NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Pria Desa Kabut Surem

Misteri Kematian Pria Desa Kabut Surem

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Dendam Kesumat / Tumbal
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Juniar Yasir

“Arghhhhkkkk mayaaaat!!!’’


Tumini yang sedang mencari rumput untuk makanan ternaknya, tiba-tiba saja mencium aroma busuk dari sekitarannya. Dia yang penasaran meski takut juga memberanikan diri masuk ke kebun lebih dalam.

Saat asik mencari sumber bau busuk, Tumini di buat shock berat karena melihat mayat yang menggantung di pohon cengkeh.

Bagian dada kiri terdapat luka bolong lumayan besar, bagian kaki terus mengucurkan darah, mayatnya juga sudah tidak di kenali.



Apa yang terjadi di kampung Kabut Surem? akankah kematian misterius bisa terpecahkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di obati

Melihat Dimas sudah baikan ketiga pria keluar dari kamar pria tersebut. Mereka sedikit merasa lega, karena Dimas bisa tidur juga akhirnya. Tadi juga Yuda sudah menelepon ustadz Mumtaz untuk datang kesini setelah pulang dari tahlilan.

Ningrum yang awalnya ragu, akhirnya setuju juga untuk meminta tolong pada ustadz Mumtaz, karena tidak bisa mau di biarkan begitu saja. Sakit Dimas bukan sakit biasa lagi, karena akan hilang saat adzan magrib dan subuh saja. Jika penyakit medis tentu tak akan tau waktu kapan akan sembuh dan kambuh. Ini akan sembuh jika mendengar adzan saja, tentu memang ada sesuatu yang salah.

“Minim dulu Pak ustadz’’ Ningrum menyuguhkan teh.

“Terima kasih mbak yu.’’ jawab ustadz Mumtaz tersenyum.

“Harusnya saya yang berterima kasih karena pak ustadz sudah mau direpotkan datang malam-malam begini’’ timpal Darma sungkan juga sebenarnya.

“Sudah kewajiban kita sesama muslim untuk saling membantu’’ ujar ustadz Mumtaz.

“Ya sudah, ustadz nanti boleh istirahat di kamar bagian tengah antara kamar Ambar dan Dimas. Begitu juga Nak Yuda dan Ferdi’’ ucap Darma.

Ketiganya hanya mengangguk saja. Sekitar pukul 10 malam, mereka masuk kamar masing-masing. Tak lama Yuda dan Ferdi langsung terlelap, karena mungkin sudah kantuk. Sedangkan Ustadz Mumtaz membaca Al-Qur'an, lalu berdzikir. Dalam kondisi begini tidak bisa mau tidur nyenyak, karena sejak masuk pekarangan rumah Eyang Gayatri tadi, ustadz Mumtaz sudah merasakan energi kurang enak karena aura jahat. Tapi energi ini tak di kenali ustadz Mumtaz, karena memang asing.

Dulu, ketika almarhumah Eyang Gayatri masih hidup, ustadz Mumtaz sering datang kerumah ini. Baik untuk menjual hasil perkebunan mau pun berjualan jamu. Jadi beliau lumayan mengetahui jika yang dipelihara Eyang Gayatri tidak pernah menganggu orang apalagi cucu sendiri dan tidak pernah masuk dalam rumah, hanya di luar saja. Namun yang ini aura nya memang berbeda dan sangat jahat sekali. Memang harus hati-hati sekali, jika tidak nyawa salah satu keluarga ini yang akan melayang.

.

“Argkhkkkk.... Sakit!! Pergi kamu!!’’ rintih Dimas kembali sakit kepala.

“Arghhhkkkk!!!! Buggghhh!’’ Dimas menghentakkan kepala di meja nakas saking sakitnya. Ini karena rasa sakit jadi tidak kepikiran mau membenturkan didinding, kalau tidak pasti sudah di lakukannya. Bagaimana tak sakit, di kepala Dimas kuku tajam itu menusuk dengan brutal. Dan kali ini rasanya lebih sakit, karena ada yang seperti menghantam juga dengan palu.

Ustadz Mumtaz yang memang tidak tidur sama sekali mendengar erangan Dimas yang keras. Dirinya langsung membangunkan Ferdi dan Yuda. Mereka langsung masuk kamar Dimas, tampak pria itu membenturkan kepala dimeja.

“Astaghfirullah’’ ucap ke tiganya berbarengan. Yuda dan Ferdi langsung memegang tangan Dimas.

“Kak Dimas kambuh lagi fer?’’ tanya Della yang terlihat masih mengantuk.

“Iya, kamu tolong panggilin orang tua mu’’ jawab Ferdi. Della mengangguk, lalu buru-buru turun ke bawah.

Sampai di bawah ternyata orang tuanya tidak ada di kamar. Della mendengar orang ngobrol di belakang dan ternyata keduanya berada di dapur. Darma minum kopi karena memang tidak bisa mau tidur nyenyak.

