Sosok gadis manja dan ceria berubah menjadi gadis yang bersikap sangat dingin saat ayah yang begitu dia sayangi menyakiti hati ibunda tercinta. Ara menjadi gadis yang dewasa, bertanggung jawab pada keluarga dan sangat menyayangi keluarganya. Itu sebabnya Ara berusaha melakukan apapun untuk membahagiakan ibu dan kedua adiknya, termasuk menjadi wanita simpanan dari seorang bule tajir.
Seorang Bule yang Ara sendiri tidak tahu siapa namanya, karena yang Ara tahu hanya nama panggilan pria itu, yaitu Al.
"Jangan tanya namaku! Dan jangan mencoba mencari tahu siapa aku! Hubungan antara kita hanya sebatas ranjang, selebihnya aku tidak mengenalmu dan kau tidak mengenalku."
Ucapan bule tajir itu saat dulu membuat kesepakatan dengan Ara, menjadi hal yang selalu Ara ingat untuk membentengi hatinya.
Bagaimana kelanjutan kisah Ara?
Masukan buku ini ke rak baca kalian, ikuti ceritanya dan dukung selalu authornya. Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Fi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bule 17
Sentuhan itu terasa sangat familiar, begitu menggelora sampai membuat tidur Ara gelisah dan tidak tenang. Wanita itu melenguh, mencoba memiringkan tubuh untuk mencari posisi nyaman dan kembali tidur.
Tetapi, betapa terkejutnya dia saat kakinya tersentak dan kembali terbuka. Reflek hal ini membuat Ara membulatkan matanya lebar-lebar. Dia terkejut saat mendapati Al sudah berada di atas tubuhnya. Wajah lelaki itu terlihat dari kedua pahanya yang sedang terbuka.
"Al, apa yang kamu lakukan?" tanya Ara dengan suaranya yang serak, khas seorang bangun tidur. Memang, Ara baru sempat memejamkan mata setelah tadi meratapi kesedihannya sendiri. Dan saat dia mulai terjun ke alam mimpi, dia tak menyangka jika pria bulenya itu sedang memainkan dirinya.
"Sssttt ... kembalilah tidur, Sayang. Biarkan aku sibuk dengan aktivitasku," kata Al, tersenyum begitu lebar saat menatap Ara.
"Bagaimana bisa aku tidur nyenyak jika kamu seperti ini?" keluh Ara seolah tidak terima. Dia baru saja mengumpulkan semua tenaga untuk beranjak bangun, ketika Al menyeret kakinya dan kembali menyuruhnya untuk tiduran.
"Jangan menolak, Ara ... aku sangat menginginkanmu saat ini. Tidak tahukah kamu jika aku sangat merindukanmu?"
Ucapan Al, diiringi dengan masuknya jari lelaki itu dalam tubuhnya. Membuat Ara mendesah nikmat, dan reflek memejamkan mata sambil menggigit kecil bibirnya. Sepertinya, pria bulenya itu kembali membuat stamina bercintanya kembali bangkit di malam yang beranjak fajar sekarang.
Ara terbuai, permainan Al kembali membuatnya terlena. Dia mengusir rasa kantuknya, dan memilih kembali berjaga untuk menikmati apa yang dilakukan Al.
"Kamu memang yang terbaik, Ara."
Pujian itu membuat Ara bagaikan di angan-angan. Membawanya terbang jauh di atas awan. Hatinya terasa berbunga-bunga. Dan euforia itu terasa menggelitik di perutnya.
Ara tersenyum, lalu menjambak rambut Al agar lelaki itu mendongak. Ketika mata mereka bertemu, Ara segera berkata, "Kamu juga yang paling terbaik di antara segalanya, Al."
Melihat Al tersenyum, membuat Ara percaya diri jika pria bule itu juga menyukainya. Ara menarik Al untuk naik, karena dia sudah tak tahan dengan miliknya yang sudah berdenyut kencang.
Pria bule itu tak menolak, melakukan apa yang diinginkan Ara. Setelah berhasil masuk, dia menggoyangkan miliknya naik dan turun. Tak sampai di sana, tangan Al juga ikut berselancar di bagian bukit kembar Ara. Memberikan sentuhan dan pijatan-pijatan lembut pada buahnya yang kenyal.
"Aku tak pernah salah memilihmu. Nyatanya, kamu memang selalu bisa melayaniku. Memberikanku kepuasan, serta menjadi kebahagiaan hidupku di atas ranjang."
Kalimat yang diucapkan Al dengan sedikit terengah itu, entah kenapa membuat hati Ara tertotok. Spontan, dia merasa jatuh dari ketinggian. Rasa nikmat yang sejak tadi dia rasakan, berubah menjadi kesakitan yang begitu mendalam.
Dia salah! Ara mengira jika Al juga menyukainya. Seperti dirinya yang entah sejak kapan juga menyukai pria bule itu. Tapi nyatanya?
Tidak, Al tidak menyukai dirinya sepenuhnya. Hanya tubuhnya yang disukai oleh lelaki itu. Hanya karena dia memberikan kepuasan surga dunia, makanya pria itu senang padanya. Nyatanya, ucapan rindu pria itu hanyalah bualan. Karena bukan dirinya yang Al maksud, melainkan hanya tubuhnya saat beradu di atas ranjang.
Ara tiba-tiba menjadi sesak, dan dia tersenyum begitu getir. Memanfaatkan Al yang sedang bersandar di pundaknya, Ara cepat-cepat menghapus sudut matanya yang sudah berair.
Suara ******* Al membuatnya tersadar, dan ketika lelaki itu mendongak, Ara segera memberikan ciuman. Dia tidak ingin Al melihat ekspresi wajahnya yang kini tampak muram. Ara memberikan pria itu pengalihan, agar dirinya juga kembali fokus.
Ara berusaha menghempaskan semua pikiran buruk yang membuat hatinya sedih. Dia ingin melupakannya. Setidaknya untuk sesaat, dia tidak ingin kebersamaannya dengan Al terasa hambar.
Wanita itu kembali memusatkan pikirannya sampai dia kembali merasakan kenikmatan yang diberikan oleh Al. Meskipun otaknya berusaha berpikiran logis saat ini, tetapi tetap saja hatinya berkata lain.
Nikmati saja semuanya Ara. Nikmati sentuhannya, nikmati waktumu saat bersamanya. Sebelum dia menjauh karena bosan padamu. Gumam Ara dalam hati memperingatkan dirinya sendiri.
"Setidaknya untuk saat ini," ucapnya lirih, yang ternyata didengar oleh Al.
"Apanya yang saat ini, Sayang?" tanya Al heran, sambil menaikkan sebelah alisnya menggoda.
Ara hanya membalasnya dengan senyuman. Dia tak menyangka jika apa yang terpikir olehnya, lolos dari bibirnya begitu saja.
"Saat ini, aku hanya ingin selalu bersamamu," kata Ara kemudian, mengalihkan kalimatnya yang pertama.
Dia menatap Al lekat, lalu menarik tengkuk pria itu dan kembali memberikan ciuman. Kali ini, Ara mempertaruhkan segalanya. Menunjukkan sisi liarnya di bawah Al dengan sangat menggoda.
Ara bahkan nekat, membalik tubuh Al agar dirinya kini bisa gantian di atas untuk mendominasi pria itu.
Ya, nikmati.