NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Sang CEO

Istri Rahasia Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti
Popularitas:22.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Lestary

"Aku tidak mencintaimu, Raya. Kau hanya pelengkap... sampai dia kembali."

Itulah kalimat pertama yang Raya dengar dari pria yang kini secara sah menjadi suaminya, Arka Xander — CEO dingin yang membangun tembok setebal benteng di sekeliling hatinya.

Raya tak pernah memilih jalan ini.
Di usia yang baru dua puluh tahun, ia dipaksa menggantikan kakak tirinya di altar, menikah dengan pria yang bahkan tak ingin melihat ke arahnya.
Pernikahan mereka adalah rahasia keluarga—dan dunia mengira, kakak tirinya lah yang menjadi istri Arka.

Selama dua tahun, Raya hidup dalam bayang-bayang.
Setiap pagi, ia tersenyum palsu, berusaha tidak berharap lebih dari tatapan kosong suaminya.
Sampai suatu malam, satu kesalahan kecil—sepotong roti—mengubah segalanya.
Untuk pertama kalinya, Arka menatapnya bukan sebagai pengganti... melainkan sebagai wanita yang menggetarkan dunianya.

Namun, ketika cinta mulai mekar di tengah dinginnya hubungan, masa lalu datang menerjang tanpa ampun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Lestary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch : Enam Belas

Suara pintu kamar yang tertutup perlahan menjadi satu-satunya bunyi yang terdengar. Dalam cahaya temaram, Arka berdiri tepat di hadapan Raya. Nafas mereka saling menyentuh, bibir mereka masih sedikit terbuka akibat ciuman sebelumnya yang menyisakan debar di dada.

"Aku benci saat kau tersenyum pada pria lain," gumam Arka pelan, satu tangannya mengusap pipi Raya dengan gerakan penuh perasaan. "Tapi aku lebih benci diriku... karena tetap saja, aku tak bisa berhenti mencintaimu."

Raya hanya mampu menatap, diam, saat Arka mulai menelusuri wajahnya, lalu leher, hingga jemarinya menyentuh kancing blus yang dikenakan Raya. Satu per satu terbuka, disertai sentuhan lembut namun menyimpan gairah tertahan.

"Arka..." suara Raya nyaris tenggelam dalam udara yang mulai menghangat. Tapi Arka tak menjawab, ia menatapnya dalam-dalam, seolah ingin menghafal setiap inci dari wanita di hadapannya.

Tak ada yang tergesa. Malam itu milik mereka.

Arka membawa Raya perlahan ke ranjang, menunduk, menjejaki bibirnya lagi, menumpahkan kerinduannya yang mendalam. Jemarinya menyusuri punggung Raya, menanggalkan sisa pakaian yang menghalangi mereka, hingga akhirnya tubuh mereka bersentuhan tanpa sekat.

"Aku ingin kau tahu, Raya..." bisiknya di antara ciuman yang turun ke bahu, dada, lalu kembali naik ke bibir. "...bahwa hanya kau yang bisa membuatku kehilangan kendali seperti ini."

Saat akhirnya mereka menyatu, tak ada lagi ruang untuk keraguan. Malam itu bukan hanya tentang tubuh, tapi juga tentang rasa—tentang perasaan yang mulai tumbuh di luar kendali keduanya. Nafas mereka berpadu, gerakan mereka serempak, dalam tarian yang hanya dimengerti oleh dua hati yang saling menemukan.

Malam itu, Arka mencintai Raya bukan hanya dengan tubuhnya... tapi juga dengan seluruh luka, rasa cemburu, dan kerinduan yang disimpannya selama ini.

Dan Raya membiarkan dirinya hanyut... karena mungkin untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar diinginkan.

Tubuh mereka bersandar di ranjang, hanya diselimuti kain tipis yang menyisakan kehangatan setelah badai rasa yang baru saja reda. Di antara keheningan yang nyaman, Raya merebahkan kepalanya di dada bidang Arka, mendengar detak jantung yang kini terasa akrab.

“Kau tahu… aku merasa semuanya begitu cepat,” gumamnya pelan, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri. “Kita masih terasa asing kemarin, tapi hari ini… kita sedekat ini.”

