Luka Berbalut Cinta

Seorang gadis cantik dengan rambutnya yang panjang lurus kehitaman terurai dengan bando minimalis berwarna hijau tua di kepalanya nampak melangkah pasti menyusuri koridor sekolah menuju suatu kelas.

Seulas senyum cantik tersungging di sudut bibirnya yang tipis dan mungil dan kemerahan natural.

Di tangannya ia nampak memegang sebuah bingkisan kecil.

Dia adalah Azalina Akira Sadewa, siswa kelas dua belas IPA 1 yang baru menjadi salah satu siswa di sekolah ini sejak hampir satu tahun yang lalu.

Ya..

Zalina panggilan akrab Azalina adalah murid pindahan dari sekolah lain karena ayahnya yang seorang kepala sekolah sebuah SMP Negeri mendapatkan mutasi di sebuah SMP Negeri yang ada di daerah di mana saat ini Zalina tengah bersekolah.

Begitupun dengan sang ibu yang juga merupakan guru SMP NEGERI langsung mengajukan surat pindah mengajar mengikuti sang suami.

Zalina bisa duduk di kelas paling terfavorit di sekolah ini karena ia yang memang merupakan siswa berprestasi.

Nilainya yang memang sangat bagus membuatnya bisa di duduk kelas favorit itu. Karena memang Zalina adalah gadis yang cukup pintar di sekolahnya sebelumnya.

Dan beberapa bulan yang lalu ia baru jadian dengan seorang siswa di sekolah ini yang juga kelas dua belas namun berbeda jurusan.

Dia adalah Alexis Arron Megantara siswa kelas dua belas jurusan IPS 3.

Salah satu siswa terkeren dan tertampan di sekolah ini.

Zalina memang sudah menyukai Alex sejak ia masuk sekolah ini dan sejak pertama kali ia melihat pemuda.

Saat itu,

Ia tanpa sengaja melihat Alex turun dari motor sportnya di parkiran sekolah tepat di hari pertama ia masuk sekolah ini.

Karenanya..

Ketika tiba tiba cowok itu menembaknya, Zalina tak memiliki alasan untuk menolaknya.

Hari ini adalah hari ulang tahun Alex yang ke 17, kemaren ia membelikan Alex sesuatu yang akan ia berikan kepada cowok itu sebagai hadiah ulang tahun darinya,

Yakni sebuah tas slempang yang harganya cukup mahal bagi seorang Zalina.

Gadis itu sampai menguras tabungannya hanya untuk membeli tas itu untuk di berikan kepada Alex sebagai hadiah.

Zalina memang sebucin itu kepada Alex, padahal sikap Alex sendiri cenderung biasa saja kepadanya.

Saat ini sekolah sedikit sepi karena jam pulang sekolah sudah berlangsung sejak setengah jam yang lalu.

Zalina sendiri baru saja menyelesaikan tugas piketnya membersihkan kelas.

Sementara Alex,

Katanya ia ada kelas tambahan ekonomi makanya ia juga masih ada di sekolah di jam seperti ini.

" hai Zalina..." sapa Carlo salah satu siswa kelas 12 jurusan IPS juga namun berbeda dengan Alex.

Nama Zalina memang cukup terkenal di sekolah ini walau ia adalah murid baru.

Hal itu karena ia yang memiliki paras yang sangat cantik dan kepintaran yang memang di akui oleh pihak sekolah.

Beberapa kali ia terpilih menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti olimpiade olimpiade SAINS.

Zalina tersenyum tipis kepada Carlo,

" Hai Carlo...sudah mau pulang ?! "

" hemm...kau sendiri, kenapa berada di sini padahal ini sudah jam pulang sekolah ?! " tanya Carlo kepo.

Padahal jelas ia tahu apa tujuan Zalina berada di gedung jurusan IPS ini.

Apalagi jika tidak mencari Alex cowoknya.

Lagi lagi Zalina hanya tersenyum tipis.

" aku melihat Alex tadi berjalan bersama teman temannya ke belakang gedung kelas mereka " kata Carlo kemudian.

" oh ya...jadi dia sudah selesai kelas tambahannya ?! "

" hemm...pastinya sudahlah "

" baiklah...terimakasih informasinya ya Lo..." kata Zalina kemudian sambil bersiap hendak melanjutkan langkahnya.

Tapi Carlo kembali menghentikannya.

" Zalina..." panggilnya pelan pada Zalina.

