Bagaimana jadinya jika wanita yang telah ia rebut suaminya menikahi Ayahnya?
Ya, Dia adalah Maya, Wanita yang rumah tangganya di hancurkan oleh Vanya Adiyaksa Abrisam, Membalas perbuatan sang pelakor dengan balasan yang tidak pernah Vanya bayangkan sebelumnya.
Dengan bermain cantik, Maya diam-diam mendekati Adiyaksa Abrisam yang tak lain adalah Ayah dari Vanya sang pelakor hingga berhasil menikahinya.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah menjadi satu keluarga?
Ikuti keseruan pembalasan istri sah terhadap pelakor yang akan tersaji dalam Novel "Menikahi Ayah Pelakor"
Karya : Noor Hidayati
Add FB : I'tsmenoor
Instagram @_itsmenoor
Tiktok @itsmenoor12
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAH
Vanya menatap Alvin sambil memikirkan alasan apa yang akan ia berikan pada Ayahnya. Ia sama sekali tidak menyiapkan alasan apapun untuk mengantisipasi pertanyaan ini. Hingga Ayahnya kembali bertanya, Vanya hanya tergagap dengan alasan yang terlintas dalam pikirannya.
"A... E... Itu... Itu karena Alvin terjatuh meja."
Abrisam mengernyitkan keningnya mendengar jawaban Vanya.
"E... Maksud ku, Alvin menabrak meja, Ya... Ayah tau sendiri kan meja di rumah kita begitu berat, Jadi ya seperti itu jadinya."
Tidak mau memperpanjang karena waktunya yang terbatas, Abrisam pun tidak lagi membahasnya dan segera menyuruh Alvin masuk.
Kemudian mereka menuju rumah Maya, Dimana akad nikah akan di berlangsung di sana.
Sementara Maya yang sudah bersiap menggunakan gaun pengantin putih dengan lengan renda yang halus serta bahu terbuka membuat penampilannya begitu cantik dan anggun. Ia menatap wajahnya di cermin. Bayangan akan pernikahannya dengan Alvin seperti sebuah video yang kembali di putar di dalam cermin tersebut. Hingga pada menit dimana ia melihat Alvin dan Vanya melakukan hal menjijikkan di hari ulang tahun pernikahan mereka, Sekita Maya menjadi marah dan melempar sembarang benda yang ada di hadapannya ke arah cermin.
"Praaankkk...!!!" Seketika itu juga cermin pecah berkeping-keping hingga mengundang ibu dan penata rias masuk ke kamar Maya.
"Maya... Apa yang terjadi?"
"E... T-tidak ada ibu, Aku tidak sengaja menabrak cermin hingga cermin ini pecah."
"Ya ampun Maya, Apa yang sedang kamu pikirkan, Kenapa tidak berhati-hati, Ini kan hari pernikahan mu, Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu?"
"Aku baik-baik saja ibu."
"Baiklah kalau begitu bersiaplah, Penghulu sudah datang."
Maya mengangguk dan kembali duduk untuk menenangkan diri sesaat.
Kemudian penata rias kembali merapikan riasan wajahnya yang sudah sedikit luntur karena keringat di wajahnya.
Tak lama kemudian Abrisam dan rombongan tiba di rumah Maya.
Mereka di sambut oleh kedua orang tua Maya yang sudah dari tadi menunggu kedatangan mereka yang sudah sedikit terlambat.
"Apa kami terlambat?" tanya Abrisam.
Ayah dan ibu Maya terdiam kesal melihat Alvin yang berada di belakang Abrisam. Meskipun Maya telah menceritakan semua. Namun sejak Maya bercerai darinya baru kali ini mereka menatap langsung mantan menantunya tersebut.
"Ayah... Ibu..." Abrisam memanggil kedua mertuanya yang nampak diam saja tak menjawab pertanyaan darinya..
"E... Ya Nak Abrisam."
"Apa kami begitu terlambat?"
"Hanya sedikit, Tapi tidak masalah silahkan masuk," ucap
Alfiansyah Ayah Maya.
Abrisam pun masuk di ikuti oleh Vanya dan Alvin yang menundukkan kepalanya tatkala melewati mantan mertuanya tersebut.
Kemudian ia kembali mengangkat kepalanya dan melihat seluruh dekorasi pelaminan yang cukup mewah melebihi saat ia menikahi Maya. Belum juga ia sempat duduk di kursi yang telah di sediakan untuk keluarga mempelai, Ia kembali terperangah melihat Maya yang keluar menuju meja akad.
Di matanya Maya begitu terlihat sangat cantik dan mempesona dari sebelumnya hingga membuat ia tak bisa berkedip menatapnya.
Tatapan Alvin di sadari oleh Vanya yang langsung menariknya duduk di sebelahnya.
"Apa kau akan terus berdiri menatapnya?!"
