NovelToon NovelToon
Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Roman-Angst Mafia
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.

Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.

Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Resmi Menikah

Saat mobil berhenti di depan gedung acara pernikahan berlangsung, Intan menunggu di dalam mobil selama hampir dua puluh menit, dan tidak ada yang datang menemuinya.

Julian, sekretaris Sean sudah di pintu mobil, menunggu Intan untuk keluar. Mereka tidak diberi tahu bahwa Intan buta, dan sekretaris itu mengira Intan begitu angkuh sampai-sampai menunggu seseorang membukakan pintu untuknya, seperti wanita-wanita kaya manja lainnya yang sering dia temui.

"Wah, apa aku harus berurusan dengan perempuan yang bahkan tidak mau keluar dari mobil kalau tidak ada yang membukakan pintu untuknya? Aku kasihan padanya, tapi melihat betapa sombongnya dia, aku jadi tidak peduli lagi." Ucap Julian kesal.

Julian lalu berjalan ke pintu dan membukanya tanpa berkata apa-apa, dan Intan pun terdiam beberapa saat. Julian merasa semakin kesal karena Intan belum juga mau keluar dari mobil.

"Nyonya? Apakah Anda menunggu saya menggelar karpet merah?" Tanya Julian sinis.

"Apa? Oh, maaf. Papaku bilang dia akan datang untuk menyambut ku, tapi sepertinya dia juga lupa." Ucap Intan.

"Ugh, kau mau keluar atau tidak?" Julian semakin kesal.

"Bisakah kau membantuku?" Tanya Intan.

"Yang benar saja? Kenapa? Apa kau tidak bisa keluar sendiri? Kau buta, ya? Apa kau tidak lihat kalau aku sudah membukakan pintu untukmu?" Teriak Julian semakin kesal.

"Ya, aku memang buta. Bisakah kau membantuku sekarang?" Tanya Intan dengan tenang.

Julian kemudian menatap wajah Intan yang ditutupi kerudung tipis dan merasa malu atas perlakuannya.

"Maaf. Kami tidak diberi tahu bahwa Anda buta." Ucap Julian menyesal akan perlakuannya tadi.

"Tentu saja tidak. Papaku tidak akan mengungkapkan cacat pada suatu produk yang dijualnya sebelum menerima pembayaran." Balas Intan.

"Papa Anda menerima pembayaran dan mengatakan dia harus pergi karena ada urusan penting. Saya perlu memberi tahu atasan saya tentang hal ini. Bisakah Anda menunggu di sini?" Ucap Julian.

"Tentu saja! Aku akan menunggu. Lagipula tidak ada yang bisa aku lakukan." Balas Intan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pria yang diajak bicara oleh Intan sebelumnya tadi butuh waktu yang lama untuk kembali.

"Pak Driver? Apa kau masih di sini?" Tanya Intan pada supir mobil yang ditumpanginya.

"Ya, Nyonya." Jawab sopir itu.

"Bisakah kau menunjukkan jalan kepadaku menuju pintu masuk gedung ini?" Ucap Intan.

"Tentu saja, Nyonya!" Balas sopir itu.

Intan meletakkan tangannya di lengan sopir itu dan dia membawa Intan ke tempat yang diminta Intan tadi.

Intan lalu mengucapkan terima kasih dan mendengar langkah kaki sopir itu menjauh. Intan lalu melangkah beberapa langkah dan mendengar suara-suara, suara berat dengan nada jengkel yang kentara.

"Buta? Ini akan menghancurkan semua rencanaku, si brengsek itu sudah membohongiku. Aku akan membunuhnya karena sudah berani menipuku." Ucap Sean.

"Tidak perlu membunuhnya..."

Sean menoleh ke arah suara itu, seorang wanita bertubuh langsing berdiri di pintu dengan wajah terhalang cahaya, sehingga sulit untuk melihat wajahnya.

"Kau pikir kau siapa, ikut campur dalam sesuatu yang bukan urusanmu?" Ucap Sean kesal.

"Pak, ini calon istri Anda, Nyonya Intan Berlian." Ucap Julian.

Intan mengambil beberapa langkah hati-hati ke dalam gereja dan Sean akhirnya melihat wajahnya.

Intan memang wanita yang sangat cantik, tapi Sean tidak tertarik pada kecantikan. Dia membutuhkan seseorang untuk bertanggung jawab dan menjadi kambing hitam atas kedok yang diciptakan perusahaan untuk pencucian uang.

"Apakah kau mendengar semua yang kami katakan?" Tanya Sean.

"Ya, karena aku buta, bukan tuli!" Jawab Intan santai.

Sean mendekat dan memegang leher Intan begitu erat hingga Intan hampir kehilangan pijakannya.