Arka tak segera menjawab. Hanya tangannya yang bergerak perlahan, mengusap punggung Raya dengan ritme tenang.

“Hati manusia memang sulit ditebak,” lanjut Raya, kali ini suaranya lebih mantap. “Bisa berubah dalam sekejap.”

Arka menarik napas dalam, lalu berkata, “Aku rasa tidak. Semuanya berjalan seiring waktu. Kita memang diam selama dua tahun, tapi kita hidup bersama. Menjalani hari demi hari, meski tanpa banyak bicara. Tapi, kau tidak tahu kan… selama itu, aku diam-diam memperhatikanmu.”

Raya mengangkat wajah, menatapnya dengan kening berkerut ringan.

“Diam-diam aku peduli. Diam-diam aku tertarik. Aku bahkan hafal kebiasaanmu di pagi hari. Aku tahu makanan favoritmu. Dan aku tahu… kau sering menangis diam-diam di kamar.”

Raya terdiam. Tak menyangka, semua hal kecil yang dia pikir tak seorang pun menyadari—ternyata disimpan Arka.

“Tidak ada yang tiba-tiba, Raya. Perasaan ini tumbuh perlahan. Dan mungkin… sekarang adalah waktunya untuk mengungkap semuanya.”

Butiran emosi menari di mata Raya. Hatinya terasa menghangat, tapi juga bingung.

“Tapi kenapa baru sekarang?” tanyanya lirih. “Kenapa tidak dari dulu kau berterus terang?”

Arka menatapnya, tenang namun dalam. “Lalu bagaimana denganmu, Raya?” balasnya. “Kau sendiri yang selalu menjaga jarak. Kau menghindar. Bahkan saat aku mencoba mendekat, kau menutup semua pintu.”

Raya tertawa pelan, getir. “Makanya kau bersikap dingin padaku? Untuk membalas?”

“Tidak sepenuhnya,” jawab Arka. “Sifatku memang seperti ini. Aku bukan tipe orang yang suka berbasa-basi.”

Mereka tertawa kecil bersama. Namun tawa itu tidak kosong—ia mengisi ruang antara mereka, menghapus dinding tak kasat mata yang selama ini berdiri diam.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya sejak pernikahan diam-diam mereka, dua hati itu benar-benar bertemu.

Malam kian larut, tapi hangatnya obrolan mereka tak juga surut. Selimut masih melingkupi tubuh mereka, seolah menjadi saksi bisu kedekatan yang baru saja menemukan celah untuk tumbuh.

“Dan, aku tidak tahu ternyata kau pencemburu.” goda Raya dengan nada geli, tangannya mengusap dada Arka yang tegang.

Arka mendesah pelan, lalu menoleh dengan sorot mata yang gelap tapi masih mengandung senyum tipis. “Maka dari itu, jangan pancing aku. Aku bisa berubah menjadi serigala jika marah.”

Tawa Raya pecah. Jujur dan ringan. “Benar-benar mengerikan. Tapi kau harus bisa mengontrol itu, Tuan Arka. Di luar sana, bukankah aku masih terlihat… lajang?” ucapnya santai, seolah sengaja melemparkan bara ke dalam percakapan. “Jadi aku berhak berbicara dengan siapa saja.”

Arka tak langsung membalas. Rahangnya mengeras, matanya menatap ke depan sejenak—sebelum akhirnya kembali pada wajah Raya. “Raya,” ucapnya pelan, tapi dalam. “Jangan buat darahku mendidih. Aku bisa kehilangan akal ketika marah. Dan kau… akan menyesalinya nanti.”

Alih-alih takut, Raya justru tersenyum menggoda. Matanya menyipit nakal. “Jadi malah bikin aku penasaran.”

Dalam sekejap, Arka membalikkan tubuh mereka. Kini ia berada di atas, menahan diri dengan kedua tangannya yang kokoh di sisi tubuh Raya. Matanya menatap langsung ke dalam mata Raya—gelap, dalam, dan mengandung ribuan makna tak terucap.

