Budi seorang remaja tampan tak terduga mendapat warisan yang membuat nya menjadi kuat dan sakti
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang deni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlatih Terawangan
Setelah mereka semua bersumpah Budi baru menjelaskan tentang apa yang di alaminya .
" Kemarin saat aku terjatuh di lubang bersama Clara aku mendapat warisan dari sang guru , kamu bisa bertanya pada Clara " ucap Budi ,Clara mengangguk .
" Lawan kita sekarang bukan hanya manusia, tapi juga jin ,aku ingin kalian juga berlatih dengan ilmu ilmu yang di wariskan pada ku" lanjut Budi, semua termenung dan berpikir .
" Aku mau, " ucap Linda , Budi sampai berkelahi dengan jin juga karena menolong dirinya.
" Kami juga" Tony dan Bambang menyahut bersamaan.
" Eh kalian ga mau?" Tanya Tony , melihat Clara , Anto Nurul dan Ade diam saja.
" Kami ini kakak seperguruan kalian " ucap Anto sambil bergaya seperti senior.
" Baiklah, kalian bertiga latih lah kemampuan kalian , ini tehnik yang di berikan oleh guru" ucap Budi mengeluarkan beberapa kitab yang berbeda pada mereka sesuai dengan kemampuan mereka , karena bila tak sesuai akan berakibat buruk bagi mereka, setiap manusia punya wadah untuk menampung ilmu ilmu itu ,bila di isi terlalu sedikit maka tak akan mampu mengeluarkan hasil yang maksimal bila terlalu penuh maka akan memakan jiwa orang itu sendiri , dan menjadi gila pada akhirnya. Jadi untuk belajar ilmu kita wajib mempunyai guru, karena sang guru pasti tahu apa yang cocok dan tidaknya di badan kita.
" Dan sekarang kita berlatih terawangan, " ucap Budi serius, Budi menyuruh mereka membeli lilin , dan di nyalakan di hadapan mereka ,jaraknya satu meter dari tempat mereka duduk bersila, Linda ,Tony dan Bambang di ajak ikut serta, Karena ini tahap dasar berkonsentrasi , jadi tak masalah bagi mereka untuk mempelajarinya.
" Sekarang tatap ujung nyala api tanpa berkedip, tarik napas 6 detik, tahan napas 3 detik, buang napas 6 detik, dan tahan 3 detik" ucap Budi memberi arahan pernapasan irama.
" Jangan berkedip dan ulang terus menerus pernapasan tadi, tambahkan waktunya sesuai kemampuan kalian, tapi harus tetap berirama" Ucap Budi lebih lanjut.
Mereka terus berlatih hingga larut malam, dan Budi membimbing mereka perlahan , karena ilmu sejati harus di latih bukan di beli instan, ilmu yang di latih akan selalu ada hanya saja bila kita tidak sering berlatih maka tak akan ampuh lagi, seperti pisau yang tajam tapi tak pernah di asah, maka lama kelamaan pisau itu akan menjadi tumpul dan tak berguna lagi. Berbeda dengan yang beli instan , maka dia akan selalu membutuhkan isi ulang dari tempat ia membeli , dan ilmu itu juga tak permanen, bila bertemu dengan lawan yang lebih tinggi terkadang bisa mencabut ilmu isian itu.
Budi mengajari mereka dengan perlahan , di samping itu ia juga memperdalam ilmu ilmu warisan dari sang guru.
Linda ,Tony dan Bambang setiap malam berlatih dengan giat ,siangnya mereka melatih tehnik tenaga dalam . Cafe kini di serahkan pada seorang karyawan , mereka hanya mengawasi di pagi hari saat akan buka dan di malam hari saat akan tutup. Clara meminjamkan Villa nya yang berada di Bukit Betung, di mana udara di sana masih sangat murni, karena banyaknya pepohonan dan jauh dari keramaian kota. Ayah Clara juga mendukung kegiatan Clara dan budi, ia tahu sedikit tentang ilmu beladiri, dan ia juga menyukai bela diri hanya saja ia di sibukkan dengan pekerjaan kantornya ,dengan adanya Budi dan sahabatnya berlatih ia merasa senang dan terkadang ia juga ikut bergabung berlatih bersama, dan belajar tenaga dalam ,tentu saja ,ia juga harus bersumpah .