“Loh, kalian disini?’’ Della mengambil air dikulkas.

“Mana bisa kami tidur nyenyak, sedangkan kakak kamu belum tau masih sakit atau hanya sembuh sementara!?’’ jawab Ningrum.

“Noh itu kembali sakit. Ayo buruan!’’ setelah mengatakan itu Della kembali ke atas di ikuti orang tua nya.

“Lepaskan bangsat sialan!! Aghkkkk!! Lepas!’’ maki Dimas memang kesal sekali. Dirinya yang sakit kepala tidak leluasa mau bergerak untuk membenturkan kepala, berharap bisa menghilangkan sakit kepalanya.

“Istighfar nak’’ ucap Ningrum yang baru masuk.

"Diam!’’ balas Dimas membentak. Ningrum tidak tersinggung sama sekali, karena memang anaknya begini akibat rasa sakitnya. Jika sedang sehat sang anak tidak pernah begitu.

“Ma, sakit. Wanita itu menusuk kepala ku dengan kuku tajamnya’’ ucap Dimas memelas sekali. Wajahnya juga sangat pucat. Dua hari sakit begini, belum ada makan dengan teratur.

“Wanita siapa nak? Mama nggak lihat. Ya Allah ini bagaimana ustadz?’’ Ningrum jadi takut dan kasihan sekali pada anaknya.

"Sebaiknya Mbak yu dan yang lain mengaji dan berdo'a, semoga dek Dimas diangkatkan segala penyakit dan dilindungi dari tipu daya iblis’“ ucap Mumtaz.

“Sakit ma’’ racau Dimas.

“Banyak istighfar nak. Insyaallah ustadz mendo'akan kamu, dan Allah sembuhkan kamu’’ Ningrum iba sekali melihat anaknya seperti ini.

"Maaf sebelumnya, kalo bisa ini dek Dimas, kita ikat saja. Karena ini akan lebih bahaya, lagipula subuh masih lama.’’ timpal Mumtaz memberi saran.

“Ya, sebaiknya memang begitu.’’ jawab Darma pasrah.

“Pa, aku mohon jangan. Biarkan kepala ini ku bentur saja. Aku nggak kuat dengan sakitnya’’ Dimas akhirnya menangis juga.

"Maaf kan papa nak, ini demi keselamatan kamu’’ Darma mengambil tali yang berada di bawah nakas. Mereka mulai mengikat kaki tangan Dimas.

“Boleh minta garam dan air. Satu botol untuk minum, satu ember untuk mandi’' Mumtaz berbicara pada Della.

“Baik. Sebentar pak ustadz’’ Ambar turun ke bawah.

"Dan kamu, besok tolong pergi ke hutan bukit tolong Carikan daun Bidara ungu’’ lanjutnya pada Ambar.

“Tapi saya nggak tau daerah sini pak ustadz.’’ jawab Ambar.

“Nanti saya akan antar kamu, karena hanya kamu yang bisa mengambilnya.’’ Balasnya.

Ustadz Mumtaz kembali berdzikir, sehingga Ambar tidak bisa lagi mau bertanya. Tentu wanita ini merasa heran, kenapa harus dirinya dan apa sangkut pautnya sehingga hanya Dia yang bisa mengambil untuk obat Dimas.

.

Ferdi datang membawa seember air. Sedangkan Della membawa botol dan garam, meletakkan di depan Ustadz Mumtaz.

"Terima kasih’’.

Ustadz Mumtaz langsung membaca do'a dan ayat ruqyah. Metode nya mengobati para pasien yang terkena sihir memang seperti itu, untuk obat sakit biasa juga biasanya menggunakan racikan obat herbal.

Biasanya sebagian warga desa ini berobat pada dukun, ada juga yang minta tolong pada ustadz Mumtaz. Karena jika pada dukun pasti akan mengeluarkan biaya yang cukup besar, namun pada ustadz Mumtaz tidak pernah meminta biaya. Jika di beri pun, Ustadz Mumtaz akan menolak halus dengan meminta di masukkan pada kotak amal di masjid-masjid saja.

.

👽👽👽👽

.

Tak terasa adzan magrib telah berkumandang. Dimas juga langsung sembuh. Meskipun sembuh sementara tapi yang dirumah agak lega juga. Jadi Dimas bisa makan dengan tenang. Meraka juga berharap setelah minum dan mandi dengan air dari ruqyah ustadz Mumtaz, Dimas akan kembali sehat.

Ambar juga sudah bersiap-siap, karena pagi ini akan ke bukit. Meski masih bingung, Dirinya mengikuti saja, toh ini juga demi keselamatan sepupunya.

.

.

.

Jangan lupa like subscribe vote dan komentarnya 🫰 🙏

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!