‼️Harap bijak dalam memilih bacaan‼️
CEO tampan dan dingin itu ternyata seorang psikopat kejam yang telah banyak menghabisi orang-orang, pria itu bernama Leo Maximillian
Leo menjadikan seorang wanita sebagai tawanannya, wanita itu dia jadikan sebagai pemuas nafsu liarnya.
Bagaimana nasib sang wanita di tangan pria psikopat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Meminta Kebebasan
...Bab 16 : Malam Yang Panas...
...Teman-teman bisa baca bab itu di Wattpad ya, soalnya tidak bisa posting di sini. ...
...•••Selamat Membaca•••...
Maureen bangun saat Leo membuka gorden kamar sehingga cahaya matahari pagi menerpa wajahnya. Maureen menggeliat lalu kemudian meringis, dia menggigit bibir bawahnya menahan sakit di area selangkangan.
“Aduh sakit,” keluhnya sambil merapatkan kedua paha.
“Maaf Maureen, aku terlalu bersemangat semalam dan milikmu juga sedikit bengkak,” sesal Leo sambil mendekati Maureen.
“Kau benar-benar seperti hewan buas semalam, tubuhku sakit semua,” rungut Maureen seraya mempoutkan bibirnya.
“Haha iya maaf, aku sudah membuatkan sarapan untukmu, makanlah dulu.”
“Aku mandi dulu.” Maureen bangun dan jalan tertatih menuju kamar mandi.
“Ya ampun, tubuhku seperti di gigit ulat bulu, merah semua.” Leo terkekeh mendengar ocehan Maureen di depan cermin.
“Itu tandanya kau milikku Maureen,” ujar Leo sembari memeluk dan mengecup pundak Maureen.
Maureen membalikkan tubuhnya lalu tersenyum pada Leo, pandangannya tertuju pada bahu tegap Leo saat ini.
“Aakhh Maureen, sakiitt.” Leo sedikit menjauh dan mengusap bahunya.
“Nah itu tanda dariku untukmu.” Maureen tersenyum lalu memasuki kamar mandi, dengan berendam air hangat mungkin akan mengurangi sedikit rasa pegal di tubuhnya.
Sedangkan Leo menatap bekas gigitan Maureen di bahunya lalu tersenyum.
“Maureen.”
Leo menyiapkan pakaian untuk Maureen lalu menaruhnya di atas kasur, jika nanti Maureen selesai mandi, dia bisa langsung mengenakan pakaian itu.
Dia juga bersiap untuk ke kantor, sekarang sudah pukul 10 pagi dan ke kantor hanya untuk menghadiri meeting saja satu jam lagi.
Selesai mandi, Maureen mengenakan pakaian yang telah disiapkan oleh Leo, memang hari-hari seperti itu yang dilakukan olehnya. Perhatian, kebaikan, kelembutan serta kemesraan yang selalu Leo berikan membuat Maureen jatuh hati tapi sayangnya, menurut Maureen, Leo hanya menganggap dirinya sebagai tawanan.
Selesai berpakaian, dia menuju meja makan untuk sarapan, dia butuh asupan energi agar dirinya kembali segar karena semalam dia digempur tanpa henti oleh Leo.
“Tuan ke mana? Apa dia sudah pergi?” tanya Maureen pada salah seorang pelayan yang menyiapkan sarapan untuknya.
“Sudah nyonya, baru saja pergi.” Maureen mengangguk lalu memakan sarapannya.
Dia berniat untuk keluar hari ini, tapi Leo keburu pergi, jadi Maureen mengurungkan niatnya. Tak lama, Leo memasuki rumah dengan tergesa.
“Tuan, ada apa?” tanya Maureen.
“Ada yang ketinggalan,” jawab Leo sembari berlari kecil menuju ruang kerjanya.
Maureen menggunakan kesempatan ini untuk minta izin, dia ingin keluar hari ini. Maureen menyusul Leo ke ruang kerjanya dan mereka hampir bertabrakan saat Leo bergegas keluar pintu.
