NovelToon NovelToon
Unwritten Apologies

Unwritten Apologies

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Model / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:89.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Ini adalah kisah cinta pria berkebangsaan Korea dan gadis berdarah Indonesia.

Waktu SMA, Ha joon tidak setampan sekarang. Pria itu gemuk dan selalu memakai kacamata tebal kemana-mana. Ha joon sangat menyukai Rubi, gadis populer di sekolahnya.

Namun suatu hari Ha joon mendengar Rubi menghina dan mengolok-oloknya di depan teman-teman kelas mereka. Rasa suka Ha joon berubah menjadi benci. Ia pun memutuskan pindah ke kampung halamannya di Seoul.

Beberapa tahun kemudian, Rubi dan Ha joon bertemu lagi di sebuah pesta pernikahan. Ha joon sempat kaget melihat Rubi yang berada di Korea, namun rasa dendamnya sangat besar hingga ia berulang kali menyakiti perasaan Ruby.

Tapi, akankah Ha joon terus membenci Ruby? Mulutnya berkata iya, namun tiap kali gadis itu tidak ada didepan matanya, ia selalu memikirkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kau tidur nyenyak?

Ha Joon bangkit dari kursi, berjalan ke jendela yang separuh terbuka. Hujan sudah reda, tapi sisa gerimis masih terlihat membasahi kaca. Kilat sudah pergi, tapi langit tetap muram. Ia bersandar di bingkai jendela sembari menatap ke Ruby. Hampir satu jam ia berada di dalam ruangan ini. Ia baru keluar saat dua orang perawat masuk.

Ha Joon kembali ke ruang pasien tempat dia beristirahat tadi. Rasa sakit di bahunya masih terasa. Tapi tidak sesakit tadi. Ia berbaring di ranjang orang sakit itu dengan pandangan ke atas, menatap langit-langit kamar. Hari ini sungguh melelahkan. Baik fisik, terutama hatinya. Pria itu terus menatap ke langit-langit kamar sampai matanya tertutup sendiri dan alam kesadarannya berpindah ke alam mimpi.

Paginya, saat Ruby membuka mata, ia mendapati dirinya di sebuah ruangan asing. Bau khas obat-obatan membuatnya merasa mual. Ah benar, dia sekarang sedang berada di rumah sakit.

Awalnya Ruby lupa, tetapi ia langsung ingat kejadian semalam. Kejadian di mana dia hampir mengalami kecelakaan fatal bersama Ha Joon.

Ha Joon, mana Ha Joon? Ruby bertanya-tanya pada dirinya sendiri sambil matanya melirik ke segala arah. Ia terus mencari seolah berharap akan menemukan sosok yang dia cari berada di tempat itu. Saat tidak menemukan yang dia cari, Ruby membuang nafas panjang.

Jangan terlalu berharap Ruby. Ha Joon pasti sudah pulang.

Gumam Ruby dalam hati lalu menundukkan kepalanya. Dia tahu kalau sikap lembut Ha Joon padanya semalam karena dirinya ketakutan. Ha Joon hanya ingin menenangkan orang yang ketakutan. Seperti yang dia rasakan semalam. Ya, pasti hanya itu saja, tidak lebih. Dendam

Ha Joon kepadanya jauh lebih besar.

Ruby menyandarkan punggungnya ke sandaran tempat tidur. Ia menatap kosong ke dinding yang putih pucat, membiarkan rasa getir merambat perlahan dari dadanya ke seluruh tubuh.

Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Tapi bayangan semalam kembali hadir. Detik-detik saat mobil nyaris tergelincir di tikungan tajam, tubuhnya yang membeku karena ketakutan, dan tangan Ha Joon yang refleks meraih dan memeluknya erat, seolah tak ingin kehilangannya. Untuk sesaat, ia merasa hangat. Terlindungi.

Tapi ia tahu itu semu.

"Kau sudah bangun rupanya."

Suara berat itu membuat Ruby tersentak. Ia menoleh cepat ke arah pintu. Sosok jangkung itu berdiri di sana, masih mengenakan kemeja yang sama dengan ia kenakan semalam. Kemeja tersebut tampak kusut. Ha Joon menatapnya tanpa ekspresi, namun ada gurat lelah dan sesuatu yang sulit dijelaskan di matanya.

"Kau belum pulang?" tanya Ruby pelan, berusaha terdengar biasa saja meski jantungnya berdegup cepat.

"Salah satu dokter di sini adalah kerabatku. Dia melihat kita di rawat dan langsung lapor pada ibuku. Sekarang aku dapat tugas harus menemanimu di rumah sakit dan mengantarmu pulang." kata Ha Joon datar.

Jadi begitu. Ruby pikir pria itu sendiri yang ingin tinggal untuk menemaninya. Ternyata dia salah. Gadis itu memaksakan seulas senyum. Tidak apa-apa, setidaknya dia masih bisa melihat pria itu.

Saat Ruby hendak berbicara, seorang dokter beserta beberapa perawat masuk. Dokter itu menyapa Ruby dan Ha Joon sebelum memeriksa Ruby.

"Selamat pagi," sapa dokter ramah itu sambil membuka berkas yang dibawanya.

"Bagaimana perasaanmu, nona Ruby?"

Ruby mencoba tersenyum kecil.

"Baik dokter."

Dokter itu mengangguk sambil memeriksa tekanan darah dan memerhatikan hasil tes yang sebelumnya sudah dilakukan.

"Tidak ada cedera serius di lututmu. Hanya syok dan sedikit memar akibat benturan. Tapi kau harus tetap istirahat dan hindari stres."

