Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16.
"Mas, menangis ?" tanya Cindy tidak tau tangannya tanpa sadar mengusap sisa air mata Devan.
Devan kembali memeluk Cindy. "Iya, aku pikir aku kehilanganmu, aku sangat menyesal, mulai sekarang apapun yang terjadi aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi sendirian, aku lebih baik disini selamanya dari pada kembali ke kota, asalkan tatap bersamamu." Ujar Devan tanpa sadar telah mengatakan kalau Cindy lebih penting baginya dari pada yang lain.
Hati Cindy berbunga, baru kali ini dia dianggap penting oleh seseorang, setelah Mama dan Papanya meninggal.
"Ayo kembali kegubuk," Devan berjongkok didepan Cindy agar Cindy naik ke punggungnya.
Devan membawa Cindy kembali kegubuk, setelah membersihkan darah dikaki Cindy dia membalikkan nya kembali, setelah itu Devan keluar lagi mencari obat herbal sekaligus mengambil pisang yang tadinya ditinggalkan.
Tidak lama kemudian Devan kembali kegubuk, dia memberikan obat dikaki Cindy, setelah itu Devan juga menyuapi Cindy pisang.
Cindy tidak berkomentar apapun, dia menikmati suapan dari Devan, hati ya sangat senang, dia merasa dimanja seperti saat Mama dan Papanya masih hidup.
***
Hari sudah hampir gelap, Andi dan semua anggotanya sudah kembali, saat ini dia sedang berada diruang kerja Tuan Bagas.
"Maaf Om, kami sudah mencari kemana-mana, semua pulau sudah kami telusuri, begitu juga dengan helikopter yang satunya, mereka juga sudah menelusuri semua pulau tapi hasilnya tetap sama, Devan tetap tidak ditemukan." Lapor Andi pada tuan Bagas.
Sekali lagi, Nyonya Reisa menelan kecewa, sepertinya kali ini dia benar-benar sudah menerima kalau Devan Putra semata wayangnya sudah meninggal.
"Aku sangat menghargai kerja kerasmu, sepertinya Devan benar-benar sudah tiada, kalau begitu, percuma kita mencari, lebih baik kita hentikan pencarian." Tuan Bagas kali ini sudah sangat yakin kalau Devan sudah tiada.
Setelah memberitahu Tuan Bagas, dan mengobrol sedikit, Andi pamit pulang karena sudah malam.
Pencarian Devan sudah benar-benar dihentikan, Tuan Devan dan Nyonya Reisa sudah pasrah dan sudah mengikhlaskan semuanya.
***
Hari berganti hari, bulan-bulan berlalu. Hari ini Devan dan Cindy membuat tiang dan layar pada perahu yang ditinggalkan oleh mendiang Nenek Mirna dan suaminya.
"Mas, apa mas yakin perahu ini bisa membawa kita kembali ke kota ?" tanya Cindy tidak yakin karena perahunya sangat kecil.
"Iya sayang, mas yakin, disini tidak ada yang bisa kita harapkan lebih, pulau ini tidak terjamah oleh manusia, setidaknya kita mencoba, siapa tau diperjalanan kita ditolong oleh nelayan." jawab Devan.
Devan dan Cindy sudah saling mencintai, Cindy jatuh cinta pada Devan ketika Devan merawat kaki ya dengan ikhlas, sabar, dan penuh kasih sayang.
Devan yang dari awal mengagumi kecantikan Cindy, dan akhirnya dia juga jatuh cinta pada Cindy, apa lagi mengingat pesan Nenek Mirna yang memintanya menjaga, menyayangi dan juga menikahi Cindy.
Pada akhirnya keduanya saling jatuh cinta dan menjadi pasangan kekasih saat ini.
biarpun begitu, keduanya saling menghargai, di pulau ini hanya mereka berdua saja, namun mereka masih menjaga batas, selain pelukan dan ciuman mereka tidak melakukan lebih sebelum halal.
Semakin hari, Cindy semakin mencintai Devan, sifat Devan yang penyayang, dan selalu memanjakannya membuat Cindy tidak bisa jauh dari Devan.
Begitu juga Devan, kecantikan Cindy, sifat manja Cindy, sikap cuek, dan jutek Cindy juga membuat cinta Devan semakin dalam pada gadis itu.
