( Musim Ke 2 : Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat )
Setelah menepati janjinya yang tersisa pada Sekte Langit Baru dan Tetua Huo, Tian Feng tidak lagi bersembunyi. Didorong oleh sumpah pembalasannya, ia memulai perburuan sistematis terhadap Aula Jiwa Bayangan. Bersama Han Xue dan Ying sebagai mata-mata utamanya, mereka membongkar satu per satu markas rahasia Aula Jiwa Bayangan, bergerak seperti dua hantu pembalas dendam melintasi Benua Tengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 318
Alun-alun Istana Naga Primordial bergetar di bawah tekanan aura Dou Di Bintang Enam milik Raja Bai Hu. Para penjaga Dou Sheng mundur ketakutan. Xu Zhao (Dou Sheng 1) menatap Tian Feng dengan cemas. Tao Ti (Dou Di 7) dan para pemimpin klan lainnya hanya mengamati, ekspresi mereka dingin, siap untuk menyaksikan eksekusi "Kaisar" yang baru lahir ini.
Raja Bai Hu menyeringai buas, aura perak putihnya yang tajam bergejolak. "Bocah manusia! Aku akan memberimu kehormatan untuk mati di bawah teknik terkuat Klan Harimau Putih-ku!"
Ia baru saja akan menerjang maju, saat sebuah tawa pelan yang tak terduga memecah ketegangan.
Tawa itu datang dari Tian Feng.
"Satu lawan satu?" kata Tian Feng, suaranya tenang namun dipenuhi oleh nada geli yang membuat amarah Raja Bai Hu semakin membara. "Raja Bai Hu, kau... melebih-lebihkan dirimu sendiri."
Keheningan total.
Seluruh penjaga Dou Sheng menatapnya dengan ngeri. Seorang Dou Di Bintang Satu... baru saja menghina seorang Dou Di Bintang Enam?
"Apa katamu, serangga?!" raung Bai Hu.
Tian Feng mengabaikannya. Ia tidak lagi menatap Bai Hu. Sebaliknya, matanya yang tenang menatap ke puncak tangga, menyapu kelima sosok terkuat di Alam Naga.
"Aku tidak datang ke sini," kata Tian Feng, suaranya kini bergema dengan kekuatan Dou Di-nya, "untuk bermain-main dengan seekor harimau kecil yang terlalu percaya diri."
"Aku datang ke sini," lanjutnya, Segel Kaisar Naga di dahinya mulai bersinar lagi dengan cahaya emas murni, "untuk mengambil alih."
Ia menatap lurus ke mata Tao Ti yang berapi-api. "Kalian meragukan Kaisar kalian karena ranahku yang 'baru'? Kalian pikir kekuatan kalian, yang telah stabil selama puluhan ribu tahun, memberimu hak untuk menantang tahta yang telah memilihku?"
"Baiklah," Tian Feng melangkah maju ke tengah alun-alun yang kosong. "Aku tidak punya waktu untuk menguji kalian satu per satu."
Tindakannya yang sombong dan tak terbayangkan itu membuat seluruh Alam Naga terdiam. Di puncak-puncak gunung yang melayang di kejauhan, ribuan jenius muda dari lima klan naga-naga muda bersisik api, harimau-harimau putih bersayap, phoenix-phoenix muda yang sombong, dan qilin-qilin yang tenang kini berkumpul di tepi alun-alun, mata mereka terbelalak tak percaya menyaksikan pemandangan di aula utama.
"Apa yang dilakukan manusia itu?" "Dia menantang Raja Bai Hu?" "Tidak... lihat..."
Di tengah alun-alun, Tian Feng mengangkat satu jari, menunjuk ke arah lima Dou Di di puncak tangga.
"Tao Ti." (Dou Di 7) "Raja Bai Hu." (Dou Di 6) "Nyonya Feng Huang." (Dou Di 5) "Master Qing Luan." (Dou Di 5) "Patriark Xuan Wu." (Dou Di 4)
Ia memanggil nama setiap pemimpin agung satu per satu.
"Kalian berlima," katanya, suaranya kini sedingin es. "Serang aku."
"Bersamaan."
Jika sebelumnya alun-alun itu sunyi, kini ia menjadi mati.
Xu Zhao tersedak napasnya sendiri. "Tuan Muda... kau... kau benar-benar gila!"
Para jenius muda di kerumunan menatap dengan ngeri. Satu Dou Di Bintang Satu... menantang gabungan lima Dou Di terkuat di alam mereka dengan total kekuatan yang melampaui Bintang Dua Puluh?!
"PENGHINAAN!" raungan Nyonya Feng Huang akhirnya memecah keheningan, api emas merah meledak di sekelilingnya. "Bocah sombong! Kau pikir kau siapa?!"
Raja Bai Hu tidak lagi tertawa. Wajahnya memerah karena amarah yang tak terbayangkan. "Dia mencari mati! Dia benar-benar mencari mati!"
Hanya Tao Ti yang menatap Tian Feng dengan ekspresi yang sangat rumit. Ia melihat ketenangan absolut di mata Tian Feng. Ketenangan yang mustahil. Ketenangan seseorang yang tahu ia akan menang.
"Kau... menantang kami semua?" tanya Tao Ti, suaranya berat.
"Tidak," jawab Tian Feng. Ia tidak lagi menyembunyikan kekuatannya. Aura Fisik Tingkat Sepuluh (Tubuh Dewa Naga Abadi) yang setara Dou Di Puncak meledak keluar darinya, berpadu sempurna dengan aura Dou Di Bintang Satu miliknya.
Tekanan gabungan itu menghantam alun-alun seperti palu godam surgawi. Langit emas Alam Naga bergetar. Tahta Naga di belakang Tao Ti meraung merespons kekuatan kaisarnya.
Lima Dou Di di puncak tangga terhuyung mundur selangkah di bawah tekanan yang tak terduga ini.
"Aku tidak menantang kalian," kata Tian Feng, matanya kini bersinar dengan cahaya emas murni seorang Kaisar.
"Aku sedang mendidik kalian."