"Kau merasa ini lucu ya? Singkirkan dia, orang cacat ini tidak akan berguna untukku." Ucap Sean pada Julian.

Ketika Sean melepaskan Intan, sambil melontarkan kata-kata itu, Intan mulai batuk dan menggosok lehernya.

"Tidak berguna? Serius? Itu bukan penghinaan terburuk. Apa yang bisa kau pikirkan? Kau harus mengambil kursus kilat dengan keluargaku, mereka tahu betul cara menghinaku. Begini, kau sudah membayarnya dan tidak akan menerima uang itu kembali lagi padamu. Bukankah akan merugikan jika kau menyingkirkan ku? Mengingat calon istri pertamamu bunuh diri. Jika aku menghilang, kecurigaan akan muncul di ranah publik." Ucap Intan.

"Lalu apa saranmu?" Tanya Sean.

"Sederhana, menikahlah denganku!" Jawab Intan dengan berani.

"Haha, kau bercanda!" Seru Sean tertawa mengejek.

"Apa masalahnya? Bagimu, aku hanyalah pengganti dari rencanamu." Ucap Intan.

"Dan apa yang ingin kau dapatkan dari pernikahan ini? Karena aku tahu kau pasti menginginkan sesuatu, mereka semua selalu menginginkannya!" Ucap Sean.

"Ya, tentu saja aku mau sesuatu." Balas Intan.

"Katakan padaku!" Titah Sean.

"Aku ingin balas dendam pada Papaku, adik perempuanku, dan mantan tunanganku." Ucap Intan.

"Aku bisa membunuh mereka, itu hanya masalah kecil." Balas Sean.

"Tidak! Aku tidak ingin kau menyakiti mereka, cukup ambil semua yang paling mereka hargai, uang, ketenaran, dan status. Lakukan itu, dan aku tidak keberatan dimanfaatkan untuk rencana jahat mu." Ucap Intan.

"Tahukah kau konsekuensi apa yang akan kau hadapi pada akhirnya?" Tanya Sean.

"Aku tidak punya apa pun lagi yang aku pedulikan." Jawab Intan.

"Bagus! Kalau begitu, kurasa kita bisa menikah." Ucap Sean.

"Hebat!" Seru Intan.

Intan mengulurkan tangannya kepada Sean, dan butuh beberapa detik untuk Sean menggenggamnya. Saat Sean menyentuh Intan, dia merangkul lengan Sean dan berjalan di sampingnya. Mereka pergi ke penghulu dan dia melakukan upacara singkat. Mereka menandatangani surat-surat dan meninggalkan gedung itu dalam keadaan menikah.

Sekretaris sekaligus tangan kanan Sean, Julian membantu Intan masuk ke mobil, dan begitu mereka masuk, Sean meminta Julian untuk mengantar mereka pulang ke rumah. Setibanya di sana, Intan kembali dibantu oleh Julian untuk turun dari mobil.

"Terima kasih banyak atas bantuanmu." Ucap Intan ramah.

"Kamar tidurnya ada di lantai dua. Lebih baik saya mengantar Anda ke sana." Ucap Julian.

"Dia bisa tinggal di kamar bawah." Ucap Sean.

"Tapi Pak, satu-satunya ruangan di lantai bawah adalah..."

"Aku tahu." Ucap Sean menyela Julian. "Tapi dia tidak akan ada di sini selamanya. Akan lebih baik baginya untuk tidak mematahkan lehernya jika jatuh dari tangga. Aku hanya memikirkan kesehatanmu, istriku tersayang." Ucap Sean.

"Haha, kau sama sekali tidak khawatir padaku, kau cuma berusaha menyembunyikan ku. Tapi aku tidak masalah dengan hal itu, tolong tunjukkan saja jalannya." Ucap Intan.

"Bi Lila..." Teriak Sean.

"Ya, Pak..." Balas seorang wanita berusia empat puluhan tahun bernama Bi Lila.

"Ini…

"Intan, namaku Intan Berlian, panggil saja Intan. Senang bertemu Anda." Ucap Intan.

Dia mengulurkan tangannya di depan Bi Lila, dan menatapnya dengan aneh tapi menjabat tangannya untuk memberi salam, dan Intan tersenyum.

"Dia akan jadi teman sekamar Bi Lila untuk sementara waktu. Dia akan butuh bantuan Bi Lila untuk berkeliling rumah ini." Ucap Sean.

"Tentu saja, Pak. Mari ikut saya, Nyonya. Saya akan membantu Anda." Ucap Bi Lila.

Intan mengulurkan tangannya ke arah suara Bi Lila, dan baru saat itulah Bi Lila menyadari mengapa bosnya mengatakan bahwa Intan butuh bantuan untuk bergerak.

Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!