" Horee, bisa" Bambang berteriak kegirangan ketika ia berhasil mengumpulkan tenaga dalam dan mengerahkan dalam pukulan, ia yang paling terakhir memiliki tenaga dalam, dengan ayah Clara yang baru belajar saja ia kalah ,bukan tak berbakat , tapi karena Bambang suka tertidur saat bermeditasi menghimpun tenaga dalam .
" Wah selamat , Mbang, perdalam lagi, nanti malam aku akan memberi kalian kejutan" ucap Budi membuat semua penasaran termasuk pak Baskoro.
" Kejutan apa Bud ?" Kasih tahu paman lah" rayu pak Baskoro.
" Yah paman , kalau di kasih tahu sekarang bukan kejutan lagi nantinya." Ucap Budi ,
" Eh, iya yah, bener kejutan!, bukan ngisengin kan" tanya pak Baskoro sambil menatap Anto dan Tony , ia sering ada yang mengisengi, dan itu saat dekat dengan Tony atau Anto ,membuat ia waspada, mau langsung menuduh ia tak punya bukti kuat , Jira yang melihat itu terkekeh, karena selama ini ia yang mengerjai mereka sasarannya Bambang, Anto Tony dan pak Baskoro, ia mengambil moment saat pak Baskoro sedang dekat dengan keduanya atau salah satunya.
Ok deh, paman mau memesan makanan buat nanti malam, " ucap pak Baskoro sambil duduk beristirahat.
" Kalian sudah sampai mana latihan terawangannya?" Tanya Budi,
Ternyata mereka semua sudah mencapai taraf sorog , yang mampu melihat tanpa mampu berkomunikasi.
Kalau begitu nanti kalian berlatih terawangan , agar bisa melihat makluk halus, tapi sebelum itu kalian harus menjalani tapa laku untuk ajian Komara Geni" ucap Budi,
" Kenapa ga langsung saja tapa laku terawangan nak Budi ?!" Tanya Pak Baskoro penasaran.
" Ajian Komara Geni, itu untuk melawan makhluk gaib, apa jadinya bila saat kita menerawang kita di serang tanpa bisa membalas, di alam gaib, sama seperti manusia , ada yang suka dengan kehadiran kita ,ada yang acuh, dan ada juga yang benci, nah yang benci ini yang sering menyerang manusia yang melakukan terawangan ke alam gaib " tutur Budi menerangkan.
" Kalau begitu kami siap ," ucap Ade, bersemangat ia .
" Kalau begitu nanti malam aku akan memberikan tata laku ajian Komara Geni" ucap Budi, Budi menyuruh mereka beristirahat karena hari sudah sore.
♠️♠️♠️♠️♠️
Di sebuah desa terpencil yang jauh dari keramaian , tampak eyang Hitam mengendap endap di sebuah rumah, ia baru mendapatkan berita di salah satu rumah di desa itu memiliki seorang bayi yang lahir di malam jum'at Kliwon , yang berarti bayi itu memiliki weton kelahiran yang cocok dengan persyaratan meningkatkan ilmunya.
" Oeeee"
" Oeeee"
Terdengar suara tangisan dari dalam rumah, seakan merasakan bahaya yang sedang mengintainya.
Dengan berbekal tanah kuburan , Eyang Hitam merapalkan ajian sirep nya.
Sun matek ajiku
Aji sirep begonondo
.......................
.......................
Turuo, Ojo pisan pisan Tangi yen aku durung rampung
Setelah selesai membaca mantra sirepnya ,Eyang Hitam menaburkan tanah kuburan yang di bawanya ke atas genteng rumah yang mempunyai Bayi yang di butuhkan sebagai syarat ilmunya
Hanya menunggu beberapa saat rumah itu menjadi sepi, eyang Hitam mengambil batu dan menimpuk pada pintu rumah itu, lama menunggu tak ada gerakan sama sekali, ia memberanikan diri, masuk , di sebuah kamar tampak seorang bayi tertidur bersama kedua orang tuanya, dengan perlahan Eyang Hitam mengambil bayi itu , dan dengan cepat ia keluar dari rumah itu.
Ia berjalan melewati jalan jalan pinggiran desa yang sepi, yang sekiranya tak akan berjumpa dengan siapapun .
bukanya yg pwrtama hami
untung g nyungsep yaa