“Aduh, sakit.” Maureen memegangi keningnya yang membentur dada bidang Leo.
“Kamu ngapain di sini?”
“Aku mau bicara tuan.”
“Nanti saja, aku sedang buru-buru.”
“Tuan, tunggu dulu.” Maureen memegang lengan Leo.
“Ada apalagi Maureen? Kau mau bertanya kapan bisa bebas lagi? Sebentar lagi, sudah sana.” Maureen membulatkan matanya.
“Kau serius tuan? Sebentar lagi akan membebaskanku?”
“Iya, udah sana, aku buru-buru.” Maureen terlihat begitu bahagia, akhirnya sebentar lagi Leo akan membebaskan dirinya.
“Oke, semangat kerjanya Tuan Leo.” Maureen mempersilakan Leo untuk pergi dengan senang hati, keinginannya untuk keluar jadi dia batalkan.
...***...
Maureen menyambut Leo dengan hangat sore ini, Leo mengerinyitkan dahinya.
“Ada apa ini? Tumben sekali kamu seriang ini Maureen,” tanya Leo heran, Maureen membawakan tas kerja Leo.
“Iya aku memang sedang bahagia tuan, sangaaaatt bahagiaaaa.” Maureen merentangkan tangannya.
“Apa yang terjadi hari ini memangnya?”
“Nanti akan aku katakan padamu, lebih baik tuan mandi, aku akan siapkan air hangat dan pakaian.”
“Oke, aku ingin berendam dan aku ingin kau menemaniku.”
“Oke, siap, ayo!” Maureen menarik lembut tangan Leo, pria itu hanya menatap heran Maureen bahkan dia bingung ada apa dengan Maureen saat ini.
Tawanan Leo itu menyandarkan tubuhnya ke tubuh Leo, seperti biasa, Leo selalu mencumbu Maureen dan kali ini Maureen menyambut dengan senang hati.
Leo masih mengabaikan apa yang membuat Maureen bahagia karena baginya, dapat menyentuh Maureen sudah menjadi hal yang sangat menyenangkan baginya.
“Tuan, kira-kira kapan kau akan membebaskan aku? Seminggu, dua minggu atau tiga minggu?” Leo menghentikan cumbuannya dan membalikkan tubuh Maureen untuk menghadapnya.
“Kan aku sudah sering katakan padamu, sampai aku puas, kenapa kau masih menanyakan hal ini padaku?” wajah Maureen yang tadinya ceria langsung berubah sedih.
“Maksud tuan apa?”
“Aku tidak akan membebaskanmu sampai aku benar-benar puas denganmu, mengerti.”
“Tadi kau bilang akan membebaskan aku sebentar lagi.”
“Kapan aku bilang begitu?”
“Saat tuan kembali untuk mengambil beberapa berkas di ruang kerja.”
“Aku hanya menjawab asal, karena aku sedang buru-buru, jangan tanyakan hal ini lagi, karena jawabanku masih tetap sama. Mengerti.” Maureen merasa tercekat, kebahagiaan tadi hanyalah angan-angan belaka.
“Aku ingin bebas tuan,” lirih Maureen seraya menunduk dengan air mata yang telah meluncur.
“Kau ingin bebas yang bagaimana hah? Kehidupan bebas apa yang kau inginkan? Sedangkan selama ini kau itu terkungkung juga dengan keluargamu sendiri dan kau harusnya bersyukur Maureen, karena di rumah ini aku memperlakukanmu dengan baik. Jika kau tinggal bersama dengan ibu dan ayah tirimu itu, kau malah tersiksa dan mereka malah menjualmu. Kehidupan seperti itu yang kau inginkan?” bentak Leo yang kesal dengan permintaan Maureen.
“Aku bukan ingin kembali pada mereka tuan, aku hanya ingin hidup bebas dengan diriku sendiri.”
