NovelToon NovelToon
The Cosmic War

The Cosmic War

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi / Akademi Sihir / Barat
Popularitas:874
Nilai: 5
Nama Author: mas teguh

Novel ini merupakan karya pertama dari author. Harap dimaklumi jika ada beberapa chapter yang harus di "Revisi"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mas teguh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

Di selimuti oleh langit jingga di sore hari dan di kelilingi oleh gedung pencakar langit, Luciel dan Lyvia berjalan beriringan. Mereka melangkah beriringan di jalan trotoar, melewati setiap bangunan yang berdiri.

Suasana disekitar cukup ramai, banyak orang yang berjalan berlalu-lalang. Kemungkinan, sebagian besar dari mereka baru pulang dari bekerja. Terkadang, terlihat beberapa dari mereka berhenti di restoran yang berada dipinggir jalan untuk melepaskan rasa lelahnya, dan juga ada yang terburu-buru untuk segera sampai di rumahnya.

Dijalan raya juga terlihat banyak mobil-mobil listrik canggih yang berlalu lalang, terlihat mereka melewati setiap bangunan yang ada.

Disisi lain Luciel dan Lyvia tidak bersuara, mereka terkesan hening tanpa percakapan. Luciel dengan wajahnya yang tanpa ekspresi melihat kearah depan, tidak ada orang yang tahu apa yang sebenarnya ia pikirkan. Sedangkan Lyvia, gadis itu terlihat memiliki ekspresi yang cukup rumit. Kedua tangannya terlihat saling bertautan, terkadang juga ia gerak-gerak kan.

Lyvia sebenarnya cukup gugup, ia terlihat agak gelisah. Gadis itu menyadari bahwa ini pertama kali ia berjalan beriringan dengan orang lain, terlebih lagi orang tersebut seorang anak laki-laki yang berlainan ras dengannya.

Meskipun ia bersekolah di tempat yang sama dengan Luciel, tetapi karena identitasnya, Lyvia lebih menjaga jarak dengan siswa yang lain. Apa lagi gadis itu juga menyadari bahwa ia berbeda dengan teman sekolah lainnya, ras campuran tidak cukup umum di Planet Xypherion.

Oleh karena itu, jika berjalan ditempat umum, Lyvia biasanya lebih memilih memakai baju yang memiliki tudung. Bukan hanya sekedar style yang ia gunakan, tetapi juga sebagai perlindungan terhadap pandangan rasis dari sekitarnya.

"Huuh..." Luciel menghela nafas panjang.

Melihat Luciel yang seperti itu, Lyvia semakin gugup. Ia terlihat menggerak-gerakan tangannya, sedikit rasa takut yang muncul dibenak nya. Apakah dia marah? Pikirnya.

Seandainya Luciel tahu apa yang gadis itu pikirkan, ia kemungkinan akan berkata dengan nada yang cukup jelas. Marah? Siapa yang marah. Aku hanya takut jika kembali dengan keadaan yang babak belur seperti ini, ibu akan memukulku dengan cukup kejam! Kau tahukan, ibuku agak sedikit..

"Itu, ak-ku minta maaf!" Kata Lyvia dengan nada bersalah.

"Minta maaf? Untuk apa?" Luciel berkata dengan penuh tanda tanya.

"Bukankah kamu sedang marah? Aku minta maaf karena telah melibatkan mu!"

"Aku tidak marah, hanya sedikit kesal saja. Aku tidak menyangka seorang tuan muda, terlebih lagi anak dari walikota berperilaku seperti itu, sungguh membuat orang merasa jengkel."

"I-itu, maaf merepotkanmu, aku benar-benar minta maaf. Karena aku, kamu mendapatkan masalah. Jika seandainya.."

"Tidak apa-apa, itu bukan salahmu. Terlebih lagi aku benar-benar tidak terima ketika seseorang diperlakukan tidak adil seperti itu. Dan lagi, ketika diperlukan seperti itu, kamu seharusnya melawan dan bukan sebaliknya. Jika tidak, mereka menganggap mu mudah ditindas." Potong Luciel, sekalian ia terlihat menceramahi Lyvia.

"I-itu, terimakasih telah menolongku. Mengenai hal yang kamu katakan, bagaimana seorang dari panti sepertiku bisa melawan mereka? Aku hanya orang yang lemah tanpa latar belakang." Jawab Lyvia dengan nada yang sedikit bergumam, ada sedikit rasa takut didalamnya.

Luciel yang mendengar itu mengalihkan pandangannya kearah Lyvia, ia menyadari apa yang dikatakan gadis itu memang benar. Seseorang yang hidup di panti dan tidak memiliki latar belakang apapun memang akan kalah jika jika berselisih dengan seseorang yang memiliki latar belakang yang kuat.

Terlebih lagi, terkadang orang tersebut akan melibatkan orang-orang disekitarnya. Dari pada membuat masalah, orang tersebut lebih memilih menelan penghinaan alih-alih melawan. Bisa dikatakan mereka yang tidak memiliki latar belakang lebih baik dihina dari pada orang terdekatnya mendapatkan masalah. Yah, seperti kata pepatah "dari pada orang terdekatmu yang mendapat bahaya, lebih baik aku sendiri yang menanggung semua."

Memikirkan hal ini Luciel menghela nafas ringan, setelah itu dengan sedikit menunduk ia kemudian tanpa sadar berkata,

"Jika mereka mengganggumu lagi, beritahu aku. Aku akan membalasnya."

