NovelToon NovelToon
Dijual Keluarga Pada Mafia Kejam

Dijual Keluarga Pada Mafia Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Elfrida Sitorus

Dijual kepada mafia kejam, Arini disiksa dan dikurung dalam neraka bernama cinta. Tapi tak seperti gadis lemah dalam dongeng, Arini memilih bangkit. Karena tidak semua cinta pantas diperjuangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfrida Sitorus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 2

Pakaian yang disiapkan itu masih tergeletak di atas ranjang. Gaun hitam ketat dengan belahan dada dalam dan rok pendek yang nyaris tak menutup paha. Di sampingnya, lingerie merah tipis yang bahkan tak layak disebut pakaian.

Arini menatapnya dengan jijik. Jantungnya berdebar tak karuan. Ia merasa seperti sedang bersiap dikirim ke altar bukan sebagai pengantin, tapi persembahan untuk monster.

“Tidak,” gumamnya. “Aku tidak akan pakai ini.”

Tapi tak lama kemudian, pintu terbuka. Wanita tadi kembali masuk, kali ini dengan ekspresi lebih keras.

“Tuan Leonardo akan naik dalam lima belas menit. Jika kau belum siap... dia akan menyiapkanmu sendiri.”

Nada kalimat itu dingin, mengandung ancaman yang tak bisa diabaikan.

Arini menelan ludah. Tangannya gemetar saat menyentuh gaun itu. Ia mengenakannya perlahan, dengan rasa malu dan marah yang bercampur. Saat melihat dirinya di cermin, ia hampir tak mengenali gadis itu. Wajahnya sembab, rambutnya kusut, dan tubuhnya dibungkus pakaian yang hanya dipakai untuk menyenangkan pria.

Saat pintu kamar terbuka lagi, langkah kaki itu terdengar lebih berat. Aroma parfum mahal bercampur dengan aura bahaya memenuhi ruangan.

Leonardo berdiri di ambang pintu, memandangi Arini dari ujung kepala sampai kaki. Ia tersenyum miring.

“Cantik. Aku suka kepatuhanmu.”

Arini membuang muka. “Aku tidak patuh. Aku hanya tidak ingin dipermalukan lebih dari ini.”

Leonardo melangkah masuk, menutup pintu perlahan. “Kau harus terbiasa dipermalukan, Arini. Dunia ini tidak punya belas kasihan pada orang lemah.”

Ia mendekat dan mengangkat dagu Arini dengan dua jarinya. “Tapi jangan khawatir. Aku akan mengajarkanmu cara bertahan hidup.”

“Dengan menyiksaku?” bisik Arini. “Dengan menyetubuhiku seperti boneka?”

Leonardo mengerutkan kening. “Kau pikir kau tahu arti penderitaan? Belum. Tapi kau akan tahu.”

Tangan besar itu menarik Arini ke pelukannya. Gadis itu memberontak, memukul dadanya, meronta, menggigit tapi Leonardo seperti batu. Tak bergerak, tak bergeming. Ia hanya memeluk lebih kuat, lalu mendorong Arini ke dinding.

“Aku bisa menghancurkanmu dalam sekejap,” bisiknya dingin. “Tapi aku tidak akan melakukannya. Karena aku ingin kau merasakan setiap detik neraka ini.”

Air mata Arini jatuh lagi. Bukan karena takut, tapi karena hatinya terasa kosong. Luka yang tak terlihat jauh lebih menyakitkan.

“Aku benci kau,” lirihnya.

Leonardo tersenyum tipis. “Benci adalah awal dari ketergantungan. Sebentar lagi, kau akan membenciku... sambil tetap mencariku.”

"itu tidak akan pernah terjadi tuan Leonardo yang terhormat,teruslah bermimpi."

Malam itu, Arini tidak tidur di ranjang. Ia meringkuk di lantai dingin kamar mandi, masih mengenakan gaun yang kini basah oleh air mata dan muntah.

Tubuhnya tak disentuh malam ini. Tapi ancaman Leonardo cukup untuk menghancurkan pikirannya.

Ia memeluk lutut, gemetar. Tidak ada tempat aman. Tidak ada yang bisa ia percaya. Bahkan dirinya sendiri pun mulai ia ragukan.

Tapi di tengah kegelapan, muncul satu suara kecil dalam benaknya:

Kau bisa hancur. Atau kau bisa bertahan. Pilih satu, Arini.

Dan untuk pertama kalinya sejak hidupnya dijual, Arini mulai membisikkan jawaban pada dirinya sendiri.

“Aku akan bertahan. Aku akan keluar dari tempat ini. Dan aku akan membuatmu menyesal.”

Setelah menghabiskan waktu di lantai kamar mandi, tubuh Arini gemetar, kedinginan, tapi pikirannya terlalu panas untuk bisa beristirahat. Wajahnya pucat, rambutnya berantakan, tapi ia belum bisa menangis lagi. Tangisannya sudah habis sejak tadi.

Namun ketukan keras di pintu memaksanya kembali ke dunia nyata.

Tok. Tok.

"Bangun dan bersiap. Tuan menunggumu di ruang makan," suara dingin wanita pelayan yang sama terdengar dari balik pintu. Tak ada rasa simpati. Tak ada kelembutan.

