NovelToon NovelToon
PENGUASA YANG DIHINA, SULTAN YANG DIRAGUKAN

PENGUASA YANG DIHINA, SULTAN YANG DIRAGUKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Matabatin / Crazy Rich/Konglomerat / Raja Tentara/Dewa Perang
Popularitas:935
Nilai: 5
Nama Author: Andi Setianusa

Ia adalah Sultan sebuah negeri besar bernama NURENDAH, namun lebih suka hidup sederhana di antara rakyat. Pakaian lusuh yang melekat di tubuhnya membuat orang menertawakan, menghina, bahkan merendahkannya. Tidak ada yang tahu, di balik sosok sederhana itu tersembunyi rahasia besar—ia memiliki kekuatan tanpa batas, kekuatan setara dewa langit.

Namun, kekuatan itu terkunci. Bertahun-tahun lalu, ia pernah melanggar sumpah suci kepada leluhur langit, membuat seluruh tenaganya disegel. Satu-satunya cara untuk membukanya adalah dengan menjalani kultivasi bertahap, melewati ujian jiwa, raga, dan iman. Setiap hinaan yang ia terima, setiap luka yang ia tahan, menjadi bagian dari jalan kultivasi yang perlahan membangkitkan kembali kekuatannya.

Rakyatnya menganggap ia bukan Sultan sejati. Para bangsawan meragukan tahtanya. Musuh-musuh menertawakannya. Namun ia tidak marah—ia tahu, saat waktunya tiba, seluruh negeri akan menyaksikan kebangkitan penguasa sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andi Setianusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tahap Tubuh Baja

Hutan pinggiran Nurendah menggeliat dengan suara kehidupan malam. Daun-daun basah bergetar tertiup angin, ranting-ranting patah di bawah kaki binatang buas yang bergerak di kegelapan. Suara gemericik air dari sungai kecil terdengar di kejauhan, bercampur dengan dengusan serigala dan jeritan burung hantu. Hutan itu berbahaya, liar, dan menuntut. Tempat yang sempurna bagi seorang Sultan yang sedang menempah tubuhnya menjadi baja.

Al Fariz berdiri di tepi sungai, tubuhnya gemetar karena dingin, perutnya berteriak menahan lapar, dan punggungnya masih terasa nyeri akibat luka yang belum sepenuhnya sembuh. Namun matanya menyala dengan tekad yang sama seperti malam di makam leluhur. Tubuh yang lemah tak akan menolongnya menaklukkan dunia—tubuh yang tangguh adalah kunci pertama dari kebangkitan.

Aku harus menahan sakit. Aku harus menahan lapar. Aku harus mengubah daging dan darah ini menjadi perisai yang tak tertembus.

Ia mulai dengan latihan dasar: lari menembus semak belukar, merayap di bawah pohon tumbang, melompat dari batu ke batu, setiap gerakan menuntut kesadaran penuh. Saat kakinya tersandung akar, tubuhnya jatuh ke tanah basah. Lumpur menempel di wajah dan tangannya, dingin dan menjijikkan, namun ia tidak berhenti. Ia menelan rasa sakit dan bangkit lagi, menatap pohon yang tinggi di depannya.

Jatuh bukan tanda kelemahan. Jatuh adalah batu loncatan. Aku harus bangkit.

Di sela latihan, ia menatap wajahnya di permukaan air sungai. Bayangan yang menatap balik bukan lagi seorang Sultan lemah, melainkan seorang pria yang sedang ditempa. Luka-luka di wajahnya, bekas lebam dan goresan, adalah tanda perjuangan, bukan aib. Ia menghela napas, merasakan setiap otot yang menegang, setiap urat yang menyalakan energi baru.

Sebuah suara batin berbisik:

Tubuh ini harus siap menahan semua—badai, serangan, intrik. Tubuh ini harus baja, atau aku akan hancur sebelum waktunya tiba.

Hari demi hari berlalu. Al Fariz menahan lapar, makan sedikit buah liar, minum dari sungai kecil yang jernih. Ia merasakan setiap rasa lapar mengalir ke dalam darahnya, menguatkan tekad dan kesadarannya. Setiap kali ia kelelahan, tubuhnya gemetar, urat-urat menegang, tetapi ia menekan rasa sakit itu, menahan napas, dan melanjutkan.

Suatu malam, seekor harimau muncul di depannya. Mata kuningnya menatap tajam, tubuhnya siap menerkam. Al Fariz tidak panik. Ia mengangkat tongkat kayu yang diambil dari hutan, postur tubuhnya tegap. Harimau itu menggeram, bergerak perlahan.

Ini bukan tentang membunuh. Ini tentang menahan rasa takut. Tubuhku harus mampu menghadapi ancaman.

