HP lalu menelpon bunda. Risih kalau terus diliatin gitu. "Dicuekin" tawa Fanya. Aku keluar kamar menuju tangga darurat. Aku duduk situ "Bunda yakin sama Didit?" Bunda diam
"Buundd" Bunda menghela nafas " Kamu fokus dulu sama ujianmu. Tadi juga Bunda minta Didit bantu Kamu bisa lulus ujian sekolah. Jangan dipikir itu dulu. Wanita itu harus ada pendidikan dan karir. Jangan menopang hidup dengan suami. Paham Cecil?" Bunda lalu menutup telpon. Lagi-lagi sikap bunda kayak gini kalau aku mau ngjalanin hubungan dengan lawan jenis. Aku berdiri, Vino sudah berdiri dibelakangku. Dia mengajakku duduk "Cil, jaman udah beda. Mungkin kalau dijaman Ibu-Bapak kita, Istri masih bisa hanya menopang dari nafkah suami. Tapi, kita dijaman sudah gak ada rasa malu buat selingkuh terang-terangan. Kamu tetap harus kuliah, kejar karirmu." Aku seneng ada yang nasehati gini. Aku mengangguk. "Sebelum Kamu balik ke kamar, videomu ke sebar. Sammy udah minta di take down. Dia minta beberapa temannya bantuin biar video itu gak nyebar"
Aku lihat videoku marah-marah di bandara. Memang Aku gak kliatan. Tapi temen-temenku tahu itu Aku. Vino ngajak balik ke kamar. Tapi Aku minta tolong pamitin ke yang lain. Jujur, Aku malu ngadepin mereka.
Vino menahan langkahku, "aku anterin" Aku mundur sambil geleng-geleng. Aku nahan nangis, malu. Selama ini, diantara mereka cuma Didit yang tahu Ayahku selingkuh. Mereka hanya tahu orangtuaku cerai tanpa tahu alasannya. Aku pesan ojek online menuju ke rumah. Setelah motor datang, Aku naik dan mematikan HPku yang terus berdering. Aku langsung kunci kamarku, masuk ke dalam selimut. Aku nangis.
Tok... tokkk... tok! Aku bangun dengan mata sembab. Ku lihat jam 1 siang. Aku duduk. TOKK..TOKK! Suara ketukan makin keras. Ku buka pintu, ada Didit dengan kursi rodanya. "Jangan bilang Kamu mau nginep sini?"
Didit pegang buku "Dan jangan bilang kamu gak mau belajar?" Didit pergi ke ruang tamu. Aku ngikutin Didit, disana ada Bunda.
"Bund, usir ini anak" Bunda hanya diam. Didit membuka buku lembar tes.
"Kamu ngapain? Ayo kerjain." Bunda melihat Didit.
"Kalau nilai ujian Cecil diatas 8. Kalian boleh nikah setelah lulus SMK dengan syarat Cecil tidak dilarang untuk kuliah atau pun berkarir." Aku dan didit sama-sama kaget
"Buund,, akuuu.. " belum sempet nglanjutin udah dipotong sama Bunda
"kalau Dia macem-macem, Bunda duluan yang mukul dulu" Aku diam. Didit senyum semangat. Didit memberi kode untuk mengerjakan pertanyaan yang ia pilih. Aku ijin mandi dulu. Setelah mandi aku kerjakan soal yang diberikan didit. Didit memperhatikanku dengan senyum-senyum
"Didiiiit. Fokus ngajar!" Kami lupa ada Bunda yang duduk sambil memegang HP.
"Dit, tante bisa aja berubah pikiran.lohh!" Didit langsung diem. Bunda dan aku ketawa. Sudah sore, Didit dijemput drivernya.
"Besok kamu mending sekolah. Temen-temen udah nungguin kamu. Video sudah terhapus." Didit pamit ke bunda. Tangan didit ke gips dan ternyata ga bisa digerakin. Aku masuk ke dalam rumah mengambil HP di laciku. Didit seperti kecewa aku tiba-tiba masuk. Waktu keluar, didit sudah ada di dalam mobil dengan kaca yang dibuka. Dia lagi ngobrol sama bunda. Aku serahin HPnya ke Didit. "Ga kamu buka.kan?" Didit menghidupkan HP lalu melihatku. "Kamu tahu passwordnya?" Aku mengalihkan pandanganku. Mobil mulai jalan. Aku dan Bunda masuk ke dalam. "Gak perlu khawatir dengan pandangan orang ke kamu. Selama kamu ramah, suka nolongin orang lain. Bunda yakin mereka akan cuek dengan keburukkanmu"
Besoknya aku naik motor ke sekolah, seperti biasa sahabat-sahabatku menunggu diparkiran kecuali Didit. Mereka seperti biasa tanpa menanyakan kejadian di video yang tersebar. Sampai di kantin, justru ini yang kutakutkan. Tiba-tiba ada yang menirukan gayaku saat melabrak mama Gilang. Vino menahan Arga dan Sammy yang emosi. Aku menunduk malu. Lalu Dia datang ke Aku. "Kalau aku jadi kamu,aku udah siapin bensin. Ku bakar idup-idup. Aku dukung kamu" aku bingung maksud dia ngejek atau beneran ngdukung aku
"Udah saaanaa!"usir Fanya. Dikelas pun aku masih khawatir dengan reaksi teman-temanku. Ada yang memandangku, tapi lebih banyak yang cuek. Aku masih menunduk. Siku gea dari tadi goyang-goyang. Kepalaku dipukul buku!
Pak Deri disampingku "Di balik sebuah kejadian heboh yang kita lihat pasti akan ada berbagai komentar dan reaksi. Jika kejadian itu terjadi pada kita, suka tidak suka kita harus menerimanya." Pak deri menepuk bahuku lalu berjalan ke depan
"Masa depanmu, tergantung bagaimana pemikiran dan segala usahamu." Lanjut Pak Deri.
"Kukira Cupu, ga taunya ngikutin beritanya." bisik gea. 'Tuk!' Penghapus pensil tepat didahi Gea.
"Ambil, Gea. Ok, Kita lanjut!"
...****************...