Arini mendesah, menghapus sisa air mata di wajahnya. Ia tidak diberi pilihan. Ia harus bangkit. Bahkan jika tubuhnya menolak, pikirannya belum siap, dan jiwanya koyak.

Ia berganti pakaian dengan dress polos yang tergantung di pintu lemari. Masih elegan, tapi jauh lebih tertutup daripada yang sebelumnya. Arini bersyukur, setidaknya hari ini ia tidak harus mengenakan pakaian yang mempermalukannya lagi.

Langkahnya pelan menuruni tangga. Mansion itu terlalu besar, terlalu sunyi. Setiap suara tapak kakinya terasa menggema. Di ruang makan, Leonardo sudah duduk di ujung meja panjang, mengenakan kemeja putih dan jas hitam, terlihat seperti raja dalam istananya yang dingin.

"Makanlah," ucapnya datar tanpa menoleh.

Di depannya, hidangan mewah tersaji daging steak yang masih mengepul, sup krim hangat, dan roti buatan chef pribadi. Tapi semua itu terasa seperti racun bagi Arini.

Ia duduk diam di kursi yang disediakan. Piringnya kosong, meski pelayan telah menyendokkan makanan.

"Kau tidak lapar?" tanya Leonardo akhirnya, menyesap anggur merah dalam gelas kristalnya.

Arini menatap piringnya. "Aku lebih kenyang dengan rasa benci."

Leonardo meletakkan gelasnya perlahan, lalu menatap Arini. “Jaga mulutmu.”

"Aku akan menjaganya. Tapi jangan harap aku bisa berpura-pura menikmati semua ini, setelah hidupku kau rampas."

Leonardo menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap gadis itu lekat-lekat. “Kau pikir kau sedang disiksa? Ini baru permulaan, Arini. Aku bisa memberimu neraka yang jauh lebih panas dari ini.”

"Apa yang kau dapat dari semua ini? Menyiksa gadis yang bahkan tak tahu dosa ayahnya?"

Wajah Leonardo tiba-tiba berubah. Sorot matanya dingin, tapi di balik itu ada sesuatu… dendam. Luka lama yang membeku.

“Karena ayahmu bukan hanya berutang. Dia telah menghancurkan hidupku. Dan kau… adalah cara paling indah untuk membalasnya.”

Arini menelan ludah. Ada emosi di balik suara itu. Luka yang dalam. Tapi tetap saja, itu tidak membenarkan semua penyiksaan ini.

“Lalu setelah kau puas membalas dendam, apa aku akan kau buang? Atau kau bunuh?”

Leonardo tertawa kecil, tanpa humor. “Belum kupikirkan. Mungkin. Mungkin juga tidak. Tergantung seberapa baik kau bisa menghiburku.”

Seketika Arini berdiri, napasnya memburu. Ia menatapnya penuh kebencian. “Kau pikir aku akan menyerah? Kau salah. Aku akan keluar dari tempat ini. Dan saat hari itu datang, kau akan kehilangan satu-satunya kesempatan untuk merasa menjadi manusia.”

Pelayan di sudut ruangan tampak tegang, menahan napas. Leonardo sendiri masih duduk tenang, hanya tersenyum tipis.

"Bagus," ujarnya. "Akan lebih menarik kalau kau melawan. Aku menyukai tantangan."

Arini berbalik dan melangkah cepat keluar dari ruang makan, menahan air mata yang hendak jatuh lagi. Ia tak ingin Leonardo melihatnya rapuh. Tidak malam ini. Tidak lagi.

Malam itu, ia kembali duduk di lantai kamar, memandangi jendela tinggi yang tak bisa dibuka. Ia mencoba mengingat peta rumah ini. Tangga, lorong, posisi penjaga, gerbang utama. Ia harus tahu semua celah jika ingin kabur.

“Aku harus kuat. Kalau tidak, aku akan mati di tempat ini. Entah jiwaku, atau ragaku.”

Di meja kecil dekat ranjang, ia temukan sebuah buku catatan kosong dan pulpen. Tanpa tahu apakah ini aman atau tidak, ia mulai menulis:

Hari pertama,aku dikurung,disiksa batin. Tapi aku belum kalah,Aku akan mencatat semuanya. Aku tidak akan membiarkan mereka menghapus siapa aku.

Tangannya gemetar saat menulis, tapi ada sedikit rasa lega. Seolah dengan menulis, ia mengambil kembali sepotong kecil dari dirinya yang hilang.

Dan malam itu, sebelum tidur, Arini mengucap satu kalimat dalam hati bukan doa, tapi janji.

Aku tidak akan menjadi budak. Aku akan menjadi korban yang selamat. Aku akan pergi dari sini. Dan saat aku bebas, aku akan pastikan Leonardo Dirgantara tahu… siapa yang sebenarnya kalah.

1
KLOWOR GAMING apa??
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
moa_dubadu_wariwari
Saya sudah tak sabar nunggu kelanjutannya, tolong secepatnya update thor!
Mar Briyith ER
Aksinya keren banget, semangat terus author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!