Sahara, Balas Dendam Anak Terusir!

"Ck, kau merusak kecantikan wajahku jangkung."kesal Sahara, sorot matanya mulai berubah membuat Fahmi sedikit merinding melihatnya. Kenapa bisa semenyeramkan itu wajah dan tatapan mata Sahara? Tidak seperti tadi.

Benar saja kekuatan pukulan dan tendangan Sahara berbeda. Lebih kuat dan juga terarah. Tepat mengenai titik lemah Fahmi dan terakhir pada kaki kirinya. Hingga akhirnya Fahmi terjungkal dan Sahara sudah berdiri di atas Fahmi siap membuat pria itu kembali menerima pukulan membabi buta dari Sahara.

Padahal Fahmi sudah menyerah dan meminta ampun kepada Sahara. Tapi gadis itu seolah tak mendengar ucapan dari Fahmi itu. Hingga akhirnya Kenzo naik ke atas ring dan menarik perut Sahara untuk menjauhkan dia dari Fahmi yang bisa saja hanya tinggal nama di tangan Sahara salam hitungan detik.

"Sadarlah, Sahara. Lihat aku! Dia bisa mati."bisik Kenzo.

Dia menarik tubuh Sahara ke sudut ring dan menepuk-nepuk wajah Sahara, untuk membuat dia sadar. Sedangkan Fahmi sudah terkulai lemas tak berdaya. Jika Sahara sudah dalam mode kesetanan seperti itu, tidak akan ada yang berani mendekati dia selain Kenzo yang menjadi pawang Sahara selama ini.

"Sorry bang, abisnya dia merusak pipi gue. Liat nih merah kan?Pasti besok akan biru dan bengkak! Mama pasti akan ngomel lagi. Padahal aku sudah berusaha menghindari agar dia tak memukul area wajah!"kesal Sahara menujuk pipinya yang mulai memerah karena terkena pukulan Fahmi.

 Mendengar jawaban Sahara membuat para anggota Black Eagle yang sedari tadi khawatir malah menjadi terkekeh, sedangkan Kenzo hanya tersenyum kecil sambil geleng kepala. Selalu ada saja yang membuat dia tersenyum dengan kelakuan dan ucapan Sahara.

"Nanti kompres pake es batu biar nggak terlalu bengkak."jawab Kenzo membuat anggotanya semakin terkekeh.

"Udah kan? Mana sini duitnya? Lo udah kalah."Sahara  mendekati Fahmi yang sedang duduk lemas dibantu oleh teman-temannya.

"Nih duitnya. Kita pergi dulu."ucap teman Fahmi dan segera pergi dari sana.

Mereka juga jadi takut melihat Sahara jika sudah marah seperti tadi. Jangan sampai Sahara marah lagi dan membuat mereka babak belur dan hampir lewat seperti Fahmi.

"Wajah cantik tapi jika sudah marah mengerikan sekali, seperti Devil girl."ucap teman Fahmi sambil pergi dari sana sedikit berlari.

"Bang, gue numpang mandi di kamar ya."ucap Sahara. Kenzo mengangguk.

Di tempat itu hanya Sahara yang bisa masuk kedalam kamar Kenzo. Dan di tempat itu juga yang menjadi tempat teraman untuk Sahara disana. Karena Kenzo akan begitu melindungi Sahara, wanita satu-satunya di kelompok dia. Walau Sahara bisa bela diri dan menjaga dirinya, tetap saja ada kekhawatiran dari Kenzo.

Kenzo memang tinggal di basecamp bersama dengan beberapa anggota. Pria pengangguran dan tukang bertarung juga pembuat onar dan tak punya masa depan yang jelas. Itulah yang orang tau tentang Kenzo. Pria berahang tegas, kulit sawo matang, mata tegas, hidung mancung dan tinggi berotot. Terlihat sangat maskulin dan eksotis. Kenzo adalah pria blesteran. Dan terlihat dari mata dan bentuk wajah juga tubuhnya yang lebih besar dari para pria pada umumnya.

"Lah bocahnya kemana itu? Nggak balik lagi kemari? Takut di minta kali tu duit?"tanya Rico yang masih berada disana sambil terkekeh.