"Oke, sudah siap, kita akan berangkat besok, tapi kita harus mencari makanan dulu untuk bekal." Ujar Devan setelah siap membuat tiang dan juga layar.
"Tapi mas, perahu ini terlalu kecil, apa mas yakin, gimana kalau ada badai ?" tanya Cindy, dia takut kalau ada badai atau gelombang besar dan Cindy yakin kalau perahunya tidak mungkin tidak terbalik.
Devan diam sesaat, benar yang dikatakan Cindy, jika cuaca laut tidak baik, sudah pasti perahu kecil ini akan berbalik.
Tapi Devan kalau tidak senang perahu ini sampai kapanpun dia dan Cindy tidak akan bisa meninggalkan pulau ini.
"Kita coba dulu, dan kita berdoa saja, semoga cuaca laut tidak buruk, kalau kita tidak pergi dengan perahu ini, sampai kapanpun kita tidak bisa pergi dari sini." Jawab Devan.
"Apa kamu takut ?" tanya Devan karena melihat raut wajah Cindy seperti ragu.
Cindy tersenyum, kemudian dia menggeleng. "Tidak, aku tidak takut, seperti mas bilang tadi, jika tidak dicoba, maka selamanya kita akan berada disini." Jawab Cindy.
Cindy sudah nekat, dia harus mencoba, dan Cindy juga sudah siap dengan resikonya.
"Kalau begitu, kita harus mencari bekal sekarang !" ajak Devan. Keduanya mulai mencari bekal, ada kelapa, ada pisang dn beberapa lainnya.
Sementara dikota tempat tinggal Cindy dahulu, Nyonya Sera memaksa pengacara Papa Cindy agar pengacara itu menyerahkan semua surat dan sertifikat restoran, butik, rumah, semua kepadanya.
"Pak Yudi, anda tidak bisa seperti itu, anda harus menyerahkan semua sertifikat itu padaku, ini semua punya suamiku." Paksa Nyonya Sera.
Pak Yudi selaku pengacara yang sangat dipercaya oleh Papanya Cindy, dia bersikeras tidak mau menyerahkan semua itu pada Nyonya Sera, walaupun berulang-ulang kali Nyonya Sera memaksa dan mengancamnya.
"Maaf sekali Nyonya Sera, aku tidak bisa menyerahkan semua itu pada anda, almarhum Pak Brata sudah mengamanahkan padaku, semua hartanya hanya diserahkan pada Nona Cindy, karena semua ini bukan Punya Pak Brata, tapi punya Buk Lusi Ibuknya Nona Cindy." Pak Yudi tetap pada amanah dari Pak Brata, apapun yang terjadi, Pak Yudi tidak akan memberikan sertifikat itu pada orang lain selain Cindy.
"Pak Yudi, berapa kali sudah kukatakan, kalau Cindy itu sudah meninggal, dia tidak mungkin kembali lagi." Bermacam alasan yang Nyonya Sera katakan, pak Yudi tetap pada amanah.
"Sekali lagi maaf, jika benar yang anda katakan, terus kenapa anda tidak bisa menunjukkan kuburannya Nona Cindy ?" tanya Pak Yudi lagi.
Sekarang Pak Yudi sedikit curiga pada Nyonya Sera, dia menatap Nyonya Sera mencari tau, apa yang sebenarnya terjadi, kemana Cindy pergi, dan kenapa Nyonya Sera sangat memaksa dan menginginkan sertifikat itu.
"Cindy sudah meninggal, dia pergi liburan kelaut, tapi setelah itu dia tidak pernah kembali, itu berarti dia sudah tiada, jadi mana mungkin aku tau dimana kuburannya." Lagi-lagi Nyonya Sera memberi alasan.
Namun yang namanya Pak Yudi, Tidak akan memberikannya selain Cindy.
"Baiklah kalau begitu, aku sudah minta baik-baik, tapi anda tidak mau memberikannya. Jangan salahkan aku kalau aku berniat kasar nantinya." Nonya Sera marah dan mengancam Pak Yudi.
Pak Yudi sama sekali tidak takut, hal seperti ini sudah sering dialaminya karena dia pengacara.
Olivia masuk jebakan brian tpi kasian jg sich olivia..