Aku tidak pernah tahu tentang bagaimana akhirnya. Mencintaimu adalah sesuatu tanpa rencana yang harus kutanggung segala konsekuensinya. Jika di izinkan Tuhan untuk bersama, aku bahagia. Tapi jika tidak, aku terima meski terluka. -Alea-
**
Hamil diluar nikah memang sebuah aib, tapi kenapa harus perempuan yang menanggung lebih banyak sikap dan penilaian buruk dari setiap orang.
Lalu, bagaimana dengan Alea? Dia hamil oleh kekasihnya, tapi tidak mendapatkan tanggung jawab dari pria yang telah menodainya.
Di hari pernikahan, Alea harus menerima jika dia harus menikah dengan Rean, suami pengganti untuknya. Kakak dari pria yang membuatnya hamil.
Lalu, pernikahan seperti apa yang akan dia jalani?
Aku hanya suami pengganti untukmu, kau harus pergi dari kehidupanku setelah bayi ini lahir. -Rean-
Bisakah aku memperjuangkanmu sebagai suamiku? -Alea-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Rela Kata Cerai Terucap
Rean berdiri di depan cermin di kamar mandi. Menatap tubuhnya yang penuh dengan bekas ciuman. Dia mengerutkan kening, mencoba untuk mengingat apa yang terjadi tadi malam.
"Sial, aku bahkan tidak ingat apapun"
Rean segera keluar dari kamar mandi, memakai baju dan bersiap untuk pergi bekerja. Turun ke lantai bawah, dia melihat Alea yang berjalan menuju dapur.
"Semalam yang antarkan aku ke rumah, Arian 'kan?"
"Iya, Arian yang datang membawa Tuan pulang"
Rean mengangguk pelan, dia mengambil ponsel dari sakunya. Menghubungi Arian. "Hallo, Arian kau ada dimana?"
"Kantor, ada apa?"
"Aku kesana sekarang"
"Untuk apa?"
Rean tidak menjawab lagi, dia segera mematikan sambungan telepon. Berjalan melewati Alea begitu saja dan pergi. Alea hanya menatap bingung pada suaminya, tapi pada akhirnya dia tidak terlalu peduli tentang itu.
Setelah sarapan, Alea sudah siap pergi bekerja. Tapi dia teringat jika motornya bahkan belum dia ambil sampai hari ini. Sudah dua hari motor itu berdiam di parkiran Mal.
"Apa motorku tidak akan hilang ya? Ah, aku pergi bekerja pakai apa sekarang?"
Alea yang kebingungan, akhirnya kembali ke dalam rumah.
"Loh, belum berangkat Nona?" tanya Mbak Ika.
"Aku lupa jika motorku di tinggal di Mal, dan belum diambil sampai sekarang. Mau pesan ojek online juga pasti sudah terlambat"
"Diantar sama Pak Sopir saja ya, lagian hari ini Tuan tidak memakai Sopir. Beberapa hari ini Tuan Muda lebih sering mengemudi sendiri"
"Memang boleh, Mbak?" tanya Alea, bahkan banyaknya fasilitas di rumah ini, Alea tidak pernah berani menggunakannya. Karena dia sadar jika dirinya hanya seorang istri yang tidak pernah di inginkan oleh Rean. Jadi dia harus tahu diri.
"Tentu saja, kenapa tidak boleh. Nona ini berhak menggunakan apapun di rumah ini. Nona istrinya Tuan Muda"
Alea tersenyum miris, jika dia dinikahi karena cinta, mungkin memang pantas dengan hal itu. Tapi ini Alea? Perempuan yang dinikahi hanya karena terpaksa.
"Biar saya panggil dulu Pak Sopir di belakang. Nona tunggu disini" ucap Mbak Ika sambil berlalu.
Akhirnya hari ini Alea pergi dengan diantar oleh Pak Sopir. Dia berniat sore nanti akan pergi mengambil motornya di Mal. Bekerja seharian tidak banyak drama untuk hari ini. Alea bersyukur karena bayinya bisa di ajak bekerja sama. Saat sedang bekerja, dia belum pernah rewel apalagi sampai membuat Alea mual seperti ketika berada di rumah. Sepertinya anaknya juga mengerti jika Alea harus merahasiakan kehamilan ini.
"Vin, kamu ada urusan gak sepulang kerja?"
"Em, aku mau pulang ke rumah sih. Mama minta diantar pergi. Kenapa memangnya Al?"
Alea menggeleng pelan, dia tersenyum pada Vina. "Tidak papa, tadinya mau ikut kamu untuk nebeng ambil motor aku"
"Aduh, gimana dong? Aku sudah janji, tuh Mama sudah telepon lagi"
"Yaudah tidak papa, aku akan naik ojek online saja"
"Em, maaf banget ya Al"
"Iya, gak papa"
Alea akhirnya memesan ojek online dari ponselnya. Dia pergi menuju Mal untuk mengambil motornya. Pasti biaya parkirnya juga mahal, karena sudah dua hari lebih motor itu berada disana.
