NovelToon NovelToon
Tentang Rasa

Tentang Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Asrar Atma

Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?

ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya

ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dimeja belajar

Pov Haneul Kamandaka

Ada yang berbeda dari Daniza, matanya ketika masuk kedalam kelas, tidak melihat kearah ku bahkan untuk sekedar melirik tidak dia lakukan. Hal ini bukan sesuatu yang biasa, biasanya dia akan melihat kearah ku terlebih dahulu tiap kali masuk, keluar kelas, atau sebaliknya saat aku masuk dan keluar kelas.

Aku terbiasa dengan tatapannya yang mengarah padaku bahkan seringkali aku dapati dari tempat duduknya, diam-diam atau secara terbuka, dia akan memperhatikan ku ditengah kesibukannya belajar ataupun saat tengah mengobrol dengan teman-teman nya.

Hari ini disekolah, setelah upacara berlangsung, setelah libur beberapa hari yang aku lakukan karena kaki ku, dia jadi tampak berbeda dimataku. Apa masalahnya? Di waktu terakhir dari pertemuan kami, kamis pagi waktu dia menjenguk ku. Aku masih dapat menemukan tatapan nya yang dalam dan penuh binar tiap kali melihat ku.

"Fazar suka puzzle? Aku punya banyak dirumah tapi belum sempat aku susun, lain waktu aku bawakan untuk Fazar daripada jadi serang debu" Fazar memekik kesenangan mendengar janji itu dari Rina yang duduk disisi ranjang ku

"Terima kasih, Kakak cantik yang cool" kami sama- sama terkekeh melihat polah nya

"Satu nya lagi, kemana adikmu Han?"

"Mungkin les, sebentar lagi dia akan masuk SMA" jawabku pada Aca yang duduk kursi plastik, yang baru disiapkan pagi ini.

Kursi plastik yang ku minta pada Paman untuk menyediakan nya khusus untuk tamu yang menjenguk, agar kejadian kemaren tidak terulang lagi. Aku mengulum senyum dikala ingatan ku melayang pada Daniza, bola matanya yang berbinar tiap kali melihat ku, lalu menunduk setelahnya, kemaren terlihat jernih oleh air mata yang menggenang didalamnya, dan itu nampak indah bahkan disaat dia hampir menangis, telapak tangannya yang kecil saat berada dalam genggaman ku, terlihat lucu dan bisa mudah patah dalam sedikit tekanan.

Dan bayangan nya buyar saat ketokan pintu, mengalihkan seluruh pemikiran ku.

"Masuk!"Lalu pintu itu menunjukkan jawaban siapa yang kali ini bertamu- Ali dan mungkin dengan seseorang?

"Hai...semuanya "aku balas sapaan itu dengan senyuman dan angukan kecil, namun mataku sendiri berkhianat dengan melirik kaki kecil diantara kaki Ali, dibalik pungggung itu kemungkinan seseorang perempuan yang kecil.

"Daniza kamu barengan Ali?" Aku sudah menduga, itu dia.

"Iya...begitulah" Ali mengusap rambutnya kebelakang sambil cengar-cengir, kelakuan nya mirip dengan lelaki yang baru jatuh hati.

"Daniza duduk lah disini!"

"Gimana kabar kamu Han?"

"Ngga baik, kaki kanan retak"

"Hampir patah" Rina ikut menimpali, aku lalu menawarkan Ali duduk dikursi plastik disamping kanan ku dekat dengan posisi Fazar yang sengaja aku letakan disana, menemani ku dengan dua perempuan dikamar ini.

"Kamu ngebut- ngebutan ?"

"Sedikit, hari sudah senja. Jadi aku perlu cepat sampai" ditengah obrolan ku dan Ali serta Rina yang sesekali ikut menyahut ,tiap kali ada kesempatan mataku akan melirik pada Daniza yang diam dengan pandangan tertunduk, hanya sesekali terdengar suara nya menjawab cerita Aca. Pendengar yang baik....

"Ali menyukai Daniza?" Bisik Rina padaku saat Ali tidak berfokos pada pembicaraan, dan aku mengerti kenapa dia berpikir begitu. Orang yang dapat melihat, tentunya akan dapat menebak tatapan dari Ali.

"Mungkin tidak, Ali tidak mengatakan apapun. Kita tidak bisa menilai hanya dengan tatapan dan tingkah nya" dibalik selimut tanganku terkepal, melihat sorot penuh pemujaan yang ditunjukkan Ali pada Daniza.

"Menurut mu begitu? Perlukah ku tanya langsung padanya?" Suara Rina terdengar dingin dan tatapan nya menajam saat kami beradu pandang.

"Apa yang kalian berdua bisikan? Kenapa ngga ajak aku dalam obrolan? Sedang membicarakan ku?" Lalu terputus oleh suara Ali, yang mulai kembali menaruh perhatiannya pada kami-bukan lagi pada Daniza.

"Bukan apa-apa, hanya membicarakan puzzle yang diberikan Rina pada Fazar " Pembicaraan ini beralih pada puzzle, pada potongan rambut Ali dan berhenti pada pertanyaan tiba-tiba, Aca.

