Merasa bosan hidup di lingkungan istana. Alaric, putra tertua dari pasangan raja Carlos dan ratu Sofia, memutuskan untuk hidup mandiri di luar.
Alaric lebih memilih menetap di Indonesia ketimbang hidup di istana bersama kedua orang tuanya.
Tanpa bantuan keluarganya, Alaric menjalani kehidupan dan menyembunyikan identitasnya sebagai seorang pangeran.
Sementara sang ayah ingin Alaric menjadi penerus sebagai raja berikut. Namun, Alaric yang lebih suka balapan tidak ingin terkekang dan tidak punya ambisi untuk menjadi seorang raja.
Justru, Alaric malah meminta sang ayah untuk melantik adiknya, yaitu Alberich sebagai raja.
Penasaran? Baca yuk! Siapa tahu suka dengan cerita ini.
Ingat! Cerita keseluruhan dalam cerita ini hanyalah fiktif alias tidak nyata. Karena ini hasil karangan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Pria tadi yang berbuat curang, namun gagal merasa kurang senang. Tadinya dia sudah senang karena berpikir bisa mengalahkan Indah.
"Huh, kali ini kamu lolos. Tapi tidak lain kali," batin pria itu.
Setelah menerima hadiah, Indah pun segera turun dari podium. Sementara pria tadi menjauh dan menghubungi seseorang.
Indah kembali menghampiri Alaric dan saudara-saudaranya. Mereka mengucapkan selamat kepada Indah.
"Oke, aku pulang dulu ya. Sampai jumpa nanti," kata Indah.
"Ndah tunggu!" Alaric menghampiri Indah. "Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres," kata Alaric.
"Maksudmu?" tanyanya.
"Aku antar kamu pulang," jawab Alaric.
Indah mengangguk mengiyakan. Alaric menghampiri Boni untuk memintanya membawa motornya.
"Tapi aku tidak punya SIM," kata Boni. Dia takut nanti di jalan di tilang polantas.
"Dik, antar Boni pulang," kata Alaric kepada Alderich. Alderich pun mengangguk setuju.
"Kita semua mengantar Indah, aku juga merasa akan ada sesuatu yang bakal terjadi," kata Dexter.
Alaric melarang mereka untuk ikut, namun Denzel malah menggodanya.
"Bilang saja mau pacaran," kata Denzel.
"Oh ya udah, kalian semua boleh ikut mengantar Indah," ujar Alaric akhirnya.
Alderich membawa motor Alaric. Boni di minta untuk masuk ke dalam mobil milik Alberich.
Untuk pertama kalinya Boni merasakan naik mobil mewah seperti ini. Dia semakin curiga jika Alaric adalah orang kaya.
Sementara Alaric menggunakan motor Indah dan membonceng Indah. Mereka berdua jalan duluan dan di susul oleh mobil Alberich dan mobil Dexter. Belakang sekali Alderich membawa motor Alaric.
"Ada apa sebenarnya?" tanya Indah setengah berteriak.
"Apa kamu merasa tidak punya musuh? Seorang pembalap biasanya pasti punya musuh," jawab Alaric dengan setengah berteriak pula.
Indah merasa tidak punya musuh, tapi orang yang merasa tersaingi pasti akan memusuhi nya.
Ponsel Alaric berdering. Alaric terpaksa meminggirkan motornya. Yang lain juga ikut berhenti melihat Alaric berhenti.
Sungguh. Indah merasa dirinya seperti seorang putri yang di kawal oleh pengawal. Mana mereka tampan-tampan semua. Hanya Boni yang memiliki wajah pas-pasan.
"Assalamualaikum dik. Ada apa?" tanya Alaric. Alaric sengaja menjauh agar percakapan nya tidak di dengar.
"Waalaikumsalam. Kak, bulan depan ada balapan. Aku sudah daftarkan Kakak untuk ikut."
Alaric menoleh ke mereka semua yang menunggu di dalam mobil. Hanya Indah dan Alderich yang di luar.
"Kok tidak berunding dengan Kakak dulu sih? Bagaimana Kakak bisa ikut? Sementara Kakak ada di sini."
"Pulang dulu lah Kak, Bunda ingin melihat calon menantunya."
"Buset, ternyata sudah tersebar luas," batin Alaric.
"Halo Kak, apa Kakak masih di situ?" tanya Alice karena Alaric terdiam.
"Iya, nanti aku pulang sebentar. Tapi mungkin aku pulang sendiri. Sudah dulu ya, assalamualaikum."
Alaric langsung menutup teleponnya secara sepihak. Alaric menghela nafas panjang karena kabar dirinya punya pacar sudah di ketahui oleh Sofia.
"Siapa?" tanya Indah.
"Alice," jawab Alaric.
Indah tersenyum kecut mendengar nama Alice. Indah berpikir jika Alice adalah pacarnya Alaric.
Apalagi saat menjawab telepon, Alaric menjauh dari mereka. Yang berarti pembicaraan mereka tidak boleh di dengar oleh siapapun.