Alvin hanya diam dan duduk di samping Vanya dengan mata yang terus tertuju pada Maya yang kini duduk bersanding dengan Ayah mertuanya.
"Alvin! Berhenti menatapnya!"
Alvin menatap Vanya yang terlihat begitu kesal padanya. Kemudian kembali menatap Maya yang kini saling memandang dengan Ayah mertuanya.
"Bodoh sekali Aku. Aku memilih Vanya dan meninggalkan wanita sebaik dan secantik Maya" ucapnya dalam hati.
Sementara Abrisam tak henti-hentinya menatap Maya, Tak beda jauh dari Alvin, Abrisam juga begitu kagum dengan kecantikan Maya yang terlihat begitu terpancar di hari pernikahannya.
"Anda bisa terus menatap ku setelah mengucapkan lafal Qabul, Sekarang fokuslah jangan sampai melupakan apa yang sudah Anda hafalkan." lirih Maya.
"Aku tidak perlu menghafalkan apapun, Karena namamu telah melekat dalam hati dan pikiran ku," saut Abrisam berbisik di telinga Maya.
"Rundingannya nanti lagi ya, Sekarang kita mulai dulu akad nikah nya," ucap Pak Penghulu yang kemudian di iringi tawa para tamu undangan yang hadir.
Abrisam dan Maya pun tersenyum sesaat sebelum akhirnya Abrisam menjabat tangan Pak Penghulu yang mulai melafalkan ijab.
Dengan satu tarikan nafas, Abrisam berhasil mengucapkan lafal qobul yang kemudian di sah kan oleh saksi dan para tamu undangan yang hadir.
Abrisam tersenyum bahagia dan mengecup kening Maya untuk pertama kalinya setelah sah menjadi suaminya. Sementara Maya yang merasa telah berhasil dengan rencananya merasa lega karena tidak lama lagi ia akan tinggal bersama Alvin dan Vanya yang artinya ia akan semakin mudah membalaskan dendam nya terhadap mereka berdua.
Alvin yang melihat kenyataan di depan matanya, Merasa resah karena kini mantan istrinya telah benar-benar menjadi ibu mertuanya.
"Apa yang kamu pikirkan Alvin?"
Pertanyaan Vanya mengagetkan Alvin yang masih terus menatap Maya yang kini tengah menjalani berbagai rangkaian upacara pernikahan.
"Aku hanya memikirkan nasib kita setelah Maya menjadi ibu kita."
"Nasib kita atau nasib mu?"
"Apa maksudmu?"
"Alvin! Terlihat jelas kecemburuan di wajah mu!"
"Vanya! Aku tidak ingin berdebat, Jadi berhentilah bicara!" Alvin langsung meninggalkan Vanya dan naik ke pelaminan untuk memberikan ucapan selamat kepada mereka.
"Selamat untuk mu Ayah, Semoga bahagia," ucap Alvin menjabat tangan Ayah mertuanya.
"Terimakasih Alvin." Abrisam memeluk menantunya tersebut dengan hangat, Kemudian ia beralih pada Vanya yang sudah berdiri mengikuti Alvin. Sementara Alvin melanjutkan langkahnya untuk memberi selamat kepada Maya.
"Selamat untuk mu Maya."
"Ibu!" saut Maya yang langsung meraih tangan Alvin untuk menjabat tangannya.
Awalnya Alvin tidak merasakan ada keanehan apapun hingga ia merasakan perih yang teramat sangat di telapak tangannya.
Ia berusaha melepaskan tangannya. Namun Maya semakin erat menggenggam nya.
Alvin menatap Maya yang menatapnya tajam dengan senyum samar yang nyaris tak terlihat. Kemudian ia melihat telapak tangannya yang masih di genggaman Maya yang mulai meneteskan darah.
Kedua mata Alvin membulat sempurna melihat darah yang semakin deras menetes, Rasa perih yang ia rasakan seolah tak dirasakan oleh Maya yang juga mengeluarkan darah.
"Selamat datang di neraka!" ucap Maya dengan mengatupkan giginya.
Ucapan yang cukup membuat Alvin gemetar mendengar sisi lain yang belum pernah di tunjukkan oleh Maya selama mereka menikah.
Kemudian Maya melepaskan tangan Alvin saat melihat Vanya mulai berjalan mendekatinya. Ia tidak mempedulikan darah yang mengalir di telapak tangannya yang ia buat sendiri dengan menyimpan serpihan kaca yang sengaja ia bawa untuk menjabat tangan Alvin.
"Ini baru permulaan Alvin!" batin Maya yang melihat Alvin tengah menatapnya sembari melihat telapak tangannya yang tertan'cap serpihan kaca yang Maya buat.
Bersambung...
Hari Ini Up Satu kali ya, Hari ini sibuk 🙏