"Kalian berdua Benaran pacaran kah?" Tangan ku kembali terkepal dibawah selimut, dengan rahang mengeras untuk sebentar, sebelum menjadi tenang mendengar jawaban itu.

"Ngga, Mama yang suruh aku jenguk bareng Ali." Dan tentunya pertanyaan Aca selanjutnya bukan apa-apa.

"Gimana menurut mu Han, mereka cocok ngga?"

"Cocok" tapi binar itu meredup seketika, sesaat jawaban aku lontarkan. Apa lagi yang dipikirkan kepala sekecil itu?

Suara-suara mereka tumpang tindih terdengar namun tidak satu pun yang mengusik ku selain pernyataan Ali yang satu ini, "Kapan nya, lihat dulu kondisi lah. Hal yang semacam itu juga butuh persiapan"Coba saja jika berani! Aku butuh sesuatu yang dapat menghentikan omong kosong mereka yang bagaikan dengungan nyamuk ditelingaku.

"Fazar, tolong bantu Bibi siapkan minuman?"

"Eh...sebenarnya ngga perlu Han" itu perlu untuk menyumpal mulutmu.

"Ngga apa-apa, sudah semestinya begitu!"

Aku mengambil tongkat ku didekat dinding

Lalu dengan perlahan mulai mendekati kedua orang dimeja belajar yang terlihat begitu sibuk, tidak peduli pada sekitar nya yang perlahan sepi, Rina pulang dan Ali pergi ketoilet.

"Belum selesai ternyata" tubuh Daniza seketika menegang dan napasnya tertahan, dia selalu seperti ini, setiap kali aku mendekatinya.

Alasan yang selalu membuatku urung untuk lebih dekat dan memilih menyisakan jarak . Tapi tidak kali ini, tidak dengan kedatangan nya dengan Ali. Aku perlu memastikan binar indahnya hanya untuk ku.

"Belum, kakak Daniza bodoh, dia tidak bisa menyusun puzzle dengn benar"

"Itu kasar, Fazar" Fazar lantas berhenti tertawa dan menundukan kepala nya.

"Daniza kamu perlu bernapas"aku berbisik diatas ubun-ubun nya seraya menyentil telinga nya, dia mengaduh lalu dada dan perutnya perlahan bergerak menarik dan menghembuskan napas. Benar, bernapaslah dengan benar.

"Aku minta maaf kak"

"katakan dengan jelas dan lihat orangnya Fazar"dia menurut dan Daniza mengangguk

"Ada apa Daniza, kamu ngga nyaman aku dibelakang mu?"lalu bagaimana dengan berada dipunggung Ali kamu betah? Tentunya kalimat terakhir itu tidak aku tanyakan, Daniza terlihat kaku, tidak menjawab dan pandangan nya mengarah pada puzzle diatas meja.

Mataku lalu naik melihat atas kepala nya saat hidung ku mencium aroma tak sedap, rambut berantakan, apa dia belum sempat menyisir rambutnya saat kesini? Dan apa itu? Aku menyentuh rambutnya karena penasaran dan Daniza mendongak, mata kami bertemu, saat seperti inilah hampir selalu membuatku kalap.

"Kenapa kak?" Fazar berdiri dan sebelum fazar dapat melihat apa yang ku temukan dikepala Daniza, aku lebih dulu membersihkan rambutnya dengan lengan kaos panjangku. Itu ternyata tai burung! entah darimana dia mendapatkannya?

"Bukan apa-apa, hanya salah lihat" Daniza mengusap kepala nya, bagian rambut yang kusentuh dan aku dapati dia tersenyum meski hanya seperkian detik.

Mata itu kembali berbinar seperti biasanya, lalu Daniza kembali menunduk. Dan aku kembali ke ranjang ku seraya melihat lengan kaos panjang ku yang meninggalkan kotoran. Apa ini harga mengusap rambutnya?

1
Abel Peony
Seliar Lalat
Abel Peony
Kacamata/Shhh/
Abel Peony
Awas, bau jigong!
Abel Peony
Jahil Banget, sumpah, deh!
Abel Peony
Jahil, yah!
rina Happy
haruskah aku mnunggu tamat dulu novelmu baru aku baca author?
aaaaaaa aku tak sanggup menungguuuu
Asrar Atma: hehehe sabar yaa, rina.
total 1 replies
Kesini
panas hanul
Kesini
sopan lah begitu
Kesini
wahhhh intens
Abel Peony
Huh/Shhh/
Abel Peony
Daniza itu anak alam
Abel Peony
Gatot, Hanul/Good/
Abel Peony
Masa langsung nanya bawaan orang, sih, Bu?
Kesini
kan benar Gato tau segalanya
Kesini
mertua mu kejam hanul
Kesini
walah Bu Gato itu
Kesini
banyak sekali pertanyaan
Abel Peony
Banyak duit, Si Han, ini. Pantesan Daniza suka.
Abel Peony
Masa, Dim?
Asrar Atma
wah...makasih Rina Happy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!