Mendengar kata 'hindari stres', Ruby menahan senyum getir. Bagaimana mungkin dia bisa menghindari stres kalau Ha Joon bersikap sedikit lebih baik padanya. Namun ia hanya mengangguk patuh, tak ingin menimbulkan keributan di depan dokter.

"Kalau tidak ada keluhan lain, kau sudah bisa pulang sekarang." lanjut sang dokter.

"Tapi kami tetap menyarankan observasi ringan di rumah selama dua atau tiga hari."

"Terima kasih, dokter." jawab Ruby pelan.

"Pak Ha Joon," sang dokter menatap ke Ha Joon. Pria itu balas menatapnya.

"Anda juga sudah boleh pulang." katanya.

"Ya, aku sudah tahu." balas pria itu.

Setelah sang dokter dan perawat keluar, suasana kembali hening. Ha Joon berjalan mendekat, lalu menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur.

Ruby meliriknya sekilas, lalu kembali menunduk.

"Berkemaslah, aku akan mengantar pulang."

perkataan itu sontak membuat Ruby mendongak menatap pria itu.

"Ha Joon sie ..." Ha Joon menatapnya tapi tidak bicara.

"Kau … tidak perlu repot mengantarku pulang. Aku bisa naik taksi."

"Kau pikir aku bilang akan mengantarmu karena aku ingin?" balas Ha Joon cepat.

"Ibu yang menyuruhku." pria itu beralasan.

Ruby tersenyum pahit. Ia ingin percaya bahwa sedikit dari perhatian Ha Joon semalam adalah nyata. Tapi pria itu baru saja mengingatkannya bahwa semua ini karena perintah, bukan keinginan.

"Maaf," katanya lirih, meski tak tahu pasti untuk apa ia minta maaf. Mungkin karena kehadirannya jadi merepotkan, atau karena perasaannya yang bodoh masih saja berharap hubungan mereka akan membaik.

Ha Joon mendesah dan menoleh ke luar jendela.

"Sopirku sedang menuju ke sini. Sebentar lagi dia sampai."

"Oh…" Ruby menganggukan kepala.

Beberapa detik hening, sampai akhirnya Ha Joon berkata tanpa menoleh,

"Kau tidur nyenyak?"

Ruby menatapnya bingung. Pertanyaan itu terdengar… hangat. Terlalu hangat untuk pria yang katanya hanya menjalankan tugas.

"Iya… cukup nyenyak," jawab Ruby ragu.

"Kau?" ia balas bertanya.

Ha Joon tak langsung menjawab. Ia menatap lurus ke depan, lalu berkata pelan,

"Aku hanya tidur beberapa jam, hampir tidak bisa tertidur."

Ruby terdiam.

"Kau sulit tertidur? Tapi kondisimu baik-baik saja kan?" Ia reflek bertanya.

Ha Joon tidak menjawab, hanya menatapnya lama. Tatapan itu membuat Ruby kembali menunduk. Ada yang berbeda di mata Ha Joon pagi ini. Bukan amarah atau cemoohan seperti biasanya, melainkan keraguan, seolah pria itu sedang berperang dengan dirinya sendiri.

"Aku baik-baik saja," jawabnya akhirnya. "Hanya terlalu banyak yang kupikirkan."

Ruby mengangguk pelan. Ia tidak ingin mendesak. Bukan tempatnya lagi menanyakan isi kepala Ha Joon, apalagi isi hatinya.

Beberapa saat kemudian, Ha Joon berdiri.

"Aku akan bantu urus administrasinya. Bereskan barang-barangmu. Kita segera pulang.”

"Mm."jawab Ruby pendek.

Langkah kaki Ha Joon menjauh, dan pintu menutup perlahan. Ruby terus memandangi pintu itu meski orangnya sudah tidak ada.

1
yuning
semoga Joon ah , segera meleleh ya Ruby
Dwi Winarni Wina
Cie-cie perhatian kecil dr hajoon membuat hati ruby menghangat, hajoon sangat perhatian skl sampai mengobati luka memar dikaki ruby...

Detak jantung ruby sangat kencang skl berdebar deg-degan dkt sm hajoon jarak dekat skl, tanpa disadari sorot mata hajoon dan ruby penuh cinta dan kerinduan, krn ketutup dendam dimasalalu jd salahpaham....

Hajoon berusaha membentengi dirinya ke ruby penuh dendam dan kebencian....
Ruby demi kebaikan bersama sebaiknya berkata jujur kehajoon biar gak salahpaham terus....

lanjut thor....
semangat selalu.....
sehat selalu.....
Ilfa Yarni
hajoon dendam terbalut cinta mana yg akan menang kita liat saja nanti
Nanda Jihan
lnjut up lg
Esther Lestari
Hari yg melelahkan tapi juga sedikit membahagiakan ya Ruby. Perhatian Ha Joon membuat tenang dan mendebarkan😄
Aras Diana
upnya thor
Aras Diana
upnya thor
Dahlia Kartono
lanjut Thor
Deasy Dahlan
semoga hajoon..berubah....mau memaafkan ruby
Aisilia Putri
lanjut thor up 2 kali gitu
anonim
bagus ceritanya
anonim
Ha joon ini selalu mengatas namakan mama kalau mau berbuat apa untuk Ruby
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
sebenarnya kau masih peduli ha joon sama ruby
Santi Nuryanti
crazy up dunk thorr...yah yah.hehehhe
*Septi*
apakah ini tanda Ha Joon mulai melunak..
semoga saja
*Septi*
bener banget cuma alasan..
aslinya ke inginan hatinya
Dewi Purbowati
d tunggu up xa lagi thor
Imas Fatimah
lanjut thor.....mulai terbuka tabirnya dong....
Nur Lela
keren
Bukhori Muslim
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!