Ketika hidupnya diinjak-injak dan harga dirinya dihancurkan, Raka Wiratama menemukan sebuah kekuatan misterius—Sistem Upgrade Emosi.
Semakin besar amarahnya, semakin kuat pula dia menjadi.
Dari seorang pemuda biasa yang diremehkan semua orang, Raka Wiratama perlahan bangkit. Setiap penghinaan, setiap luka, dan setiap pengkhianatan… hanya membuatnya lebih kuat!
Dengan amarah sebagai bahan bakar, Raka Wiratama bertekad untuk membalikkan takdir.
Musuh yang dulu meremehkannya, kini gemetar ketakutan.
Dunia yang menertawakannya, kini dipaksa berlutut di bawah kekuatannya!
💥 Inilah kisah seorang pemuda yang menjadikan amarah sebagai senjata untuk menaklukkan dunia!
[Karya ini hanyalah ide yang muncul tiba-tiba. Jadi kalau tiba-tiba gak update, maaf banget ya]
[Jadwal Update: Setiap hari jam 0.00 WIB]
#Kalau telat berarti belum selesai dan sedang ada kendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturne_Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Si Cantik Yang Salah Paham
Rasanya kayak mukul kapas—nggak ada efeknya.
“Kenapa kamu tadi ribut-ribut? Lawanmu siapa?” tanya Rani Sihombing dengan wajah masam.
Mata Raka Wiratama langsung berubah, dia menatap Rani Sihombing kayak lagi ngeliatin orang bego.
“Kapan aku berantem? Sayang, aku ini korban loh!”
Rani Sihombing hampir meledak. Setelah beberapa detik, dia berdiri, nunjuk Raka Wiratama sambil teriak:
“Jangan panggil aku sayang!!”
[Ding! Selamat, Host mendapatkan 30 poin emosi]
Dengar suara sistem yang terus bunyi, Raka Wiratama akhirnya nahan diri buat nggak ngeledek lagi.
“Udah cukup, jangan berisik terus! Dengar dulu, sayang—”
“Ahh! Sumpah, aku akan hajar kamu!” Rani Sihombing langsung nyamber alat roll karet di tembok dan ngelempar ke arah Raka Wiratama.
“Buk!” Pas banget kena punggung Raka Wiratama yang lagi nggak siap.
Untungnya, Raka Wiratama punya baju besi pelindung. Jadi meskipun Rani Sihombing ngamuknya segila itu, pertahanannya tetap nggak jebol.
Serangan itu mah cuma kayak garuk-garuk doang buat Raka Wiratama.
Dia sempet ngernyit, bikin Rani Sihombing ikutan kaget.
Tadi emang kebawa emosi, agak keras juga pukulannya.
Nggak lama, “Ah~” Raka Wiratama malah teriak panjang dengan wajah puas.
“Sayang! Ayo, sekali lagi!!”
Polisi-polisi yang lagi jaga di luar ruangan interogasi kaget. Mereka langsung pasang kuping di pintu.
“Eh, si cantik Rani Sihombing di dalam lagi ngapain tuh?”
“Jangan-jangan… aduh, jangan bilang dia jagoannya urusan beginian?”
Mereka semua nelan ludah barengan.
Rani Sihombing langsung malu setengah mati. Nggak nyangka Raka Wiratama bisa sebegitu nggak tau malunya.
Dengan napas ngos-ngosan, dia ngejar Raka WWiratamasambil ayun-ayunin tongkat karet.
Tapi Raka Wiratama punya sepatu lari level satu yang kecepatannya bisa melebihi Ussain Bolt. Mana mungkin Raka Wiratama bisa ngejar.
Jadi sepanjang ruangan kedengeran suara “tap tap tap” kaki Raka Wiratama, ditambah teriakannya yang lebay kayak orang kesakitan tapi nikmat.
Polisi di luar cuma bisa mikir aneh-aneh.
Setengah jam kemudian, Rani Sihombing udah kecapekan dan berhenti.
Raka Wiratama juga ngos-ngosan, dadanya panas. Walau badannya udah diperkuat, dasaran fisik tubuhnya memang cupu, jadi tetep keteteran.
“Aku sudah bilang, sayang… udahlah, lepasin aku aja!”
“Kita juga nggak ngelakuin apa-apa kan!”
Saat itu, baju Rani Sihombing udah basah sama keringat. Siluet tubuhnya kelihatan samar di balik kain tipis.
“Ckck… gila juga, ternyata kamu liar juga ya, sayang.” Raka Wiratama menatap tanpa malu-malu.
“Pergi kamu!!” Rani Sihombing makin marah, langsung menerjang ke Raka Wiratama.
Tiba-tiba dari luar ada suara:
“Polisi Rani, orang yang bersangkutan sudah mengakui semuanya!”
Pas ngomong gitu, muncul sosok Mbak Rina di pintu.
Dia senyum canggung ke Rani Sihombing sambil nyapa:
“Polisi Rani, Raka Wiratama ini langganan tetap di tokonya. Setelah beresin berita acaranya, biarinkan dia pulang saja. Besok dia masih akan sekolah.”
Rani Sihombing cuma bisa menarik napas panjang. Lirikannya ke Raka Wiratama masih penuh api, tapi akhirnya dia ngomong dingin:
“Pergi! Tapi awas kalau besok-besok kamu ketahuan bikin masalah lagi. Aku sendiri yang akan turun tangan langsung!”
Raka Wiratama malah nyengir lebar:
“Halah, mana mungkin aku bikin masalah. Lagian… Sayang, kamu beneran tega ya nangkep aku?”
Sambil kedip-kedip genit, gaya Raka Wiratama udah kayak pasangan abis berantem manja.
Polisi di luar bengong.
“Siapa sih cowok ini? Kok berani-beraninya manggil Rani Sihombing ‘sayang’?”
Apalagi mereka berdua keliatan berantakan, keringetan parah. Plus suara teriakan Raka Wiratama tadi yang… yah, bikin otak orang ke mana-mana.
Semua pada mikir jangan-jangan hubungan mereka ada sesuatu.
Rani Sihombing udah emosi tingkat dewa, tapi nggak bisa ngapa-ngapain.
Sementara itu, Polisi Rahmat yang udah lama kerja di kantor itu malah senyum puas. Dendamnya ke Rani Sihombing tiba-tiba hilang.
Dia mandang Raka Wiratama lama-lama, terus nyeletuk:
“Sebagai polisi, harus bisa jeli mengamati. Dan… tubuh kurus kayak kamu bisa tahan banting sampai empat puluh menit? Ganas juga. Aku sampe nggak percaya!”
Raka Wiratama cuma senyum nyengir.
[BERSAMBUNG]