Mendengar kata-katanya, Lyvia tanpa sadar melihat kearah Luciel dengan pandangan yang berbeda. Ada sedikit kabut di matanya.

Lyvia melihat Luciel berbeda dari yang lainnya. Tatapan pemuda itu meskipun tidak selembut tatapan ibu panti, tetapi didalamnya tidak ada rasa jijik sedikitpun. Malahan, pemuda itu melihatnya seperti bukan dari ras campuran, Luciel tidak pernah melihatnya dengan rasa jijik apalagi rasis.

"Terimakasih, tapi.."

"Aa-apa....!" Lyvia berkata dengan sedikit terkejut.

Disisi lain, Luciel memandang Lyvia dengan cukup intens. Setelah itu, terlihat ia mengitari gadis itu dengan ekspresi serius.

"Aa-apa yang sedang kamu lakukan?.." Kata Lyvia dengan takut-takut, ia menyilangkan lengannya di dadanya.

Luciel yang melihat Lyvia melakukan gerakan tersebut merasa canggung. Kemudian dengan tanpa ekspresi, ia pura-pura batuk untuk menutupinya.

Batuk!

Batuk!

"Tidak apa-apa." Kata Luciel

Meskipun berkata demikian, sebenarnya Luciel cukup penasaran. Ini kali pertama ia melihat ras yang berbeda dengannya. Setelah mengamati beberapa saat, ia menyimpulkan tidak ada perbedaan yang cukup kontras antara Ras manusia dan Ras Elf. Yang berbeda hanya telinganya yang runcing.

Lyvia sendiri merupakan ras campuran, tetapi karena telinganya yang runcing sehingga lebih dekat dengan rupa ras Elf. Rupa Lyvia sendiri tidak buruk bahkan diantara manusia yang cantik, gadis itu bisa dikatakan sangat cantik. Rambutnya yang pirang terurai hingga ke punggung, telinga yang runcing dan kulit putih seputih salju, serta iris mata yang berwarna hijau menambah daya tariknya.

Sosoknya juga bisa dikatakan sempurna, meskipun menggunakan baju yang bertudung yang disebut Hoodie. Tingginya sekitar seratus enam puluh sentimeter, ditambah lagi ada bagian tubuhnya yang menonjol kedepan dan belakang. Yah menilai ini, Luciel mungkin akan mengangkat ibu jarinya tanda setuju.

"Kamu, aduh.."

*****

Didalam mobil Listrik dengan desain yang futuristik, Lucian fokus ke tabnya. Ia seperti sedang menganalisis laporan, terlihat terkadang dahinya berkerut. Ia tidak sendiri, namun ditemani oleh sopir yang mengendarai mobil.

Menghela nafas cukup panjang, Lucian terlihat cukup lelah. Meski ia seorang praktisi, dihadapkan dengan pekerjaan yang hanya duduk dan menganalisis laporan, tubuh dan pikirannya merasa lelah.

Tidak seperti saat dulu di pangkalan militer, pekerjaan yang ia lakukan saat ini sungguh membosankan. Pada saat itu, Lucian sangat aktif menerima misi. Bahkan terkadang dalam satu misi yang diterima itu berlangsung beberapa tahun.

Hidup dan mati telah banyak ia lalui, namun dihadapkan dengan pekerjaan yang biasa ini ia merasa lebih suka berada di pangkalan militer. Dengan misi yang ia terima, ada rasa tersendiri ketika misi tersebut berhasil di selesaikan.

Huuh... Ntah kenapa aku sangat merindukan saat-saat itu. Yah bersama mereka. Pikirnya.

Dengan sedikit memperbaiki posisi duduknya, Lucian sedikit melirik kearah luar jendela mobil, nampak ada sosok familiar yang dilewatinya. Melihat sosok tersebut Lucian kemudian berkata,

"Berhenti Sam! Mundurkan mobilnya."

"Baik tuan!" Kata Sam di kursi pengemudi.

*****

"Kamu, aduhhh.." Luciel meringis merasakan sakit di telinganya. Setelah itu ia berbalik untuk melihat siapa yang melakukannya.

"Siapa kamu.." Ucapannya hanya tergantung dimulut nya. Kemudian, Ia terkejut melihat orang yang telah menarik telinganya.

"Ayah..!"

"Anak nakal, apa yang sedang kamu lakukan disini? Apa kamu mengganggu gadis kecil ini? Sejak kapan kamu berubah menjadi bajingan." Kata Lucian dengan ekspresi dingin, terlihat wajahnya cukup marah.

"Ayah, kamu salah paham.. Aku tidak menggangu gadis ini!" Luciel berkata sambil membela.

"Tu-tuan! Anda salah paham. Luciel tidak menggangu saya, dia bahkan menolong saya." Kata Lyvia membenarkan perkataan Luciel, meski sedikit ada rasa takut dalam nada suaranya.

"Benarkah? Anak ini tidak mengganggu mu?" Tanya Lucian.

" Eum.." Lyvia menjawab sambil mengangguk.

Lucian menghela nafas ringan, setelah itu dengan nada memerintah ia kemudian berkata kepada Luciel.

"Masuk ke mobil! Waktunya pulang!"

"Baik ayah." Luciel berkata pasrah. Setelah itu ia memalingkan wajahnya kearah Lyvia.

" Lyvia, dimana tempat tinggal mu? kami akan mengantarmu."

"E-eh Luciel, terimakasih. Tetapi, lebih baik Aku pulang sendiri saja." Lyvia menggelengkan kepalanya, ia menolak dengan halus.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!