"Pasti dia cantik, kan? Dari namanya saja sudah seperti seorang putri," tanya Indah.
Alaric mengangguk. "Iya, dia yang paling cantik di antara kami," jawab Alaric.
Ya jelas yang paling cantik, Alice satu-satunya saudari perempuan mereka. Yang lain semuanya laki-laki.
Hati Indah tiba-tiba merasa perih. Dia sejak pertama kali melihat Alaric memang sudah suka.
Dengan Alaric sering menemuinya dan menolongnya saat dia di culik. Indah berpikir jika Alaric juga suka padanya.
Alaric tidak sadar kalau Indah merasa sakit hati dengan ucapannya. Namun Indah tetap bersikap biasa saja.
"Guys, bagaimana kalau kita makan dulu? Aku yang traktir untuk merayakan kemenangan ku," ucap Indah pada semuanya.
"Boleh. Aku yang pilih tempatnya," kata Dexter.
Mereka semua setuju. Dexter menjalankan mobilnya duluan, kemudian di susul oleh yang lain.
Indah yang di bonceng oleh Alaric hanya diam. Dia masih memikirkan perkataan Alaric yang mengatakan jika Alice paling cantik.
"Mungkin aku terlalu berharap," batin Indah.
Tanpa sadar air matanya mengalir. Alaric yang merasakan tubuh Indah berguncang pun segera berhenti.
Alaric membuka helmnya, kemudian hendak membuka helm Indah. Namun Indah menahannya.
"Hei, kamu kenapa?" tanya Alaric. Indah menggeleng tanpa melepas helmnya.
Alaric tidak mengerti. Kenapa Indah tiba-tiba menangis? Alaric membuka helm Indah, kali ini Indah tidak menolak.
"Kenapa hm? Tadi baik-baik saja dan tersenyum. Ada apa?" tanya Alaric.
"Mataku kelilipan," jawab Indah.
Alaric memberanikan diri memeluk Indah. Ia tahu Indah berbohong. Namun Alaric tidak peka sama sekali.
Indah semakin menangis di pelukan Alaric. Hatinya semakin sakit kala mengingat Alaric sudah punya kekasih.
"Al, temui kami di tempat biasa," kata Dexter. Alaric mengangguk. Tempat biasa berarti tempat keluarga Henderson makan.
Alaric mencoba menenangkan Indah. Hingga akhirnya Indah berhenti menangis. Alaric dengan perlahan mengusap air mata Indah.
Alaric memakaikan kembali helm untuk Indah. Baru untuk dirinya. Alaric menjalankan motor Indah dengan kecepatan tinggi.
Hingga Alaric bisa mengejar saudara-saudaranya. Indah menjadi malu setelah kejadian tadi.
Tapi tidak bisa di pungkiri. Baru pertama kali menyukai seseorang, namun orang itu sudah ada yang punya. Begitulah pikirnya.
Mereka tiba di tempat makan. Seperti biasa, mereka langsung menangkap sendiri ikannya untuk di panggang.
"Kamu suka yang mana?" tanya Alaric pada Indah.
"Yang itu saja," jawab Indah menunjuk ikan yang besar.
"Al, boleh di bawa pulang gak?" tanya Boni.
Ketiganya menoleh, yaitu Alaric, Alberich, dan Alderich. Tapi yang di maksud oleh Boni adalah Alaric.
Boni sedih, di sini dia makan enak. Sedangkan keluarga nya hanya makan seadanya saja.
Alaric mengangguk lalu meminta Boni untuk memilih beberapa ekor ikan untuk di bawa pulang. Alaric juga memesan untuk Indah untuk di bawa pulang.
Mereka memilih untuk memanggang ikan itu sendiri. Pemilik warung makan hanya membersihkan ikan nya dan membumbui nya saja.
"Mau pakai nasi Nak?" tanya pemilik warung makan.
"Boleh Pak," jawab Denzel.
Indah terdiam memperhatikan mereka yang sedang bercanda sambil memanggang ikan. Sesekali dia tersenyum, namun senyuman nya tidak seperti biasanya.
"Ini untukmu." Alaric memberikan ikan yang sudah matang.
"Terima kasih," ucap Indah.
Indah mencoba bersikap biasa saja. Berharap Alaric dan yang lainnya tidak curiga. Indah mulai makan, dia baru pertama kali datang ke sini. Karena Indah jarang makan di luar.
Di salon mobil tempatnya bekerja pun dia masak sendiri. Sementara pekerja yang lain memesan makanan dari luar.
"Makan kok belepotan," ucap Alaric lalu mengelap sudut bibir Indah dengan ibu jarinya.
Denzel dan yang lainnya tersenyum. "Masih mau menyangkal?" tanya Denzel.
Alaric menatap tajam ke arah Denzel. Sementara Indah hanya tertunduk malu. Indah senang di perlukan seperti itu. Namun hatinya juga sakit karena berpikir Alaric hanya memberi harapan palsu.