Setelah sampai di Mal, Alea segera mengambil motornya. Beruntung motornya masih ada. Dia membayar biaya parkir dan segera pulang ke rumah.
Sampai di rumah sedikit terlambat, hari sudah mulai gelap. Alea turun dari motor, melihat mobil suaminya ternyata sudah berada di garasi.
"Ah, kenapa sudah pulang ya? Cepat sekali?"
Alea segera masuk ke dalam rumah, melihat Rean yang duduk di sofa. Tubuhnya bersandar pada sofa dengan satu tangan berada di sandaran sofa. Menatap Alea dengan dingin.
Ada apa ini? Apa aku melakukan kesalahan? Kenapa dia menatapku begitu?
Alea berjalan dengan sedikit ragu, langkah kakinya memelan saat melihat tatapan suaminya itu. Tapi Alea tetap tidak akan bisa menghindarinya.
"Em, Tuan sudah pulang ya"
"Darimana kau?" tanya Rean dengan suara rendah tapi penuh penekanan.
Alea mengusap lengannya, seketika merasa merinding hanya mendengar suara Rean dan tatapannya itu yang mengerikan.
"Em, habis bekerja terus ambil motor ke Mal. Aku belum mengambilnya sejak hari itu"
"Bersama pria lain? Kau pergi dengan pria lain?"
Alea mengerutkan kening, merasa ucapan Rean tidak bisa dia mengerti. "Maaf? Maksud Tuan Rean apa?"
"Aku melihatmu di jalan dan kau di bonceng seorang pria. Oh jadi seperti ini saat kau diluar? Bisa pergi dengan pria manapun? Aku jadi ragu, apa anak itu benar anak Athan dan keturunan keluargaku, atau bukan"
Alea terdiam, napasnya memburu. Ucapan Rean membuat dadanya terasa sesak. Bahkan dia mengatur napas agar tidak terpancing emosi sesaat.
"Tuan, ucapan Tuan benar-benar sangat menyakitkan. Jika tidak percaya jika bayi ini adalah anak Athan, maka lakukan tes DNA saja, aku tidak takut. Karena aku hanya sekali melakukan, dan itu hanya dengan Athan. Adiknya Tuan"
Alea menghembuskan napas berat, tangannya meremas celana panjang longgar yang dia pakai. "Yang tadi bersamaku, hanya ojek online Tuan. Jika tidak percaya bisa hubungi orangnya, aku ada nomor kontaknya dari aplikasi. Mau?"
"Lagi pula, aku memang salah telah begitu mudah menyerahkan diriku pada Athan. Tapi, jika aku tidak mabuk, tidak ... jika kami berdua tidak mabuk malam itu, mungkin tidak akan terjadi. Aku juga menyesalinya. Tapi apa yang sudah terjadi tidak akan bisa di ulang. Maaf karena aku sudah membuat Tuan terpaksa menjadi suami pengganti"
Rean terdiam, mendengar luapan ucapan Alea yang seolah memang dia ingin meluapkan semuanya yang selama ini dia pendam.
"Aku akan lakukan sesuai dalam surat perjanjian. Setelah anak ini lahir, maka aku akan mengajukan cerai pada Tuan"
Deg... Jantungnya berdebar kencang sekali, bahkan sampai terasa cukup nyeri. Rean memegang dadanya sambil menatap kepergian Alea ke kamarnya. Ucapan Alea barusan, benar-benar membuat dadanya sakit dalam seketika.
"Ada apa dengan aku ini? Kenapa dadaku selalu berdebar sakit"
Rean menghembuskan napas kasar, menyandarkan kepalanya di sofa. Memejamkan mata untuk menenangkan diri sejenak. Tangannya masih memegang dadanya yang masih berdebar kencang dan terasa sakit.
Setelah anak ini lahir, aku kan mengajukan cerai pada Tuan.
Ucapan Alea terngiang di telinganya, Rean merasakan dadanya semakin berdebar kencang dan sakitnya semakin nyata.
"Kenapa aku tidak rela mendengar kata cerai terucap dari mulutnya. Ada apa denganku?"
Bersambung
Masih teka teki gak sih..
pasti arina dapetin bukti2 dr sam dgn syarat arina harus nikah deh sm sam,,,,
jika ada selain samuel membantu Arin,,berarti itu nanti yg menjadi kekasih nya,,,tapi aku besar kemungkinan bahwa Samuel lah yg memberikan itu bukti🤣🤣🤣🤣🤣
cowok badboy nih bos..senggol dong....