“Jangan pernah main-main dengan bara apimu sendiri, Raya,” gumamnya, suaranya dalam dan bergetar. “Karena kau tidak tahu siapa yang akan terbakar lebih dulu.”

Raya terdiam sejenak, napasnya tertahan. Tapi sebelum ia sempat menjawab, Arka menunduk dan mengecup keningnya perlahan. Bukan dengan hasrat, melainkan penuh rasa yang belum sepenuhnya dikenali, tapi sudah tak bisa disangkal.

Setelah itu, Arka kembali berbaring dan menarik Raya ke dalam pelukannya. Tak ada kata, hanya keheningan yang hangat, dan jantung yang berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.

Namun satu hal pasti: sejak malam itu, bukan hanya tubuh mereka yang semakin dekat—tapi juga rasa yang selama ini hanya mereka pendam dalam diam.

*

Sinar matahari menyusup malu-malu dari celah tirai kamar, membentuk garis-garis hangat di dinding. Arka mengerjapkan mata perlahan, menarik napas panjang sebelum menggeliat ringan di atas ranjang. Ia mengulurkan tangan ke sisi tempat tidur yang semula hangat, namun kini kosong.

Dahi Arka mengernyit ringan. Ia bangkit, masih mengenakan celana tidur dan kaos tipis yang semalam sempat ia kenakan kembali. Aroma wangi yang menggoda dari dapur membuat langkah kakinya terarah tanpa berpikir panjang.

Begitu ia melangkah ke ambang ruang makan, pemandangan itu menyambutnya—Raya, dengan rambut terikat seadanya, mengenakan kemeja Arka yang kebesaran, sedang sibuk mengaduk sesuatu di atas kompor. Cahaya pagi memantul dari kulit wajahnya yang polos tanpa riasan, membuat Arka nyaris lupa cara bernapas.

Suara panci kecil yang ditaruh di atas meja membuyarkan lamunannya. Raya menoleh, matanya membulat sedikit kaget.

“Kau sudah bangun?”

Arka bersandar di ambang pintu, menyilangkan tangan di dada.

“Apa yang sedang kau lakukan?”

“Menyiapkan sarapan. Aku tahu kau tipe yang selalu minum kopi sebelum jam delapan, dan kau suka telur setengah matang, bukan?” ucap Raya santai, kembali membalikkan badan ke arah kompor.

Arka tersenyum tipis, menyadari betapa detail kebiasaannya ternyata diam-diam diperhatikan juga.

“Kau menyentuh ruang pribadiku tanpa izin,” gumamnya.

“Tentu. Sama seperti kau yang menyentuh hidupku diam-diam selama dua tahun,” balas Raya ringan, namun nadanya mengandung makna lebih dari sekadar candaan.

Arka berjalan mendekat, memeluk Raya dari belakang. Dagunya bertumpu di pundak Raya.

“Aku suka melihatmu di dapurku.”

“Baru hari ini,” tukas Raya sambil tersenyum. “Besok-besok, belum tentu.”

Arka menatap ke depan, ke arah sarapan yang sedang dimasak Raya.

“Kalau begitu, biarkan aku membuatmu ingin tinggal lebih lama.”

Raya terdiam, senyumnya perlahan melembut.

Pagi itu, tak ada percakapan serius. Hanya tawa ringan, canda kecil, dan aroma kopi yang menyatu dengan suasana yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Rumah yang selama ini terasa dingin dan terlalu rapi, kini dipenuhi jejak kehangatan sederhana.

To Be Continued >>>

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Ayu_Lestary: Terima kasih 💞
total 1 replies
sutiasih kasih
lagian untuk ap km mngekang raya.... & mmbuat raya dlm situasi sulit....
km sbg suaminya raya sja tak mmberinya kpastian tentang posisi raya... apa lgi km jga GAJE... mmbiarkn masa lalumu hidup bebas dlm satu atap dgnmu dan raya....
rmh tangga macam apa ini arka........
Ayu_Lestary: Arka juga gak tau ini pernikahan macam apa 😭😭
total 1 replies
Dwi Estuning
wah...
momsRaydels
semangat selalu awal yang sangat menarik semangat kak 💪🏼
Ayu_Lestary: Terima kasih 🙏🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!