Ia menatap mata binatang itu, merasakan denyut jantungnya sendiri, merasakan energi yang mengalir melalui otot dan tulang. Harimau itu lincah, tapi Al Fariz lebih fokus. Saat binatang itu melompat, ia bergerak dengan cepat, menepis serangan dengan keseimbangan sempurna. Harimau itu mundur, menatapnya sebentar, lalu menghilang di kegelapan hutan.

Setiap ancaman, setiap rasa takut, harus kuubah menjadi kekuatan. Tubuh ini bukan sekadar daging dan darah. Ini adalah perisai, ini adalah pedang, ini adalah benteng bagi Nurendah.

Hari-hari berlalu seperti ini. Ia jatuh, terluka, bangkit, melangkah, terus melatih tubuh dan kesadarannya. Setiap gerakan menjadi lebih cepat, setiap lompatan lebih kuat, setiap pukulan lebih presisi. Tubuhnya mulai menyesuaikan diri dengan rasa sakit, menahan beban, menahan tekanan.

Suatu sore, saat matahari mulai merunduk ke balik pepohonan, Al Fariz berdiri di puncak bukit kecil, tubuhnya berkeringat, rambut basah karena hujan yang turun sebentar tadi. Ia menunduk, menatap tangan dan kakinya, merasakan setiap urat yang terbakar oleh latihan. Tubuhnya tidak lagi gemetar seperti dulu. Ototnya tegang, urat-uratnya menyalakan energi yang seolah bisa membelah hutan di sekelilingnya.

Aku bisa menahan lebih dari ini. Aku bisa lebih kuat. Tubuh ini… hampir sempurna.

Malam itu, ia menatap langit yang mulai gelap, bintang-bintang berkelip. Angin malam menampar wajahnya, dingin tapi segar. Ia merasakan sebuah energi baru mengalir dari tulang ke otot, dari darah ke urat, dari hati ke kesadaran. Ia mengangkat tangan, merasakan getaran yang membentuk tubuhnya menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar manusia biasa.

Langkah pertama adalah bertahan. Langkah kedua… tubuhku akan menjadi baja.

Ia menutup mata sejenak, merasakan setiap sensasi di tubuhnya: otot yang menegang, urat yang menyalakan energi, kulit yang merasakan dingin dan panas. Setiap napas adalah latihan, setiap detik adalah tes. Ia menekan rasa sakit, menekan rasa lelah, menekan rasa lapar, hingga tubuhnya bergetar dalam sinkronisasi sempurna dengan kesadaran dan tekadnya.

Tiba-tiba, sebuah sensasi epik menghantamnya. Tubuhnya bergetar dari ujung kaki hingga ujung jari, urat-urat menyala, otot menegang seperti baja yang ditempa panas. Ia membuka mata, merasakan kekuatan baru mengalir dalam setiap gerakan. Tubuhnya kini bukan lagi sekadar manusia biasa—ini adalah Tubuh Baja, kekuatan yang lahir dari rasa sakit, disiplin, dan tekad tak tergoyahkan.

Aku… telah menembus tahap kedua. Tubuhku bukan lagi sekadar tubuh. Ini perisai dan pedang sekaligus.

Al Fariz menarik napas panjang, mengangkat tangan ke langit, merasakan energi yang mengalir seperti sungai lava yang membakar batas manusia biasa. Ia tersenyum, kali ini bukan senyum tipis, tapi senyum seorang pria yang tahu bahwa perjuangannya baru dimulai, dan tubuhnya kini siap untuk menghadapi apapun yang akan datang.

Langkah kedua… sudah kutapaki. Langkah ketiga, kebangkitan sejati, menunggu di depan.

Ia menuruni bukit, tubuhnya kuat, langkahnya mantap, aura keteguhan terpancar dari seluruh diri. Binatang-binatang di hutan menghindar, bukan karena takut, tapi karena merasakan energi yang berbeda—energi yang bukan hanya lahir dari otot, tapi dari tekad dan keteguhan hati.

Di tengah hutan itu, Al Fariz berlutut sejenak, menempelkan tangan ke tanah. Ia merasakan akar pohon, tanah, dan energi alam seolah mengalir bersatu dengan kekuatannya sendiri. Ia tahu, setiap tetes keringat, setiap luka, setiap rasa sakit malam ini adalah pondasi Tubuh Baja-nya.

Aku lahir kembali, bukan dari kata-kata, tapi dari darah, keringat, dan tekad. Dari malam sunyi hingga hari ini, setiap langkah adalah pengorbanan. Tubuh ini bukan sekadar alat—ini senjata dan pelindung bagi Nurendah.

Malam itu, bintang-bintang menatapnya, seolah memberi hormat pada kebangkitan seorang Sultan yang sedang menempuh jalannya sendiri. Al Fariz berdiri di tengah hutan, tubuh tegap, aura memancar, mata menatap langit, dan hati berbisik:

Langkah kedua… sudah kutapaki. Dan sekarang, aku siap menghadapi dunia.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!