" Ya..." jawab Zalina sambil menoleh kepada Carlo,

Carlo melangkah mendekat ke arah Zalina.

" apa....Alex memperlakukanmu dengan baik ?! " tanya Carlo.

Bukan tanpa sebab ia bertanya seperti itu, sudah lama ia menyukai Zalina.

Ia bahkan pernah menyatakan perasaannya kepada Zalina namun gadis itu menolaknya dengan sopan dan lembut.

Dan akhirnya mereka memilih berteman.

Namun kabar jadiannya Zalina dan Alex membuatnya kecewa dan membuat ia membangun sedikit jarak dengan Zalina.

Tapi perlakuan Alex pada Zalina membuat hatinya tak tenang.

Beberapa kali ia melihat perlakuan Alex sangat buruk kepada Zalina menurutnya.

Alex terkesan cuek dan dingin kepada Zalina namun terlihat ramah dan hangat kepada Zoya anak baru di kelasnya.

Tak jarang Alex datang ke kelasnya hanya untuk menemui Zoya di jam istirahat.

Ia juga pernah melihat Alex mengantar Zoya pulang sekolah dengan motor sportnya sementara Zalina sedang menunggunya di gerbang samping sekolah.

Alhasil Zalina pulang sendirian dengan gojek setelah menunggu Alex lama dan Alex tak kunjung datang menjemputnya.

" kenapa kau bertanya seperti itu Carlo ?! " tanya Zalina.

Karena bucin, Zalina yang cerdas dan pintar menjadi bodoh.

Ia bukan tak mendengar kabar itu, namun ia lebih memilih menutup mata dan telinga karena menurutnya selama ini Alex masih mengakuinya sebagai pacar cowok itu.

" tidak apa apa...aku hanya khawatir kau di perlakukan tidak baik oleh Alex, kau tahu kau sangat berarti untukku " jawab Carlo dengan wajah seriusnya.

Zalina menatap tertegun sejenak kepada Carlo, tak ia sangka cowok itu masih perduli padanya meski selama ini keduanya sudah jarang berinteraksi.

Tak lama Zalina tersenyum tipis kepada Carlo.

" terima kasih karena kau masih perduli padaku Carlo...

kau memang teman terbaikku.

Tapi jangan khawatir, aku baik baik saja...Alex memperlakukan aku dengan baik " jawab Zalina.

Carlo menarik nafas dalam dalam sebelum akhirnya ia menghembuskannya perlahan.

" baiklah...aku ikut senang mendengarnya..." jawab Carlo kemudian

" oh ya..jika kau butuh bantuan, jangan segan segan minta bantuanku.

kita masih berteman kan ?! " lanjut Carlo sambil mengulurkan tangannya kepada Zalina.

Zalina pun menyambut uluran tangan Carlo,

" ya..tentu saja...kita berteman, senang rasanya punya temang secare kamu.

Terima kasih karena sudah menjadi temanku " kata Zalina sambil tersenyum.

Tak lama kedua remaja itu kembali melangkah melanjutkan langkah mereka masing masing yang tadi sempat terhenti.

Zalina dan Carlo nampak melangkah berlainan arah.

Sesekali Carlo nampak menoleh kebelakang menatap ke pada Zalina yang terus melangkah pasti tanpa sekalipun menoleh kepadanya.

Carlo menarik nafas dalam hingga akhirnya ia berbelok ke kiri dan tak lagi bisa melihat Zalina meski hanya punggungnya saja.

Sementara itu Zalina...

Gadis berambut panjang itu terus melangkah pasti menyusuri lorong koridor di depan kelas Bahasa dan IPS.

Hatinya sungguh bahagia, hari ini ia akan merayakan hari ulang tahun laki laki yang sangat ia cintai dan ia merasa ia telah menjadi bagian dari hidup laki laki itu sejak peristiwa hari itu.

Sampai di gedung kelas terkhir Zalina berbelok dan kembali melanjutkan langkahnya dengan pasti,

Di peluknya kado ulang tahun yang akan ia berikan untuk Alex sambil tersenyum.

Rasanya ia tak sabar melihat raut wajah bahagia Alex menerima kado darinya.

Hingga akhirnya setelah melangkah beberapa menit.

Ia sampai,

Namun....sesuatu yang ia dengar membuatnya mematung.

" aku pemenangnya, aku menang taruhan ini....

Aku sudah berhasil memilikinya, jadi...berikan kunci motor itu padaku....