Dua wanita kembar yang menjalani takdir masing masing. Inha dengan karakter pendiam dan terpaksa menikah dengan seorang duda beranak satu dan Inka yang selalu ceria dan mencintai seorang pria yang terlihat tidak menyukainya .Namun, ternyata ia salah karena pria itu selalu menyukai dalam diam.
Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja? Mampukah Inha menerima status sebagai ibu sambung di usia muda nya?
Bisakah Inka keluar dari situasi tersulit di hidupnya?
Selamat membaca.... 🥰😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Han_hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Inka merasa aneh karena Inha berada di ruang karaoke dan suara nya terdengar seperti petasan meletus. Saat ini rumah sepi karena kedua orangtuanya pergi ke Bandung untuk menghadiri suatu acara.
"Mas Fafa, itu beneran suara Inha? " Inka bertanya pada kakaknya karena tidak yakin dengan pendengaran nya. Biasanya suara Inha merdu, tidak seperti hari ini. Penuh dengan lengkingan dan tidak jelas intonasi nya.
"Memang siapa lagi klo bukan dia. Sudahlah kau jangan menganggu, mungkin dia sedang banyak pikiran. "
" Banyak pikiran? Tentang apa? "Inka mulai bertanya-tanya
" Entahlah, bisa jadi dia sedang memikirkan lamaran si duda itu. Bisa jadi Inha mulai menerimanya. " Pikir fafa
"Whatt!! Seriusan. "
" Kalau terkejut tidak perlu pakai kuah,ini wajah bukan tempat sayur Ka!!"Fafa terlihat kesal sembari mengusap wajahnya dengan sapu tangan. Air liur Inka terpecik ke wajahnya
" Cuma sedikit juga, mau nambah tidak biar nggak sawan sini aku sembur ubun-ubun nya juga. " Kelakar nya dengan gaya cengengesan.
Fafa kian kesal.
"Jadi beneran Inha mau dengan duda itu, beneran?? " Tanya nya dengan tidak percaya
"Inka, apaan sih! " Fafa tak menghiraukan pertanyaan adiknya,justru ia kembali mengusap wajahnya untuk kesekian kali. Menjijikkan.
" Kalau bisa direturn, gue bakal bilang sama mama Navysah wat nge -return lu masuk ke dalam rahim lagi. Kesel banget gue sama lu!! "
" Dih apaan sih!, mas Fafa nanti bakalan kangen kalau aku tidak ada. Kalau aku pergi nanti juga nyariin. "
"Ah, siapa juga yang kangen. Paling lu pergi beli cilok, baso,nasi goreng depan jalan, tahu gue kelakuan lu yang doyan makan malem hari. "
Inka tergelak tawa. Fafa selalu tahu apa yang dilakukan nya di tengah malem.
"Pertanyaanku belum dijawab,jadi beneran Inha mau dengan duda itu? "
"Tidak tahu markonah! " Fafa mencubit pipi adiknya, " Kan mas tadi bilang bisa jadi atau mungkin saja."
Namun matanya kini melihat Inha dari jendela ruangan. Terlihat tidak bahagia adiknya. " Aku akan bicara serius padanya. "
Namun tangan nya dicekal oleh Inka. "Emang mas Fafa bisa serius, biarkan saja Inha melampiaskan emosinya dengan bernyanyi. Selama tidak menganggu ternak warga biarkan dia seperti itu jangan merusak suasana hatinya. "Kelakar nya
"Eh, bangke! Gini-gini gue bisa serius dan Lu kira Inha kuyang yang doyan makan ternak warga" Fafa menoyor kepala adiknya dengan gemas. Tidak habis pikir disaat seperti ini Inka masih bisa bercanda.
"Ih, mas Fafa payah tidak bisa ngertiin hati wanita. " Inka merajuk berlalu meninggalkan kakaknya yang masih terdiam sekaligus bingung.
"Ngomong apa sih si kerupuk seblak! Kagak jelas banget lu!! "
" Sudahlah,urusan Inha nanti saja biarkan dia menenangkan diri. Besok aku akan tanyakan perihal duda itu. " Fafa akhirnya pergi menjemput istrinya yang sedang belanja di Mall.
***
Seperti rutinitas biasanya Inha pergi ke restoran dan Inka pergi ke tempat kerjanya. Namun sudah dua hari Inka selalu pulang malam. Ia seperti wanita yang gila kerja, bahkan mampu melakukan live streaming lebih dari 6 jam.
"Aku melakukan ini agar lupa dengan Antoni. " gumamnya dalam hati. Tidak mudah memang melupakan orang yang dicintai apalagi dia cinta pertama, namun Inka sudah bertekad tidak ingin menoleh kebelakang. Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan dan cinta yang bertepuk sebelah tangan. Inka harus move on darinya.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan ia mengakhiri pekerjaannya. Namun pak Ari belum juga menjemputnya. Ia mengambil ponsel dan menghubunginya. Dan benar saja, pak Ari sedang mengantar Inha pergi ke rumah tante Imelda.
"Non pulang sendiri lagi, pak Ari tidak jemput ya? " Tanya salah seorang karyawan Inka. Ia melihat wajah murung bos nya. Memang beberapa hari ini Inka selalu pulang memakai taksi online karena sang sopir tidak menjemput.
"Iya." Jawabnya dengan lesu. Inka sedikit kesal karena Inha selalu menjadi prioritas pak Ari, bukan kali ini saja dia mengalah bahkan sangat sering hingga Inka mau tak mau sering dijemput Khaffi.
" Telepon mas Khaffi saja Non, ini sudah malam. " Ujar karyawan itu.
Berulang kali Inka menelepon namun tidak ada jawaban dari Khaffi.
"Sepertinya dia sibuk. Tapi si Khaffi sibuk apa ya, kerja jg main-main saja begitu. " Inka bermonolog. Memang sepupu nya yang satu itu mirip Fafa, lebih suka main di luar daripada fokus kerja.
"Non tidak mau telepon tuan Raffa atau mas An.. " Suaranya menggantung di udara, lupa kalau nona nya sedang berusaha melupakan pria itu.
Hanya helaan nafas panjang yang terdengar dari Inka. "Begitu sulitkah melupakan pria itu. " gumamnya dalam hati
"Aku pergi. "
"Non, tunggu dulu. Biar Rusdi yang antar Non pulang. Ini sudah malam, takut kenapa-napa. " ujar Novi
"Aku tidak apa-apa pulang sendiri dan sudah pesan online. "
Bertepatan dengan suara klakson mobil dari arah luar. Inka segera berlari sembari tersenyum ceria. "Aku pergi dulu. "
Novi melihat bos nya pergi dengan perasaan cemas. Entah mengapa perasaan nya tidak enak. " Ya Alloh tolong jaga Non Inka. "
wkwkkwkw
🤭🤭