“Ck kau saja tidak becus menjaga dirimu sendiri, bagaimana kalau mereka datang lalu membawamu hah?”
“Aku bisa menjaga diriku sendiri, saat tidak ada dirimu, buktinya aku baik-baik saja.”
“Asal kau tau ya, waktu itu Herry menyuruh anak buahnya mencarimu.”
“Aku tidak peduli, aku bisa menghadapi mereka sendiri, kau saja yang berlebihan.”
“Aku berlebihan?”
“Iya kau itu berlebihan tuan. Sebenarnya berapa kerugian yang kau alami itu hah? Sampai-sampai kesucianku tidak bisa menebus semua itu?”
“Sangat banyak dan kau belum mengembalikan separuh dari kerugianku itu.”
“Ya bagaimana bisa aku mengembalikan kerugianmu itu, kau tidak mengizinkan aku untuk bekerja dan aku tidak bisa menghasilkan apa-apa. Apakah tubuhku begitu tidak bernilai di matamu? Sampai apa yang telah aku berikan padamu tidak cukup untuk mengganti kerugianmu itu.” Maureen merasa sesak di hatinya, matanya terasa panas dengan air mata yang telah menggenang.
Maureen merasa dirinya begitu tidak berarti bagi Leo.
“Dengar ya Maureen, tubuhmu ini memang belum bisa mengganti kerugianku.” Leo mencengkeram rahang Maureen dengan kuat, dia ikut emosi dengan perkataan itu.
“Iya kalau begitu sebutkan nominal kerugianmu dan bebaskan aku, kau bisa memantauku bila perlu.”
“Apa memangnya yang akan kau lakukan di luar sana hm? Menjual diri?”
“Iya, aku akan melakukan hal itu, setidaknya aku akan mendapatkan uang dan membayar kerugianmu, aku bisa menentukan masa terikat denganmu. Kalau sekarang, aku bahkan bingung kapan aku bebas. Aku tidak mau hidup seperti ini.”
“Wah, ternyata kau memang berniat menjadi pelacur ya, ya sudah, aku akan memberikan uang padamu setiap kali kita selesai berhubungan, bagaimana?”
“Sebutkan nominal kerugianmu dan berapa uang yang akan kau berikan padaku setiap kali kita berhubungan?”
“100 miliyar, aku akan memberikan 10 juta padamu setiap kali berhubungan, itupun jika aku puas dengan layanan mu dan kau harus melayani aku 10.000 kali.” Leo menjawab dengan asal karena dia mulai tersulut emosi dengan permintaan Maureen untuk bebas.
“Baiklah, aku setuju.”
“Apa kau sangat ingin dinikmati oleh berbagai pria di luaran sana? Apa aku saja tidak cukup bagimu?”
Maureen hanya diam, dia keluar dari bathub lalu mengambil handuk dan berjalan menuju walk in closet. Dia memilih pakaian yang nyaman lalu keluar dari kamar itu, entah kenapa, hatinya begitu sakit mendengar perkataan Leo tadi.
“Sebenarnya yang aku inginkan bukan ini tuan, aku tidak ingin menjadi tawanan seumur hidupku, hanya itu saja, apa salah begitu?” batin Maureen sembari menghapus air matanya.
“Aku hanya tidak ingin kehilangan kamu Maureen, kau sangat berharga bagiku,” lirih Leo lalu membenamkan kepalanya ke dalam air.
...•••BERSAMBUNG•••...
Ada sudut pandang ttg sisi kemanusiaan pula di series 1, keren sih menurutku. Pokoknya aku pribadi gk mau terlewatkan baca seriesnya. Karena authornya nulis emang seniat itu dia.
Prinsip author ini juga lebih menjaga kualitas karyanya dia, pembaca dapat feel adalah tujuan utama. Lanjut thor/Heart//Heart/
kasian maula masih kecill.
rayden yg sabar yaaa