"Paling juga kebiasaan dia udah nebeng mandi ya ngorok."kekeh Lucky..

"Udah ah gue cabut dulu Bang. Gue nggak nginep disini soalnya gue ada urusan keluarga."ucap Rico pergi dari sana.

Kenzo mengangguk kini tinggal Kenzo dan Lucky yang ada disana juga beberapa anggota Black Eagle yang memang tinggal disana.

"Besok kamu cari tau dimana Ara bekerja."ucap Kenzo kepada Lucky. Lucky mengangguk paham dan masuk kedalam kamarnya begitupun dengan Kenzo. Lucky hari ini menginap di basecamp karena sedang malas pulang katanya. Emaknya sedang kumat ngomel-ngomel.

Benar saja di dalam kamar milik Kenzo, Sahara sudah terlelap tidur di atas tempat tidur milik Kenzo. Membuat pria itu tersenyum dan geleng kepala. Dia mengambil es batu di dalam kulkas dan memasukkannya kedalam ice bag. Dia mendekati Sahara di atas tempat tidur, terlihat dengan jelas kalau dia kelelahan. Kemudian dengan pelan, Kenzo mengompres pipi Sahara yang sudah mulai terlihat agak biru.

"Dingin Bang."Sahara membuka matanya dan menggenggam tangan Kenzo yang sedang mengompres pipinya dengan pelan.

"Udah mulai biru. Diam dan tidur saja."jawab Kenzo.

"Ya sudah. Kalau udah pegel biarkan saja."jawab Sahara tak melepaskan genggaman tangannya pada tangan Kenzo.

Seolah tak ingin di tinggalkan oleh pria dingin itu. Hanya Sahara yang bisa sedekat itu dengan dia. Tak ada wanita yang bisa menyentuh dia selama ini. Jangankan menyentuh, mendekat saja tak akan pernah dia biarkan. Tapi entah berbeda kepada Sahara. Tak lama terdengar dengkuran halus kembali dari Sahara membuat Kenzo terkekeh di buatnya.

"Lo memang cewe tangguh dan kuat Ara. Semoga setelah ini hidupmu lebih baik lagi. Dan jauh dari tempat keras seperti ini. Aku ingin membantumu, tapi kamu selalu menolaknya, dasar keras kepala!"ucap Kenzo kemudian bangkit dan mengambil kotak p3k, lalu mengoleskan salep ke pipi Sahara yang memar.

Tangan Garry terulur membetulkan anak rambut Sahara yang menghalangi matanya. Kenzo tersenyum sebentar memandang wajah Sahara. wanita yang selalu ada bersamanya beberapa tahun terakhir. Kemudian dia beranjak dari sana setelah menaikkan selimut Sahara.

Dia mengunci pintu kamar dan berbaring di sofa. Seperti itulah jika Sahara tidur di kamarnya. Kenzo yang akan mengalah tidur di sofa. Kenzo adalah orang pertama yang akan melindungi Sahara saat dia sedang kesulitan di lapangan. Dan Sahara juga sudah tidak ragu dan takut kepada Kenzo seperti anak buah lainnya. Sahara percaya kepada Kenzo, karena Kenzo tak mungkin berbuat macam-macam padanya.

Sahara bangun subuh, tidurnya terasa sangat nyenyak. Dan dia bisa tidur lama dan nyaman malam ini. Dia bangun dan melihat Kenzo tidur di sofa lalu menyelimuti pria itu yang terlihat tidur meringkuk. Kemudian dia melaksanakan shalat subuh setelah membersihkan diri. Sahara pergi setelah membuatkan Kenzo roti isi kesukaannya juga kopi yang dia simpan di gelas elektrik sehingga bisa tetap hangat saat pria itu nanti bangun. Dia juga membawanya untuk di makan nanti di kantor.

Di luar terlihat masih gelap saat Sahara keluar dari basecamp menggeber motornya menuju rumah kontrakan sederhana yang dia tinggali bersama ibunya. Dia mengganti baju untuk bekerja hari ini, dan menyimpan uang yang dia dapat tadi untuk besok dia bayarkan biaya kuliahnya. Karena hari ini dia masih tak ada jam kuliah. Sahara pergi menuju kantor lebih pagi dari biasanya.